GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Sabtu, 28 Agustus 2010

Filsafat: Landasan bagi Pergerakan

Studi kita tentang teori Marxis akan dimulai dengan pengamatan  terhadap filsafat Marxisme, yaitu  materialisme dialektis. Kita harus mulai dari filsafat karena filsafat memberikan  landasan bagi pemahaman kita tentang ekonomi politik, strategi politik dan masalah  teoretis lain yang kita  hadapi  dalam  pergerakan. Filsafat memberikan cara pandang dan metode untuk menelaah  semua persoalan  yang dihadapi oleh  pergerakan. Materialisme dialektis juga memberikan jangkar ilmiah yang  kokoh  tempat  berpijaknya aktivitas kita dalam pergerakan.

Untuk memulai pembahasan ini kita harus menjawab pertanyaan: Apa itu filsafat? Secara singkat filsafat dapat dikatakan sebagai teori umum tentang kenyataan. FIlsafat meliputi penelahaan terhadap  berbagai hal mendasar seperti hubungan antara  berpikir dan keadaan  (thinking and being); bagaimana segala  sesuatu  berubah dan berkembang; apakah ada kehidupan lain setelah tubuh mati atau tidak;  dan  sebagainya. Singkatnya,  filsafat  mengamati  semua masalah  yang  berurusan  dengan alam,  masyarakat  dan  pikiran. Karena itulah filsafat menjadi titik tolak yang sangat baik untuk studi  kita.Pengetahuan kita tentang ekonomi politik  yang  sudah dimiliki kini bisa diperiksa kembali landasan filsafatnya, apakah sudah  berpijak  pada cara pikir yang konsisten  dan  tepat  atau belum.

Selama  perjalanan  sejarah  manusia,  sudah  tak  terhitung jumlah filsuf di dunia. Mulai dari pemikir-pemikir dalam masyarakat  Yunani  seperti Aristotle, Plato,  Socrates dan seterusnya sampai pada pemikir-pemikir modern seperti John Stewart Mill  dan Bertrand Russell. Dalam studi ini, kita tidak akan mengulas semua pikiran yang pernah dijabarkan manusia  selama  hidupnya,  juga tidak  sebagian dari mereka seperti yang lazimnya dilakukan  oleh studi-studi filsafat. Titik berangkat kita adalah filsafat Marxis yang  merupakan ungkapan filsafat yang paling maju dalam  sejarah manusia.

Atas  dasar apa kita bisa mengatakan bahwa Marxisme  adalah ungkapan filsafat tertinggi yang pernah dibuat manusia? Pertama, karena akar dari materialisme dialektis ada pada  proletariat, dan dengan karena itu, filsafat tsb juga menjadi cara pandang dunianya. Proletariat tidak berkepentingan untuk memisahkan  masyarakat dalam  kelas-kelas atau mempertahankan pemisahan yang sudah  ada. Proletariat  senantiasa berusaha memahami dunia dari sudut  yang obyektif dan ilmiah. Semua aliran filsafat terdahulu terikat pada pandangan subyektif yang berusaha mempertahankan struktur  kelas yang  eksploitatif,  tentunya demi keuntungan kelas penguasa. Filsafat Marxis-Leninis adalah filsafat pertama yang secara utuh dan lengkap bersandar pada kelas yang tidak punya  kepentingan menindas dan dengan begitu mewakili cara pandang obyektif dan revolusioner di dunia. Kenyataan bahwa Marxisme-Leninisme terang-terangan merupakan pandangan yang membela tujuan dari kelas buruh sama sekali tidak bertentangan dengan asasnya yang obyektif  dan ilmiah.  Justru karena filsafat ini bersandar pada  kelas  buruh, maka ia dapat memberikan pandangan ilmiah terhadap kenyataan.

Marx  dan Engels suatu saat mencatat: "Sama  halnya  seperti filsafat menemukan senjata materialnya di dalam proletariat, maka proletariat menemukan senjata spiritual mereka dalam filsafat." (Marx dan Engels, dikutip dalam _Handbook of Philosophy,_ disunting oleh Howard Selsam, Proletarian Publisher, 1949.) Namun, "senjata spiritual" yang disebut Marx di sini sama  sekali bukan  berarti "kepercayaan" atau optimisme berlebihan.  Filsafat di  sini justru berfungsi sebagai alat intelektual  --  khususnya cara pandang yang revolusioner dan ilmiah -- yang sangat  penting untuk menjalankan tugas dan strategi di dalam pergerakan.

Tentu saja, kebutuhan untuk memahami filsafat Marxis semakin terasa  saat  ini jika dibandingkan sekitar seratus  tahun  lalu. Rumitnya  perkembangan internasional dengan situasi  pertentangan kelasnya, dan juga perbedaan-perbedaan di kalangan  revolusioner sendiri,  makin mendesakkan kebutuhan akan adanya pemahaman yang seragam  terhadap filsafat Marxis. Sayangnya, banyak orang yang menamakan dirinya revolusioner meniadakan kebutuhan ini, filsafat sering diabaikan dan diremehkan dalam gerakan revolusioner yang luas.  Kebanyakan  orang menyingkirkan  persoalan  filsafat  ini karena dianggap kebutuhan akan jawaban-jawaban terhadap persoalan langsung dan kongkret itu jauh lebih penting. Pendekatan pragmatis seperti ini telah meniadakan atau  mengecilkan  arti  dari filsafat Marxis sebagai alat yang bersifat ideologis.*
 (Seri bacaan PRD Kodya YK) 3/2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar