GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Sabtu, 28 Agustus 2010

Dari Filsafat ke Politik

PENGANTAR

Dari Filsafat ke Politik

            Karl Marx dilahirkan di Trier, di Rhineland Prussia, pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tuanya adalah Yahudi pada dasarnya. Akan tetapi kemudian dibaptis di gereja negara Prusia ketika Marx masih bocah. Ideologi Pencerahan Perancis memiliki pengaruh yang kuat di Rhineland, yang mana pernah dianeksasi perancis dari tahun 1798 hingga tahun 1815. Ini yang mempengaruhi pemikiran Marx selain pendidikan liberal dan pendidikan humanis dari ayahnya dan para gurunya di sekolah.
            Jerman, tempat di mana Marx dibesarkan tetaplah sebuah negeri yang terbelakang bila diperbandingkan dengan negeri negeri tetangganya di Eropa Barat. Pada masa itu negeri ini penuh dengan pertanian; produksi perkotaan tetap didominasi oleh sistem gilda, dan industri moderen  hanya membuat terobosan pertamanya di belahan utara Rhineland. Kota kota di Jerman hanya tumbuh sedikit, bahkan, jika dihitung semuanya, semenjak abad ke XVI. Sementara jumlah penduduk perkotaan di Jerman hanya setengah dari penduduk kota Paris. Keterbelakangan ekonomi ini direfleksikan juga di dalam struktur politik Jerman. Jerman tidak mengalami satu bentuk revolusi borjuis pun, dan tetap terbagi di antara 39 negara bagian, terutama yang absolutis, di dalam sebuah konfederasi yang disahkan oleh Aliansi Suci Prusia, Austria dan Russia.
            Betapapun terbelakangnya, namun sejarah Jerman tidaklah statis. Revolusi Perancis telah memberikan inspirasi sentimen demokratik yang kuat di antara para seniman dan intelejensia di berbagai kota di Jerman. Akan tetapi ini tidak sepenuhnya dapat dibangkitkan oleh pengalaman dominasi Napoleonik, dan tetap mampu mengilhami revolusi rakyat, yaitu ‘Perang Pembebasan’ di tahun 1813. Kendati perjuangan revolusi rakyat itu berada di bawah kepemimpinan Prusia, namun itu membangkitkan antusiasme untuk adanya kesatuan Jerman, yang mana kemudian digabungkan dengan aliran demokratik, menuju ke pembentukan perkumpulan rahasia yang diketahui sebagai Burschenschaften (asosiasi mahasiswa). Walaupun dilarang keberadaanya di universitas, namun demonstrasi-demonstrasi mereka khususnya pada festival Wartburg di tahun 1817, memberikan sebuah fokus bagi gerakan demokrasi nasional. Pada tahun 1819, tindakan tindakan represif yang berdasar atas dekrit Karlsbad, yang dikendalikan oleh Aliansi Suci, memperkuat keabsahan dari tindakan untuk menindas gerakan ini, yang mana bergelora kembali setelah revolusi Juli di Perancis pada tahun 1830, dan gerakan itu menerima sejumlah besar bentuk represi yang baru.
            Perkembangan industrial, baik di dalam industri tekstil dan industri berat, dijalankan dengan sungguh-sungguh pada tahun 1830-an, dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan teknologi yang pertama kali dikembangkan di Inggris setelah melewati masa 60 tahun berlalu. Selekas-lekasnya kemudian diikuti dengan pembangunan rel kereta api pada tahun 1840-an. Dinas Pabean German Utara didirikan di bawah perlindungan  Prusia pada tahun 1834 untuk menggantikan tuntutan tuntutan borjuis akan penyatuan nasional Jerman. Akan tetapi sebagaimana perkembangan kapitalis maju, tekanan liberal untuk adanya sebuah konsitusi yang dibentuk di Prusia, khususnya di Rhineland, semakin meningkat setelah pemahkotaan Frederick William IV di tahun 1840. Jumlah penduduk Jerman meningkat 50 persen di antara tahun 1816 dan 1846, di luar kuantitas imigrasi yang tetap ke Amerika, dan ini semakin memperburuk tekanan terhadap tanah, khususnya di provinsi-provinsi di belahan timur Prusia. Penghutangan terhadap para petani di bagian selatan dan barat Jerman juga diintensifikasikan. Pada tahun 1840-an depresi pertanian dan perdagangan mulai menyebabkan keresahan di pedesaan dan perkotaan. Faktor faktor ekonomi, politik dan ideologi dengan demikian mulai terbentuk, yang mana semuanya akan melebur di dalam konjungtur revolusioner pada tahun 1848.
            Pengaruh yang saling berlawanan dari keterbelakangan Jerman menandai kehidupan intelektualnya. Inilah satu ruang lingkup di Jerman yang sudah pasti berkembang. Mulai dari saat Revolusi Perancis bergerak maju, filsafat Jerman menjalankan sebuah “perkembangan yang berkelebihan” yang secara khusus menghasilkan sistem pemikiran idealis yang kuat dari Kant, Fichte, Schelling, dan Hegel. Dalam konteks keterbelakngan sejarah nasionalnya, para intelektual Jerman dipaksa, seperti yang dinyatakan oleh Marx untuk ‘berpikir tentang apa yang sudah dilakukan oleh orang lain’,[1] dan abstraksi yang dipaksakan dari pikiran mereka membuat filsafat Jerman pada periode ini tak tertandingi dalam cakupan sintesa sintesanya, yang memuncak dalam  pemikiran Hegel tentang penyatuan sistematik dari ilmu ilmu pengetahuan alam, logika dan teori sosial.
            Pada tahun 1836 Marx memulai karir universitasnya di Bonn, tetapi dialihkan pada tahun selanjutnya ke Universitas Berlin. Pada dasarnya dia telah berkehendak untuk mempelajari hukum, tetapi peningkatan kemampuan teoritisnya segera mendorongnya menuju ke alam filsafat. Pada tahun 1831 Hegel meninggal dunia di kantornya sebagai Profesor Filsafat di Universitas Berlin. Akan tetapi, di pertengahan dekade 1830 an warisan Hegel telah dikacaukan, sebagaimana yang dilakukan oleh Kaum Hegelian ‘Kiri’ atau Hegelian Muda di saat mengumandangkan tembakan pertamanya terhadap ortodoksi dengan publikasi karya David Strauss, yang berjudul Life of Jesus[2].
            Dalam berbagai situasi keterbelakangan ekonomi dan politik Jerman yang khusus, yang berpasangan dengan perkembangan teoritis yang berlebih lebihan, filsafat Hegelian, dengan implikasi-implikasi politisnya yang tidak jelas dan ketegangan internal di antara sistem dan metode berpikirnya, adalah filsafat untuk dekade yang akan datang, untuk memberikan sebuah dataran bagi pertempuran-pertempuran politik yang tidak mungkin akan dapat diperjuangkan di dalam arena terbuka perjuangan klas.
            ‘Kaum Kanan’, yaitu kaum ortodoks Hegelian, memperjuangkan konservatisme dengan mempertahankan sistem pemikiran Hegel, memberikan sebuah legitimasi bagi segala sesuatu yang ada, khususnya agama Kristen dan monarki Prusia di bawah diktum bahwa yang nyata adalah yang rasional. Sedangkan kaum Hegelian "kiri" menggunakan metode dialektika Hegelk untuk mengkritisi institusi institusi yang ada sebagai yang non rasional, dan karenanya 'tidak nyata', yaitu dengan memberikan momen historisnya hidup lebih lama, dan seharusnya diubah. Dengan demikian, kaum Hegelian Kiri menyerang kembali, walau dalam peristilahan-peristilahan yang lebih canggih, dengan pertempuran-pertempuran melawan agama dan absolutisme, yang mana sudah diperjuangkan oleh aliran Pencerahan Perancis seabad sebelumnya. Lebih dari sekedar menolak kebenaran agama hingga pada titik dasarnya, maka kaum Hegelian Muda berusaha menjelaskan dogma keagamaan dalam kaitannya dengan satu tingkat realitas yang berbeda, yang mana pada bagian pertamanya adalah apa yang disebut dengan etika. Pada tahun 1841 Ludwig Feurbach berhasil menuntaskan karyanya yang berjudul The Essence of Christianity[3]. Karyanya ini, oleh kaum Hegelian Muda dianggap sebagai 'penghapusan' agama yang paling menentukan, karena Feurbach mengubah idealisme Hegel menjadi humanisme radikal dengan menggantikan subyek abstrak yang terdapat dalam karya Hegel yang berjudul Philosophy of Mind dengan spesies manusia, dan menjelaskan agama sebagai keterasingan manusia dari kekuatan dan esensinya sendiri, dan merupakan dominasi yang berikutnya terhadap kreasi manusia sendiri. Di Prusia dan di negara negara bagian lain yang absolutis di Jerman, agama merupakan titik keberangkatan yang paling alamiah untuk kritisisme kaum rasionalis, sebagai bentuk dan tatanan sosial tradisional yang tetap membangun legitimasinya di atas basis religius. Marx sendiri memang pernah terlempar ke dalam kritisisme religius, dan tesis doktoralnya yang dituntaskan pada tahun 1841, dipahami sebagai sebuah karya yang anti religius[4].
            Marx mendekati kesadaran politiknya di bawah pengaruh dari koleganya, Bruno Bauer, sesama pengikut Young Hegelian. Bruno Bauer di sini adalah seorang yang menciptakan pemikiran tentang transisi keagamaan menuju kritisisme politik melalui bukunya yang berjudul The Christian State. Pada musim panas di tahun 1841, Marx bergabung dengan Bauer di Bonn dan bekerja sama dengannya untuk sementara untuk sebuah rencana yang terburu-buru mengenai pembuatan sebuah jurnal. Selain itu Marx juga sedanga mengharap mendapatkan tempat di sisi Bauer sebagai pengajar di universitas. Akan tetapi, beberapa bulan kemudian, aktivitas aktivitas subversif Bauer berujung pada pengusiran Bauer dari universitas Bonn. Inilah kejadiaan yang mana secara simultan melukai harapan harapan Marx sendiri dalam karir akademis


[1] Karl Marx, ‘Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right; Introduction’, in Early Writings, Allen Lane/Penguin Books, dalam persiapan.
[2] Terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Marian Evans (George Elliot), London, 1854.
[3] Terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh George Eliot, London, 1853.
[4] 'On the Difference between the Democritian and Epicurian Philosophies of Nature', MEW Erganzungsband [Supplementary Volume] 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar