GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Minggu, 26 September 2010

Pembatasan Truk Besar di Jalan Tol Segera Diberlakukan


Oleh Administrator   
Jumat, 24 September 2010 09:06
MENGURAI KEMACETAN

         JAKARTA (Suara Karya): Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta memastikan tak lama lagi pembatasan truk-truk besar di jalan tol diberlakukan. Truk besar bermuatan puluhan ton itu seringkali menjadi penyebab kemacetan jalan terutama saat jam-jam sibuk. Sebab, laju kendaraan itu pelan, terlebih tatkala di jalan menanjak.
"Kendaraan angkutan berat kita batasi. Ini sudah mulai dimantapkan dalam rapat koordinasi berbagai instansi terkait," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono kepada wartawan di kediaman BJ Habibie, Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/9).

Jumat, 24 September 2010

SPK-PPBI Serikat Pekerja Keamanan – Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia

SIARAN PERS



Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap publik dan demi meluruskan informasi yang beredar seputar sengketa hubungan industrial antara PT Primanusa Purnama Baru (PPB) dan 38 pekerja keamanan/security yang ditempatkan di Saphir Square, kami merasa perlu memberikan keterangan pers mengenai perkembangan kasus tersebut, sebagaimana berikut:

Perlawanan Buruh Perempuan PT. SAI Apparel di Semarang

(Mahardhika News). Pelanggaran terhadap hak buruh kembali terjadi. Kali ini menerpa 9000 buruh perempuan dari PT. SAI Apparel yang berkedudukan di Jalan Brigjen Sudiarto, Semarang. Pelanggaran janji dari pihak perusahaan yang akan membayarkan gaji dan THR pada tanggal 6 Agustus 2010 menuai kemarahan dari para Buruh perempuan yang selanjutnya mengekspresikan tuntutan mereka dengan menggelar aksi pada tanggal 8 Agustus 2010, di kawasan pabrik Apparel.

Ribuan Petani Demo di Istana

Jum'at, 24 September 2010 , 13:04:00



AKSI- Para demonstran yang terdiri dari beberapa organisasi petani mendatangi Istana Negara. Foto: Afni Zulkifli/JPNN
JAKARTA- Ribuan petani yang tergabung dalam berbagai aliansi bersama dengan mahasiswa, tumpah ruah didepan Istana negara, Jakarta, Jumat (24/9). Mereka melakukan aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional ke 50.

Jumat, 17 September 2010

Seruan persatuan untuk bahu membahu memperjuangkan demokrasi.

Budi Wardoyo 17 September jam 17:50 Balas
Persoalan penyerangan pendeta HKBP (dan penyerangan terhadap jemaatnya serta pelarangan ibadah di Bekasi), juga pelarangan-pelarangan dan penyerangan-penyerangan ditempat lainnya, bukan masalah antar agama--walaupun memang ada yang mau memecah persatuan rakyat dengan isu agama--namun masalah utamanya, adalah masalah kebebasan beribadah harusnya dilindungi oleh negara.


Namun karena yang berkuasa hari ini, adalah rezim yang anti demokrasi, maka tuntutan soal kebebasan beribadah harus diletakkan dalam konteks perjuangan demokrasi secara umum, dalam konteks menuntut pada negara agar memberikan kebebasan bagi rakyat: baik kebebasan beribadah, kekebasan berkeyakinan, kebebasan berorganisasi--tidak boleh ada union busting, tidak boleh ada pembubaran organisasi--kebebasan menulis, kebebasan menerbitkan buku, kebebasan memilih orientasi sexsual, kebebasan berideologi dan kebebasan berpolitik--tidak boleh lagi ada kriminalisasi rakyat karena melakukan aksi politik perelawanan terhadap negara dan pemodal-- kebebasan bagi perempuan—

Kamis, 16 September 2010

Mencari Wikana (2) Anak Menak Revolusioner

Kamis, 19 Agustus 2010 - 01:20:03 WIB

Lahir dari keluarga priayi bukan halangan untuk jadi pejuang. Sangat membenci penjajah. 
MUNGKIN Nonoh tak pernah menyangka kalau anak lelakinya itu kelak menjadi seorang pemuda yang punya peran menentukan dalam periode revolusi Indonesia. Dia lahir pada 16 Oktober 1914 di Sumedang, Jawa Barat sebagai anak keempatbelas dari enambelas bersaudara. Ayahnya Raden Haji Soelaiman, seorang pendatang Demak, Jawa Tengah.

Wikana lahir pada tahun yang sama ketika Belanda memperkuat pertahanan kota Sumedang dari serangan musuh. Pada masa Perang Dunia I (1914-1918) Belanda membangun benteng-benteng di sekitar kota Sumedang. Perjuangan politik bukan hal baru buat keluarga menak itu. Kakaknya Winanta, pernah ditahan di Boven Digul atas tuduhan terlibat pemberontakan komunis 1926. Wikana muda belajar politik pada Winanta yang menuangkan pengalamannya selama di Digul dalam buku “Antara Hidup dan Mati atau Buron dari Boven Digul” yang disunting oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Cerita Dari Digul.

Mencari Wikana (1) Sepakterjang Pemuda dari Sumedang

Kamis, 19 Agustus 2010 - 01:23:10 WIB

Dia berperan penting pada hari-hari buncit menjelang proklamasi. Hidupnya berakhir tragis.
PADA lokasi bekas rumah bersejarah di jalan Pegangsaan Timur No. 56 berdiri sebatang tiang menjulang tinggi dengan simbol petir di pucuknya. Sederet kalimat tertera pada dasar tiang itu: “Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta.” 

Enam puluh lima tahun lalu, sesosok pemuda kurus berambut klimis berkacamata minus mendatangi rumah bersejarah yang dulu masih berdiri tegak. Wikana, pemuda itu, ditemani pemuda lain, Aidit, kelak menjadi orang nomor satu Partai Komunis Indonesia (PKI), Darwis, Yusuf Kunto dan Soebadio Sastrosatomo. Kepada Bung Karno Wikana meyakinkan kalau kemerdekaan harus segera diumumkan malam ini juga, kalau tidak “besok akan terjadi pertumpahan darah,” kata Wikana setengah mengancam. Bung Karno tersinggung. Dia membentak balik Wikana seraya menantang menyembelih lehernya malam itu juga, “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu, sudahilah nyawa saya malam ini juga. Jangan menunggu sampai besok pagi!”

Profesor Harvard: Kebijakan BLT SBY Tak Akan Menjawab Masalah Kemiskinan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kebijakan pemerintah memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat tak mampu mendapat kritik secara tak langsung dari Dekan Universitas Harvard Kennedy School Profesor David T. Ellwood. Menurutnya pemberian uang tunai tak akan menjawab permasalahan kemiskinan.

"Saya pernah bekerja dengan Presiden Clinton. Jika anda miskin kita akan tulis cek atau makanan. Semakin miskin anda semakin besar (bagian) anda. Itu membantu, tapi tidak menstimulasi pekerjaan dan keterampilan baru," kata Ellwood saat memberikan kuliah di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan jajaran menteri di Istana Negara, Rabu (15/09).

6 Menteri yang Layak Dicopot


INILAH.COM, Jakarta - Sabang-Merauke Circle (SMC) merekomendasikan enam menteri agar dicopot dari jabatannya. Apa saja alasannya?

Menteri ESDM Darwin Z Saleh dipandang tidak memiliki profesionalisme dan kepatutan tugas dalam menjalankan perannya, serta tidak memiliki prestasi apa pun pada negara.

"Darwin tidak bekerja sungguh-sungguh menegakkan azas kemandirian energi untuk bangsa, dan di sisi lain bertanggungjawab atas kelangkaan sumber energi nasional untuk pembangunan, yang mengakibatkan PLN berencana mengimpor batubara dari Australia," ujar Ketua Dewan Direktur Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa (14/9), Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa (14/9),

Warga miskin di AS meningkat

Jumat, 17/09/2010 02:20 WIB
BBCIndonesia.com - detikNews
warga miskin di AS Data resmi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah penduduk miskin naik hampir empat juta di tahun pertama masa jabatan Presiden Barack Obama.

Biro sensus AS mengatakan satu di antara tujuh penduduk sekarang tergolong miskin, yang didefinisikan sebagai keluarga dengan empat orang anggota yang berpenghasilan kurang dari $22.000 per tahun.

Jumlah penduduk miskin antara 2008 dan 2009 mencapai 43,6 juta.
55 Buruh WRP Nginap di DPRD Sumut
Laporan Wartawan Tribun Medan/Adol Frian Rumaijuk
TRIBUN MEDAN/ADOL FRIAN RUMAIJUK

NGINAP - Puluhan buruh PT WRP yang melakukan aksi nginap di trotoar depan DPRD Sumut, Selasa (7/9/2010).
SELASA, 7 SEPTEMBER 2010 | 22:10 WIB
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sejak tanggal 31 Agustus lalu, sebanyak 55 orang buruh WRP Buana Multi Corparat melakukan aksi nginap di depan kantor DPRD Sumatera Utara.

Aksi ini dilakukan untuk menuntut hak mereka sebagai buruh yang di PHK pada bulan Juni 2009 lalu secara sepihak. Tuntutan mereka adalah pesangon yang sesuai dengan undang-undang, atau mereka dipekerjakan kembali oleh perusahaan Malaysia milik Mr Lee Song Hong dan gajinya dibayar selama mogok kerja.

Koordinator Aksi, Marta Hutapea (35), mengatakan, setelah satu tahun tiga bulan ditelantarkan, buruh berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka. Mereka tidak setuju dengan keputusan perusahaan, hanya memberi pesangon sebesar gaji satu bulan. Karena aturan itu tidak ada dalam perjanjian kerja.

“Kami akan tetap melanjutkan aksi sampai lebaran nanti jika belum mendapat tanggapan dari dewan. Kami menginginkan agar agar dipekerjakan kembali dan perusahaan mambayar gaji kami selama ini,” kata Marta di Gedung DPRD Sumut, Selasa (7/9).

Dalam aksi tersebut, buruh memasang tenda seadanya, dan memasak menggunakan kayu bakar di trotoar depan Gedung Dewan. Anak-anak mereka yang masih balita pun ikut menginap. 

Menurut Marta, aksi nginap ini ditanggapi oleh ketua DPRD Sumut, Saleh Bangun tanggal 1 September 2010 yang lalu. DPRD Sumut berjanji akan menindak lanjuti masalah ini, dan akan membentuk panitia khusus (pansus). Tapi hingga hari ini (7/9) belum ada pemberitahuan kepada buruh terkait terbentuknya pansus dan kapan rapat pansus diadakan.

"Kami belum tau siapa yang menjadi pansus, kami perlu tau juga. Jangan-jangan mereka malah menenggelamkan kasus ini," kata Marta. (*)

Tribun Medan

Hasil Panen Gagal, Puluhan Petani Semangka Mengamuk

Kamis, 16/09/2010 16:39 WIB
 Samsul Hadi - detikSurabaya
Nganjuk - Puluhan petani semangka di Desa Begadung Kecamatan Kota Kabupaten Nganjuk, mengamuk. Mereka memecahkan buah semangka di ladang yang dimiliki karena hasil panen dianggap gagal dan tidak sepadan dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Aksi ini dilakukan spontan sebagai bentuk kekecewaan atas sikap pemerintah
yang dianggap diam, atas kondisi hasil panen buruk yang dialami petani. Tanpa
dikomando petani beramai-ramai memetik buah semangka dari ladangnya masing-masing. Mereka bukan menjual ke penadah melainkan dibanting ke tanah dan jalanan
di sekitar ladang.  

Kapolri Siapa Sih?

Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Kamis, 16 September 2010 | 14:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sosok calon Kepala Kepolisian Negara RI yang akan menggantikan Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri masih menjadi sebuah penantian. Namun, pembicaraan mengenai sosok penggantinya menjadi perbincangan hangat.
Maklum saja, jabatan ini termasuk jabatan bergengsi. Sejumlah nama, seperti Imam Sudjarwo, Nanan Sukarna, dan Oegroseno, disebut-sebut menjadi kandidat kuat. Siapa sosok yang dianggap masyarakat pantas memimpin Polri?

Tingkat Pengangguran Yunani Tertinggi

Kamis, 16 September 2010 | 23:25 WIB
AP PHOTO/PETROS GIANNAKOURIS
Ilustrasi
ATHENA, KOMPAS.com — Angka pengangguran di Yunani mencapai tertinggi dalam 11 tahun pada kuartal kedua.

Kantor statistik nasional pada Kamis (16/9/2010) mencatat sebuah kenaikan menjadi 11,8 persen dibanding 8,9 persen setahun sebelumnya.

"Tingkat pengangguran pada kuartal kedua, terakhir tercatat pada tingkat ini pada 1999 sebesar 11,9 persen," pejabat kantor statistik.

Pada kuartal pertama, pengangguran mencapai 11,7 persen, menetapkan tertinggi dalam sepuluh tahun.

Yunani terperosok ke dalam resesi yang berkembang dan biaya pinjaman spiral karena pemerintahnya memangkas defisit lebih dari empat kali tingkat yang diperbolehkan Uni Eropa dan mengurangi utang sebesar hampir 300 miliar euro (390 miliar dollar AS).

Hujan Rusakkan Ratusan Hektar Tembakau di Bojonegoro

16/9/2010 16:05 WIB

Andik Setyobudi - Bojonegoro, Sekitar 300 hektar lebih tanaman tembakau siap panen di tiga kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mati dan rusak karena terkena hujan dalam seminggu terakhir ini.

Kondisi rusaknya tanaman tembakau usia panen ini terjadi di hampir semua sentra kecamatan penghasil tembakau di Bojonegoro. Namun, yang terparah terjadi di Kecamatan Sukosewu, Temayang dan Sugeh Waras.

Salah seorang petani tembakau dari Kecamatan Sukosewu, Yadiun kepada ELSHINTA, Kamis (16/9) siang mengatakan, hujan deras yang berlangsung dalam sepekan ini menyebabkan tanaman tembakau yang siap petik untuk daun kedua rusak karena mengandung kadar air yang tinggi.

Akibatnya daun menjadi layu, keriting, dan bahkan banyak batang tembakau yang membusuk karena terkena air dalam jangka waktu yang lama.

Kondisi itu dirasakan petani, terutama di Desa Kali Cilik, Kecamatan Sukosewu.

Menurut Yadiun, di desanya, sedikitnya 60 hektar tanaman tembakau rusak dan mati, sehingga para petani mengalami kerugia rata-rata Rp 15 juta hingga Rp 20 juta perhektarnya. (der)

Aksi Simpatik Usai, Lalin di Bundaran HI Kembali Normal

Kamis, 16/09/2010 21:52 WIB
Lia Harahap - detikNews

Jakarta - Puluhan elemen masyarakat yang tergabung dalam Forum Solidaritas Kebebasan Beragama telah selesai melakukan aksinya di sekitaran Bundaran Hotel Indonesia. Lalu lintas yang sebelumnya tersendat kini telah berjalan normal.

Pengamatan detikcom, Kamis (16/9/2010) lalu lintas dari arah Sudirman menuju Thamrin telah kembali normal. Kendaraan yang semula tersendat telah melaju lancar tanpa hambatan.

Selasa, 07 September 2010

Malaysia Adili Pelaku Perbudakan 63 WNI

Ini adalah kasus perdagangan manusia terbesar dalam sejarah pengadilan di Malaysia.
VIVAnews - Pengadilan Malaysia mengadili seorang warga, yang diduga telah mengeksploitasi 63 perempuan asal Indonesia untuk dijadikan pembantu dengan bayaran rendah atau tidak dibayar sama sekali. Ini adalah kasus perdagangan manusia (trafficking) terbesar yang pernah ditangani pengadilan Malaysia.

Mobil dan Genset Hotel Papandayan 'Raib', Sita Paksa Batal, Cari Simpati, Pekerja Hotel Papandayan Akan Ngamen di Nagreg

Selasa, 07/09/2010 14:38 WIB
Mobil dan Genset Hotel Papandayan 'Raib', Sita Paksa Batal
Baban Gandapurnama - detikBandung





Bandung - Sekitar 25 orang pekerja Hotel Papandayan pukul 13.00 WIB, Selasa (7/9/2010) mendatangi Hotel Papandayan di Jalan Gatot Subroto untuk menyita paksa aset Hotel Papandayan. Namun penyitaan urung dilakukan karena barang yang akan disita tak ada.

Pemogokan nyaris lumpuhkan Prancis

Selasa, 07/09/2010 08:37 WIB
BBCIndonesia.com - detikNews

Pemogokan di Prancis Transportasi umum di Prancis mengalami gangguan besar-besaran akibat aksi pemogokan yang dilancarkan untuk memprotes langkah penghematan pemerintah.

India: Langkah Penting Menuju Persatuan dan Penyusunan Kekuatan Kiri*

oleh Zely Ariane pada 07 September 2010 jam 20:32
Sekretaris Jenderal CPI (ML) Liberation Dipankar Bhattacharya. Photo by Satya.
 
Oleh: Sekretaris Jenderal CPI (ML) Liberation, Dipankar Bhattacharya.

September 2010 -- Liberation. Empat organisasi kiri—Partai Komunis India (Marxist-Leninist) Liberation [CPI (ML) Liberation], Partai Komunis Marxist (Punjab) [CPM (Punjab)], Partai Lal Nishan (Leninist) [LNP (L)] Maharashtra dan Komite Koordinasi Kiri (Kerala) [LCC]—membentuk  Koordinasi Kiri Seluruh India (AILC) pada konvensi bersama yang diselenggarakan di New Delhi pada 11 Agustus, 2010.

Senin, 06 September 2010

Produksi Material: Basis Kehidupan Sosial

Oleh: Doug Lorimer (1)

Materi utama materialisme historis: masyarakat manusia dan hukum-hukum perkembangannya yang paling jeneral. Langkah awal untuk menemukan hukum-hukum tersebut: meletakkan peranan produksi material dalam kehidupan masyarakat. Bisa dimengerti, karena tanpa produksi barang-barang material (yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia) masyarakat tak dapat hidup. Proposisi tersebut telah lama diungkapkan dan diakui bahkan jauh sebelum masa Marx dan Engels. Tapi, Marx dan Engels tak berhenti sampai di situ saja; mereka berhasil menemukan hukum (yang mengaturnya): bahwa hubungan-hubungan manusia—saat terlibat dalam produksi barang-barang material—merupakan landasan bagi seluruh hubungan-hubungan sosial yang ada.

Materialisme Historis Sebagai Ilmu

Oleh: Doug Lorimer (1)

Materialisme Historis sebagai sebuah ilmu berbicara mengenai hukum-hukum jeneral dan tenaga penggerak perkembangan masyarakat manusia. Seperti halnya semua ilmu yang lainnya, materialisme historis mencoba mengungkapkan esensi obyek yang dipelajarinya dengan jalan memahami hubungan material yang terletak didasar fenomena-yang-muncul dari obyek tersebut.

Pengantar Pokok-pokok Materialisme Historis

Oleh: Doug Lorimer (1)

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pengantar tentang gambaran umum ide-ide dasar Materialisme historis—teori Marxis tentang sejarah manusia dan sejarah masyarakat.

METODE DIALEKTIK

(Ditulis oleh George Novack dalam "An Introduction to the Logic of Marxism", yang merupakan bahan kuliah)

Bagian I

Memahami (secara benar) kemajuan ilmu-pengetahuan—yang, sejak abad ke-16, sudah berkembang begitu luas dalam berbagai bidang—merupakan salah satu cara untuk mempelajari metode dialektika secara lengkap. Kemajuan ilmu-pengetahuan menuntut suatu rekonstruksi (radikal) terhadap ilmu logika, sebagaimana juga meluasnya tenaga produktif kapitalis menuntut suatu transformasi (radikal) terhadap tatanan ekonomi dan politik. Hegel, dalam karya filosofisnya, menuntaskan revolusi dalam ilmu logika tersebut dengan penuh kebimbangan (baca: perhitungan), sebaliknya dari yang dilakukan oleh kaum revolusionis kampungan seperti kaum Jacobin yang, secara serampangan, mencoba menata kembali masyarakat dan negara Perancis. Metode dialektika Hegel, yang juga merupakan suatu prestasi dalam sejarah pemikiran, hanya layak disebandingkan dengan metode dialektika Aristoteles.

SEJARAH DUNIA MODERN

oleh Danial Indrakusuma pada 20 April 2010 jam 21:56

Sumber:

1. Historie Bogan;
2. The Hostory Books;
3. La Historia Del Capitalismo;
4. Dalam Buku Sejarah Dunia Modern, INSAN (Institut Analisa Sosial), Kuala Lumpur, 1985.

I. Pengantar

1. Kisah ini diceritakan berdasarkan tulisan yang dibuat tigapuluh tahun yang lalu. Banyak orang sukar memahami pergolakan dunia saat ini. Mereka tidak paham mengapa terjadi pergolakan. Memang, mereka mendengar radio, menonton TV, membaca banyak buku, namun mereka masih juga gagal memahami perkembangan yang terjadi. Segala yang terjadi seolah-olah tidak ada kaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan

Oleh: Adjie Suradji
Terdapat dua jenis pemimpin cerdas, yaitu pemimpin cerdas saja dan pemimpin cerdas yang bisa membawa perubahan.
Untuk menciptakan perubahan (dalam arti positif), tidak diperlukan pemimpin sangat cerdas sebab kadang kala kecerdasan justru dapat menghambat keberanian. Keberanian jadi satu faktor penting dalam kepemimpinan berkarakter, termasuk keberanian mengambil keputusan dan menghadapi risiko. Kepemimpinan berkarakter risk taker bertentangan dengan ciri-ciri kepemimpinan populis. Pemimpin populis tidak berani mengambil risiko, bekerja menggunakan uang, kekuasaan, dan politik populis atau pencitraan lain.

Kritik SBY di Kompas, Prajurit TNI AU Bakal Disidang

Senin, 6 September 2010 - 14:24 wib
Muhammad Saifullah - Okezone
Ilustrasi (Dok. Okezone)
JAKARTA- Artikel yang ditulis prajurit TNI AU di halaman opini Kompas berbuntut panjang. Sang penulis, Adjie Suradjie, akan dimintai pertanggungjawaban atas tulisan berjudul Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan.

Investor Malaysia Diduga Larikan Duit, Karyawan Katarina Tak Terima THR

Senin, 06/09/2010 15:31 WIB

Indro Bagus - detikFinance


Jakarta - Seluruh karyawan PT Katarina Utama Tbk (RINA) sepertinya tidak akan menerima uang tunjangan hari raya (THR) pada periode hari raya Idul Fitri tahun ini lantaran kas perusahaan kosong yang dibawa kabur pemilik-pemiliknya yang berkewarganegaraan Malaysia.

Pernyataan Sikap Serikat Pekerja Keamanan – Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia Yogyakarta

Pernyataan Sikap
Serikat Pekerja Keamanan – Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia
Yogyakarta
menuntut:
Bayarkan Gaji dan THR kami, Tolak PHK dan Hapus Outsourcing!!

Sehubungan dengan kasus pelanggaran hak buruh/pekerja yang sedang menimpa 42 personel keamanan outsourcing di Saphir Square, kami perlu menegaskan beberapa hal berikut:

Minggu, 05 September 2010

Demo IT Bandung Tolak Privatisasi Listrik

31/8/2010 11:43 WIB

Dudy Supryadi - Bandung, Sekitar 100 orang dari Indonesia Terang-terangan (IT) Wilayah Bandung, menggelar unjuk rasa di Gedung Pertokoan Bandug Indah Plaza (BIP) Jl. Merdeka.

Dalam aksinya, massa IT Bandung menolak privatisasi listrik serta meminta pemerintah menurunkan harga bahan-bahan sembako.

Menurut IT, kebijakan kenaikan TDL 20-30 persen pada 1 Juli 2010 lalu, secara langung turut menyumbang bertambahnya angka kemiskinan di Indonesia.

Apalagi berdasarkan data BPS Penduduk Miskin Indonesia pada Maret 2010 sekitar 32,5 juta jiwa. Dan IT menuntut pemerintah agar menasionalisasi energi strategi, memberikan subsidi penuh, turunkan harga, stop PHK massal, dan menyediakan lapangan seluas-luasnya serta menaikan UMK pekerja sebesar 100 persen.

Sementara itu, usai beraksi di BIP, massa IT akan meneruskan tuntutannya di Gedung Sate Bandung Jalan Diponegoro. (heh)
2/9/2010 12:57 WIB
Tuntut THR, Buruh Pabrik Rokok Demo


Tatik Wijaya - Malang, Sebanyak 60 orang buruh pabrik rokok Adi Bungsu yang berlokasi di Jalan Ki Ageng Gribik, Kota Malang, Jawa Timur berunjuk rasa di depan pabrik mereka. Mereka menuntut agar pihak perusahaan membayarkan THR seperti yang dijanjikan.

Salah seorang perwakilan buruh, Yito mengatakan para buruh mengancam akan kembali berunjuk rasa hingga tuntutan mereka dipenuhi di mana perushaan agar membayar THR mereka Rp 1.800.000 per orang seperti yang dijanjikan pihak perusaaan pada 31 Agustus 2010 lalu.

Para buruh mengancam akan melakukan aksi yang lebih besar lagi jika tuntutan pembayaran THR tidak dipenuhi oleh perusahaan. Sementara pihak perusahaan tidak bersedia menemui perwakilan buruh.

Selain menuntut dibayarkannya THR, para buruh juga meminta agar 56 kawan mereka yang diliburkan dan tidak dibayarkana gajinya agar dipekerjakan kembali. (sik)

50 Buruh di Mojokerto Tuntut Pembayaran THR

3/9/2010 11:13 WIB
Endro Mukti Wibowo - Mojokerto, Sekitar 50 aktivis dari Aliansi Buruh Menggugat (ABM) Mojokerto, Jatim, berunjukrasa di Kantor Pemkab Mojokerto, Jatim, Jumat (3/9) siang ini.

Dalam orasinya, mereka menuntut Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai Undang-undang Ketenagakerjaan.

Menurut aktivis ABM, saat ini di Wilayah Mojokerto terdapat dua pabrik di Kawasan Industri Mojokerto yang belum melakukan pembayaran THR pada karyawannya.

Untuk itu, ABM telah membuka posko THR untuk mengakomodasi laporan-laporan dari para buruh yang belum menerima tunjangan tersebut.

Selain itu, ABM juga menegaskan telah menyediakan pengacara untuk melaporkan pengusaha atau perusahaan yang tidak membayar THR sesuai ketentuan Undangundang ketenagakerjaan.

Sementara itu, salah satu buruh, Rihani mengatakan, tuntutan buruh ini dilakukan karena hingga H-7 Lebaran, perusahaan belum memberikan informasi kapan pemberian THR akan diberikan. (heh)

Aksi Anarkis Gayang SBY Bakal Ditindak Tegas

Minggu, 5 September 2010 - 03:03 wib
Tri Kurniawan - Okezone
JAKARTA - Protes elemen masyarakat terhadap ketidakpuasan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai lembek dalam menghadapi Malaysia menimbulkan gerakan "Ganyang SBY".

Buruh Thailand diperdagangkan

BBCIndonesia.com - detikNews


Enam orang dituduh membujuk 400 warga Thailand ke Amerika Serikat dengan janji bekerja namun kemudian disekap.

Departemen Kehakiman Amerika mengatakan keenam orang itu menyita paspor mereka dan menuntut biaya tinggi serta tidak memenuhi kontrak kerja.

Para terdakwa dituduh menampung para buruh itu di perkebunan nanas di Hawaii dan menuntut biaya US$ 3.750 (sekitar Rp 37 juta) dari mereka.

Terdakwa termasuk Mordechai Orian, seorang warga Israel, Pranee Tubchumpol, Shane Germann dan Sam Wongsesanit dari perusahaan Global Horizons Manpower dan dua perekrut asal Thailand Ratawan Chunharutai dan Podjanee Sinchai.

"Jaman dulu, yang digunakan untuk menahan budak adalah cambuk dan rantai. Sekarang yang digunakan adalah ancaman dan intimidasi," kata agen khusus Biro Penyelidik Federal, FBI, Tom Simon kepada kantor berita Associated Press.

Ancaman ekonomi

Keenam orang itu dikenakan dakwaan di Hawaii.

Departemen Kehakiman mengatakan antara bulan Mei 2004 dan September 2005, para terdakwa mengajak para buruh ke Amerika dengan bayaran tinggi yang mereka cicil melalui pinjaman keluarga di Thailand.

Sebagai imbalannya, mereka dijanjikan mendapat pekerjaan di perkebunan Amerika.

Saat para buruh tiba di Amerika Serikat, para terdakwa menyita paspor mereka dan tidak memenuhi kontrak kerja seperti yang dijanjikan.

Mereka dipaksa bekerja di perkebunan di Hawaii, negara bagian Washington dan tempat lain, kata Departeman Kehakiman Amerika.

Para buruh yang menolak memberi biaya tambahan dikirim kembali ke Thailand walaupun mereka masih memiliki hutang besar untuk biaya perekrutan.

Badan perekrutan, Global Horizons Manpower yang berkantor di Los Angeles belum memberikan komentar terkait dakwaan itu.

Sabtu, 04 September 2010

Daya Saing Pertanian Indonesia dalam ACFTA

Oleh : Khudori

Ekonomi Indonesia diperkirakan menghadapi tekanan berat seiring dimulainya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) ASEAN-China (ACFTA), 1 Januari 2010. Industri manufaktur, seperti otomotif, listrik, elektronik, tekstil dan kertas, diperkirakan mengalami pukulan paling berat. Itulah sebabnya, sebagian besar asosiasi industri manufaktur di sektor tersebut menghendaki penundaan ACFTA, setidak-tidaknya dilakukan renegosiasi. Saat ini setidaknya 228 dari 1.516 pos tarif diusulkan dimodifikasi karena dinilai belum siap berkompetisi. Yang menarik, sejauh ini tidak ada keluhan serius dari sektor pertanian. Sejauh mana daya saing pertanian Indonesia dalam ACFTA?

Stabilisasi Kebutuhan Pokok

oleh : Khudori
Dalam beberapa pekan ini media massa di Tanah Air intens melaporkan kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat golongan ekonomi kecil. Mereka tidak hanya didera harga-harga pangan (beras, gula, terigu,dan minyak goreng) yang terus melangit, tapi juga digerusbiaya kesehatan dan pendidikan yang tidak terjangkau.Harga beras, gula dan minyak goreng pekan ketiga Januari 2010 naik 10-15% ketimbang Oktober lalu.Warga antre beras, gula dan minyak goreng dalam operasi pasar jadi sesuatu yang lumrah.

Wah... Ada Pungli Berkedok THR

Sabtu, 4 September 2010 | 21:25 WIB

"Apapun alasannya ini salah karena sama dengan pungutan liar. Permintaan THR oleh institusi pemerintah kepada pengusaha itu tak ada dasar hukumnya".

UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 1956 Tentang RATIFIKASI KONVENSI ILO NO. 98 MENGENAI BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA (Tambahan Lembaran Negara No. 42 tahun 1956)

UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 1956
Tentang
RATIFIKASI KONVENSI ILO NO. 98
MENGENAI
BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA (Tambahan Lembaran Negara No. 42 tahun 1956)
Konperensi Organisasi Perburuhan Internasional,
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang ketiga puluh dua pada tanggal 8 Juni 1949, dan
Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul mengenai dasar-dasar hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama yang termasuk acara keempat dari agenda sidang, dan Setelah menetapkan, bahwa usul-usul ini harus berbentuk Konvensi internasional,
Menerima pada tanggal 1 Juli tahun 1949 Konvensi di bawah ini, yang dapat disebut Konvensi mengenai Dasar-Dasar Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Bersama 1949:

UNDANG-UNDANG NO. 80 TAHUN 1957 Tentang PERSETUJUAN KONVENSI ILO NO. 100 MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA (Lembaran Negara No. 171 tahun 1957)

UNDANG-UNDANG NO. 80 TAHUN 1957
Tentang
PERSETUJUAN KONVENSI ILO NO. 100
MENGENAI
PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA (Lembaran Negara No. 171 tahun 1957)
Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang ketiga puluh empat tanggal 6 Juni 1951, dan
Setelah memutuskan Unitika menerima beberapa usul mengenai azas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang termasuk acara ketujuh dari agenda sidang, dan Setelah menetapkan bahwa usul-usul ini harus berbentuk Konvensi internasional,
Menerima pada tanggal 29 Juni tahun 1951 Konvensi di bawah ini, yang dapat disebut Konvensi Kesamaan Pengupahan, 1951:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 1992
TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 105 MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA (Lembaran Negara No. 55, tahun 1999)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG
PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 105
MENGENAI
PENGHAPUSAN KERJA PAKSA (Lembaran Negara No. 55, tahun 1999)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999)

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999
TENTANG
PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138
MENGENAI
USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 111 MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN (Lembaran Negara No. 57 Tahun 1999)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999
TENTANG
PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 111
MENGENAI
DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN (Lembaran Negara No. 57 Tahun 1999)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999
TENTANG
HAK ASASI MANUSIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000
TENTANG
SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2003
TENTANG
KETENAGAKERJAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2003
TENTANG
PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION
IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2004
TENTANG
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 185 CONCERNING

REVISING THE SEAFARERS’ IDENTITY DOCUMENTS CONVENTION, 1958
(KONVENSI ILO NO.185 MENGENAI KONVENSI PERUBAHAN
DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 1958)
DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Jumat, 03 September 2010

MAO ZEDONG TENTANG PRAKTEK

Sumber:

Tentang Praktek, Mao Tje Tung, Cetakan ke IV, Yayasan Pembaruan, Jakarta 1964

*

Pengantar

Dulu didalam Partai Komunis Tiongkok terdapat suatu golongan-golongan kaum doktriner yang untuk waktu yang lama, karena, mengabaikan pengalaman revolusi Tiongkok dan tidak mengakui kebenaran bahwa "Marxisme bukanlah dogma melankan suatu pedoman untuk beraksi". Menggertak sambal orang dengan

TENTANG POLITIK Mao Tje Tung

Buku ini diterjemahkan menurut Pilihan Tulisan Mao Tje-tung jilid II dalam bahasa Tiongkok yang diterbitkan pada bulan Agustus 1952 oleh Pustaka Rakyat, Peking. [PENERBIT]. Dicetak di Republik Rakyat Tiongkok. Ini adalah sebuah petunjuk dalam Partai yang ditulis oleh Kawan Mao Tje-tung pada tanggal 25 Desember 1940 atas nama Central Comite Partai Komunis Tiongkok.

Panitia Penerbit Pilihan Tulisan Mao Tje-tung Central Comite Partai Komunis Tiongkok (PUSTAKA BAHASA ASING PEKING 1956)

MENGUBAH PELAJARAN KITA Mao Zedong

Buku ini diterdjemahkan menurut "Pilihan Tulisan Mau Tje-tung" djilid III jang diterbitkan dalam bahasa Tiongkok pada bulan Pebruari 1953. Pustakan Bahasa Asing, Peking 1955.

* * *

Saya menganjurkan supaya mengubah metode belajar dan sistim belajar seluruh Partai kita. Alasan2nya sebagai berikut:

MEMPERHATIKAN PENGHIDUPAN MASSA DAN CARA BEKERJA

MAO ZEDONG

Diambil dari buku Memperhatikan Kehidupan Massa dan Cara Bekerja, Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1953.

Tulisan ini adalah sebagian dari kesimpulan yang dibuat oleh Kawan Mao Tse Tung dalam Kongres Buruh dan Tani Seluruh Tiongkok Ke 2 yang diselenggarakan pada bulan Januari 1934 di Juikin, Propinsi Kiangsi.

*

Mao Tje Tung Diktatur Demokrasi Rakjat

Versi Inggris : ON THE PEOPLE'S DEMOCRATIC DICTATORSHIP
Sumber : Penerbit ABAD BARU, SURABAYA – INDONESIA, 1950
Publikasi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, 22 Maret 2003
Kontributor : Nouval Merdeka

Kata Pengantar

Pada tanggal 1 juli 1949 Partai Komunis Tiongkok ( Kungchantang ) memperingati hari berdirinya yang ke-28. Mao Tje Tung sebagai ketua dari Kungchantang telah mengupas sejarah Kungchantang dan menjelaskan kebijakan politik selanjutnya yang akan di-ikuti oleh Kungchantang. Dalam pidato ynag bersejarah ini dan diadakan di Peking, Kawan Mao telah menegaskan apa artinya “Demokrasi Rakjat”. Bagi

MAO ZE-DONG ANALISA KLAS-KLAS DALAM MASYARAKAT TIONGKOK Maret 1926

Versi Inggris : ANALYSIS OF THE CLASSES IN CHINESE SOCIETY
Sumber : Pilihan Karya Mao Ce-tung, jilid I, halaman 13, Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1967.
Publikasi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, 25 April 2003
Kontributor : Sumartono, S.IP


Siapa musuh kita? Siapa sahabat kita? Masalah ini adalah masalah yang nomor satu pentingnya bagi revolusi. Sebab pokok mengapa semua perjuangan revolusioner di Tiongkok pada masa lampau sangat kecil hasilnya ialah karena tidak bisa bersatu dengan sahabat yang sesungguhnya untuk menggempur musuh yang

MAO ZE-DONG MENGAPA KEKUASAAN POLITIK MERAH TIONGKOK DAPAT BERDIRI 5 Oktober 1928

Versi Inggris : Why Is It that Red Political Power Can Exist in China?
Sumber : Pilihan Karya Mao Ce-tung, Jilid I, Halaman 79. Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1967.
Publikasi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, 25 April 2003
Kontributor : Abdul Rozak

I. SITUASI POLITIK DALAM NEGERI

Rejim raja perang-raja perang baru Kuomintang yang sekarang ini masih tetap merupakan rejim klas komperador di kota-kota klas gembong lalim setempat dan ningrat jahat di desa-desa, suatu rejim yang keluar menyerah kepada imperialisme dan ke dalam mengganti rajaperang-rajaperang lama dengan rajaperang-

MAO ZE-DONG MEMUSATKAN KEKUATAN UNGGUL UNTUK MEMUSNAHKAN MUSUH SATU DEMI SATU 16 September 1946

Versi Inggris : CONCENTRATE A SUPERIOR FORCE TO DESTROY THE ENEMY FORCES ONE BY ONE
Sumber : Pilihan Karya Mao Tje-Tung, Jilid IV, halaman 119, Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1967.
Publikasi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, 25 April 2003
Kontributor : Sumartono, S.IP


1. Cara bertempur denga memusatkan kekuatan unggul untuk memeusnahkan musuh 1) satu demi satu harus digunakan bukan saja dalam disposisi pasukan atau kampanye, tetapi juga dalam disposisi pasukan untuk pertempuran

MAO TJE TUNG BEBERAPA MASALAH MENGENAI METODE MEMIMPIN 1 Juni 1943

Versi Inggris : SOME QUESTIONS CONCERNING METHODS OF LEADERSHIP
Sumber : Pilihan Karya Mao Ce-tung, jilid III halaman 151. Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1967.
Publikasi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, 25 April 2003
Kontributor : Suroto, SE

1. Bagi kita orang Komunis, ada dua metode yang harus dipergunakan dalam melakukan pekerjaan apapun. Pertama, memadukan yang umum dengan yang khusus, memadukan pimpinan dengan massa.

CHE GUEVARA ESENSI PERANG GERILYA (1960)

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari Bab I buku La Guerra de Guerrilas ( Perang Gerilya).

* * *


Kemenangan perjuangan bersenjata rakyat Kuba atas kediktatoran Batista bukan hanya merupakan kejayaan kepahlawanan sebagaimana dilaporkan oleh siaran warta berita di seluruh dunia; Kemenangan itu juga mendorong perubahan dalam dogma-dogma lama mengenai perilaku massa rakyat Amerika Latin. Secara nyata ia menunjukkan kapasitas rakyat untuk membebaskan dirinya melalui perjuangan gerilya melawan pemerintahan yang menindasnya.

CHE GUEVARA APA YANG HARUS KITA PELAJARI dan APA YANG HARUS KITA AJARKAN Desember 1958

Artikel ini ditulis pada minggu-minggu terakhir sebelum kemenangan, dipublikasikan pada tanggal

1 Januari 1959 di Patria, organ resmi Tentara Pemberontak di Propinsi las Villas.

* * *

Di bulan Desember ini, bulan peringatan kedua pendaratan Granma, sangat bermanfaat untuk menilik kembali tahun-tahun perjuangan bersenjata dan pertempuran revolusioner kita selama ini. Gejolak pertama diberikan oleh kudeta Batista pada tanggal 10 Maret 1952, dan lonceng pertama bergema pada tanggal 26 Juli 1953, dengan penyerbuan tragis Moncada itu.

Che Guevara Tanggung Jawab Kelas Buruh Dalam Revolusi Kita 18 Juni 1960

Versi Online : Indomarxist.Net, 30 Mei 2003
Kontributor : Edi Cahyono

Pidato ini diberikan sebagai bagian dari seri acara televisi programa "Kemajuan-kemajuan Kuba," di depan buruh-buruh dari Kementerian Komunikasi. Tak lama setelah pidato ini, pemerintahan revolusioner menjalankan nasionalisasi, antara bulan Juli dan Oktober 1960, yang menghapuskan pemilikan peribadi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan kapitalis-kapitalis Kuba. Pidato ini dipublikasikan pada tanggal 19 Juni 1960, terbitan dari Revolucion.

CHE GUEVARA KADER : TULANG PUNGGUNG REVOLUSI September 1962

Artikel ini dimuat dalam Jurnal bulanan Cuba Socialista (edisi September 1962)

* * *


Tak perlu lagi untuk meragukan watak khas revolusi kita,tentang hal-ikhwalnya, dengan semangat spontanitasnya, yakni transisi yang berlangsung dari revolusi pembebasan nasional menuju revolusi sosialisme. Dan tak perlu pula meragukan peningkatan pesat dari tahap-tahap perkembangannya, yang dipimpin oleh orang-orang yang sama yang ikut serta dalam peristiwa heroik penyerangan garnisun Moncada, berlanjut melalui pendaratan Granma, dan memuncak pada deklarasi watak sosialis dari revolusi Kuba. Para simpatisan baru, kader-kader, dan organisasi-organisasi membentuk sebuah strukfur organisasional yang pada awal gerakan masih lemah, sampai kemudian berubah menjadi luapan rakyat yang akhirnya mencirikan revolusi kita.

CHE GUEVARA SOSIALISME DAN MANUSIA DI KUBA

Artikel ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret 1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.


CHE GUEVARA SURAT CHE KEPADA FIDEL CASTRO 1965

Surat ini dibacakan oleh Fidel Castro pada tanggal 3 oktober 1965, pada rapat terbuka yang mengumumkan Komite Sentral Partai Komunis Kuba yang baru terbentuk dengan dihadiri oleh istri Guevara dan anak-anaknya, Castro menyatakan:

Fidel Castro Ruz, Berjuang demi Mempertahankan Kehidupan di Bumi[1]

Sumber: Jurnal Kiri, Volume 3, Oktober 2000
Penerbit: Neuron
Versi Online: Situs Indo-Marxist (http://come.to/indomarxist), Januari 2002


Yang mulya,
Para delegasi dan tamu-tamu yang terhormat,
Mungkin, setelah anda membuat dan mengadopsi resolusi yang demikian cerdiknya—sehubungan dengan perang ekonomi Amerika Serikat terhadap Kuba—tanpa kami minta, maka akan lebih baik bila kami mengatkan: saudara-saudaraku tersayang.

Mengapa Sosialisme? Oleh: Albert Einstein

Versi Online: Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia, Februari 2002
Kontributor: Soeripto
Versi Inggris: Why Socialism?--by Albert Einstein

Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai alasan, saya yakin hal itu pantas saja dilakukan.

Mumia Abu-Jamal (1998) Apa Yang Telah Diperbuat Sosialisme Untuk Rakyat Kuba?

Sumber: http://www.poptel.org.uk/cuba-solidarity/index.html
Penerjemah: Mohammad Rozak

“Fundamen dari setiap negara adalah pendidikan bagi kaum mudanya”—Diogenes (412-323 SM)

Kunjungan Paus pada akhir Januari 1998 ke daratan Kuba menyeret pers-pers barat pada lingkaran histeria, dimana secara implisit berita-beritanya umumnya penuh dengan harapan bahwa kunjungan Paus Johannes Paulus II akan menjadi tanda keruntuhan penguasa Kuba.

POLITIK FEMINIS UNTUK PEMBEBASAN

Marina Carman
Democratik Socialist Party of Australia
Sumber: Team Penerjemah KPP-PRD


Serangan terhadap hak-hak wanita.
Sejak berlakunya krisis ekonomi berkepanjangan 1970-an pemerintah-pemerintah di seluruh dunia telah mencoba untuk memotong upah dan pekerjaan, pelayanan sosial, dan kesejahteraan publik. Sementara subsidi dan potongan pajak bagi bisnis-bisnis besar terus meningkat .

Che Guevara : Api yang tak kunjung padam

Oleh : Michael Lowy[1]

*

Tahun berjalan, mode berganti, post-modernisme menggantikan modernisme, kepemimpinan demokratis menggantikan kediktatoran, dan tembok berlin jatuh ke bawah tembok kapital. Tapi tiga puluh tiga tahun kemudian, pesan Che Guevara tetap menjadi suluh bagi mereka yang percaya bahwa dunia yang lebih baik itu mungkin.

Eva Cheng Revolusi Cina 1949 : Apa Pelajaran Yang Bisa Kita Petik ?

Banyak orang yang menjadi aktivis kiri di 1990-an, sejak Partai Komunis Cina (PKC) memulai restorasi kapitalisme, merasa sulit untuk menghubungkan atau mengapresiasikan keberhasilan yang didapat oleh rakyat Cina pada kemenangan komunis di 1949. Para penentu kebijakan di Beijing sacara gradual mencampakkan properti dan sistem sosialis untuk digantikan dengan sebuah sistem kapitalisme, ketika mempertahankan retorika-retorika radikal, diperkuat dengan keraguan-keraguan yang timbul dalam revolusi selama tiga dekade kegagalan Stalinis yang dipimpin oleh Mao Tse Tung.

Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek

Oleh : Ernest Mandels

Pengantar

Pada tahun 1968, seorang Marxist dari Belgia, Ernest Mandel berbicara di depan 33 perguruan tinggi di Amerika Serikat dan Kanada, dari Harvard ke Berkeley dan dari Montreal ke Vancouver. Lebih dari 600 orang memadati Education Auditorium di New York University pada tanggal 21 September 1968 untuk menghadiri "Majelis Internasional Gerakan Mahasiswa Revolusioner". Presenta si Mandel di tempat itu dipandang sebagai kejadian yang sangat menonjol oleh majelis dan salah satu saat penting dari seluruh perjalanannya. Pidato dan beberapa kutipan dari diskusi yang mengikutinya menjadi dua bagian pertama dari pamflet ini.

MEMBANGUN KONTAK MAHASISWA DENGAN KELAS PEKERJA

Dipublikasikan Untuk Situs Indo-Marxist pada tanggal 14 Mei 2000.

Oleh : Ninel Olesich dan Victor Privalov

Aktivitas revolusioner mahasiswa Rusia dapat kita mengerti bila kita memahami esensi kelas dari rezim dan pemerintahan Tsar yang reaksioner atas pendidikan tinggi di Rusia.Gelombang pembangkangan dan protes dikalangan mahasiswa Rusia muncul karena beberapa alasan; kondisi yang mencekik dari otokrasi Rusia, perlakuan yang keji atas kaum muda, pengekangan ilmu pengetahuan, diberlakukannya cara-cara ala polisi dan tentara dalam pendidikan, pengingkaran hak-hak politis, dan kemiskinan yang akut dari kebanyakan mahasiswa.

PENJEGALAN TERHADAP PERGERAKAN BURUH DI INDONESIA*

Oleh: Dédé Oetomo**



PERNAHKAH DENGAR, KAWAN?
KETIKA MENCARI-CARI BAHAN UNTUK MENYUSUN TULISAN INI, SAYA MENEMUKAN SEBUAH TULISAN DI INTERNET YANG TERBIT PERTAMA KALI DALAM SEBUAH MAJALAH DARI ITHACA, NEW YORK, AMERIKA SERIKAT.[1] TULISAN ITU MENGEMUKAKAN IRONI SBB.: HARI BURUH INTERNASIONAL, 1 MEI, SESUNGGUHNYA PADA AWALNYA DIRAYAKAN UNTUK MEMPERINGATI PEMOGOKAN 350.000 ORANG BURUH YANG DIORGANISIR OLEH FEDERASI BURUH AMERIKA PADA TANGGAL 1 MEI 1886 DI BANYAK TEMPAT DI AMERIKA SERIKAT UNTUK MENUNTUT WAKTU KERJA 8 JAM SEHARI. AKAN TETAPI KETIKA SERATUS TAHUN LEBIH KEMUDIAN DI BANYAK NEGERI HARI INI DIRAYAKAN OLEH KAUM BURUH, DAN BAHKAN DIAKUI SECARA RESMI OLEH NEGARA,

DOUG LORIMER , MARX DAN ENGELS TENTANG PARTAI PROLETARIAT

Marx dan Engels bukanlah orang-orang yang pertama kali mengembangkan dan mengajukan visi tentang masyarakat tanpa klas. Sebagaimana yang telah diakui oleh keduanya, para pemikir sebelum mereka mengembangkan "pada abad ke 16 dan 17, pada abad 18, teori-teori komunistik yang aktual ... dimana yang harus dihapuskan bukan sekedar keistimewaan-keistimewaan (privileges) klas, namun perbedaan klas itu sendiri". Pencapaian besar yang diraih oleh Marx dan Engels adalah berhasil melihat proses sejarah yang sesungguhnya, yang memungkinkan sosialisme menjadi kenyataan. Itulah sebabnya mereka menciptakan sosialisme ilmiah. Engels menekankan dalam karyanya Sosialisme: Utopia dan Ilmiah, bahwa "Untuk memberikan landasan ilmiah bagi Sosialisme, pertama-tama dia harus diletakkan diatas basis atau landasan yang nyata".

“GLOBALISASI”, NEO-LIBERALISME DAN DORONGAN-DORONGAN KEMUNDURAN EKONOMI KAPITALIS[1]

Oleh : Doug Lorimer[2]

Sumber : Jurnal Kiri
Versi Online : Situs Indo-Marxist—Situs Kaum Marxist Indonesia!

*

Hal yang digembar-gemborkan para ekonom, sosiolog, para guru manajemen, wartawan dan politisi borjuis adalah bahwa kita saat ini hidup dalam era sejarah baru dimana ekonomi nasional, budaya nasional dan batas-batas kenegaraan sudah kehilangan makna dan luntur oleh sebuah proses “globalisasi” yang cepat dan baru.

Membangun Kekuatan Rakyat, Samora Machel

Terjemahan

Establishing People's Power to Serve the Masses

Toronto Committee for the Liberation of Southern Africa

(TCLSAC), Toronto, Canada, 1976



Penerjemah

Tome Xamer Jeronimo, Nuno Rodriguez, dan

Aderito de Jesus Soares


Kuba : Satu Pelajaran Bagaimana Menghancurkan Rasisme Oleh Roberto Jorquera[1]

Invasi ke Amerika setelah “ditemukan” oleh Christoper Colombus adalah sentral dari perkembangan kapitalisme di Eropa. Setelah invasi, ada suatu kebutuhan bagi penguasa kolonial untuk mengembangkan ideologi rasisme sebagai pembenaran dari penindasan-penindasan yang mereka lakukan terhadap penduduk asli dan untuk mengembangkan bisnis jual beli manusia (perbudakan) mereka.

SEJARAH MEMBERIKAN KESIMPULAN, PERGERAKAN YANG MEREVOLUSIONERKANNYA

SEJARAH MEMBERIKAN KESIMPULAN, PERGERAKAN YANG MEREVOLUSIONERKANNYA

Madjid

Dikutip dari majalah PROGRES No. 3, Jilid 2, 1992 hal. 59


Kesalahan Cara Memandang Gerakan/Pergerakan

Kesalahan cara memandang gerakan, yakni memandang gerakan hanya dari satu seginya saja, yakni segi yang negatif, bisa mengakibatkan hilangnya arah positif gerakan. Dan bila ini dibiarkan, akan mengakibatkan hancurnya semangat berjuang. Singkatnya: mengakibatkan hancurnya pergerakan itu sendiri. Adalah sungguh salah bila memandang gerakan dari satu seginya saja, apalagi bila bukan merupakan hasil dari kesimpulan dialektika sejarah. Harus dicamkan dalam-dalam, bahwa kenyataan/realitas apapun memiliki dua sisi, sisi yang negatif dan sisi yang positif; di dunia ini, tidak ada satu hal ihwal pun yang bersegi satu, yakni hanya segi negatifnya saja. Dan gerak (motion) maju sejarah merupakan hasil pergulatan (contradictions) segi yang positif dengan segi yang negatif. Akhirnya, dalam pergerakan yang memilki semangat yang tinggi --militansi yang tinggi-- segi positif sekecil apa pun (apalagi bila besar) harus diusahakan agar dikondisikan, dikonsolidasikan dan dimanfaatkan untuk mendorong maju pergerakan, merevolusionerkan pergerakan.

GEORGE NOVACK PENGANTAR LOGIKA MARXISME

Sumber : George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah

Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron.

E-mail : Revolt83@hotmail.com

Versi Online : [Indomarxist.Net] [http://come.to/indomarxist]—November 2002

Keterangan : Ijin publikasi online ini adalah untuk tujuan non-komersil.

GEORGE NOVACK PENGANTAR LOGIKA MARXISME

Sumber : George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah

Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron.

E-mail : Revolt83@hotmail.com

Versi Online : [Indomarxist.Net] [http://come.to/indomarxist]—November 2002

Keterangan : Ijin publikasi online ini adalah untuk tujuan non-komersil.

GEORGE NOVACK PENGANTAR LOGIKA MARXISME

Sumber : George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah

Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron.

E-mail : Revolt83@hotmail.com

Versi Online : [Indomarxist.Net] [http://come.to/indomarxist]—November 2002

Keterangan : Ijin publikasi online ini adalah untuk tujuan non-komersil.

DENGAN GERAKAN ISLAM TRANSFORMATIF MENUJU MASYARAKAT TAUHIDI

HASAN RAID

Aww,

Saya merasa beruntung sekali dapat bertemu dengan sanak saudara dalam dialog yang takkan terlupakan ini. Melalui dialog ini kita berusaha menggali kebenaran dan kebenaran itu untuk kita kembangkan, untuk kita tegakkan.

Mas Marco Kartodikromo: Dengan Sastra, Ia Mengasah Pena

Sumber : Tabloid Pembebasan Edisi IV/Tahun I
Kontributor : Dewan Redaksi Tabloid Pembebasan, Januari 2004
Versi Online : Indomarxist.Net, 3 Februari 2004
* * *
Soepaja djalannja SAMA RATA,
Jang berdjalan poen SAMA me RASA,
Enak dan senang bersama-sama,
Ja’toe: "Sama rasa, sama rata."

(Sinar Djawa 10 April 1918)

TAN MALAKA (1897-1949) GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS

Tan Malaka –lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka—menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.

Menunggu (Lagi) Zaman Pencerahan di Indonesia?

Kamis, 02 September 2010 - 23:27:52 WIB

Indonesia berdiri sebagai nasion karena ide-ide yang tumbuh di zaman aufklärung yang menghargai kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat. Tapi kini semua berada dalam ancaman.

Sebagai negeri majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan agama, keberagaman menjadi keniscayaan di Indonesia. Namun demikian masih banyak persolan yang melilit bangsa ini, terutama dalam hal kebebasan beragama. Beberapa pekan lalu lebih dari seribu orang berdemonstrasi di depan Istana Merdeka, menuntut kebebasan beragama sekaligus menanggapi serangkaian peristiwa pelanggaran hak kebebasan beragama selama tahun 2010, termasuk pembubaran jemaat Kristen yang sedang menjalankan ibadah dan serangan terhadap jamaah Ahmadiyah. Pelanggaran-pelanggaran itu dilakukan oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan pembela agama Islam. Pertanyaannya: kenapa reaksi masyarakat, termasuk lembaga-lembaga kekuasaan lemah jika dibanding dengan kelompok yang begitu kecil dan tidak berpengaruh tersebut?.

Kisah Berlawan dari Benua Seberang

Senin, 16 Agustus 2010 - 21:48:42 WIB

Kisah lain dari dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia.

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia 1945-1949, pemerintah Australia merupakan satu dari sekian pemerintahan di dunia yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan Republik Indonesia yang masih muda belia menunjuk Australia jadi salah satu dari tiga anggota Commission of Good Offices (Komisi Jasa Baik yang lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara, KTN). Belanda memlih Belgia dan kedua negara, Indonesia dan Belanda, sepakat memlih Amerika Serikat sebagai negara ketiga.

Miskin di Tengah Limpahan Kekayaan

Jumat, 3 September 2010 | 23:37 WIB
pakarhowto.com
ilustrasi

Oleh Rusmanadi

Julak Maribut, lelaki yang masih nampak gagah di usia lebih dari 70 tahun itu, bersiap pergi ke ladang di kaki Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.

Ia tak perlu pergi jauh, karena ladang miliknya masih berada di sekitar rumah, di pinggiran permukiman masyarakat adat Dayak Meratus di Balai Kiyu, Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT).

Rabu, 01 September 2010

DOGMATISME DAN “KEBEBASAN MENGKRITIK”

DOGMATISME DAN “KEBEBASAN MENGKRITIK”



A. APAKAH “KEBEBASAN MENGKRITIK “ ITU ?



“Kebebasan mengkritik” memang pada waktu sekarang merupakan semboyan yang paling menjadi mode dan semboyan, yang paling sering digunakan dalam perdebatan-perdebatan antara kaum sosialis dengan kaum demokrat semua negeri. Sepintas kilas, sukar dibayangkan adanya sesuatu yang lebih aneh daripada penunjukan-penunjukan khidmat dari salah satu pihak yang berdebat mengenai kebebasan mengkritik. Apakah dalam partai-partai yang maju ada terdengar suara-suara menentang hukum konstitusional kebanyakan negeri Eropa yang menjamin kebebasan ilmu dan penelitian ilmiah ? “Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres di sini!”—demikianlah akan komentar orang luaran yang belum menangkap sepenuhnya hakekat perbedaan-perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berdebat itu, tetapi telah berulang-kali mendengar semboyan yang menjadimode ini di setiap persimpangan jalan. “Semboyan ini, rupanya, salah satu semboyan dari kata-kata yang sudah lazim yang, seperti nama julukan, menjadi sah karena kebiasaan dan hampir menjadi nama”.


PEMBELA-PEMBELA BARU “KEBEBASAN MENGKRITIK”

Nah, semboyan ini (“kebebasan mengkritik”) akhir-akhir ini saja telah diajukan dengan khidmat dalam Raboceye Dyelo (No.10), organ Perserikatan Kaum Sosial Demokrat Rusia Di Luar Negeri16, bukan sebagai dalil teori melainkan sebagai tuntutan politik, sebagai jawaban atas pertanyaan: “mungkinkah mempersatukan organisasi-organisasi sosial-demokrat yang melakukan aktivitas di luar negeri?”—“supaya persatuan itu bisa kokoh, harus ada kebebasan mengkritik” (hlm.36).

KRITIK DI RUSIA

Kekhususan utama Rusia dalam hubungan dengan hal yang sedang kita tinjau ialah bahwa awal mula gerakan buruh yang spontan, di satu pihak, dan pembelokan pendapat umum progressif ke arah Marxisme di pihak lain, ditandai dengan kombinasi elemen-elemen yang jelas beraneka-ragam di bawah panji bersama untuk perjuangan melawan musuh bersama juga (pandangan dunia sosial politik yang sudah usang29). Kita

ENGELS TENTANG ARTI PENTING PERJUANGAN TEORI

“Dogmatisme, doktrinisme”, “pembatuan Partai—hukuman yang tak terelakkan atas pencupetan pikiran secara kekerasan”—inilah musuh-musuh yang terhadapnya pembela-pembela “kebebasan mengkritik” dalam Raboceye Dyelo secara ksatria mengangkat senjata. Kita gembira sekali bahwa soal ini telah masuk acara dan kita hanya akan mengusulkan untuk menambahnya satu pertanyaan lagi:



Siapakah yang menjadi hakim ?

SPONTANITAS MASSA DAN KESADARAN KAUM SOSIAL DEMOKRAT, PERMULAAN KEBANGKITAN YANG SPONTAN

Sudah kita katakan bahwa gerakan kita, yang jauh lebih luas dan mendalam daripada gerakan pada tahun-tahun 70-an, harus dijiwai oleh tekad tulus ikhlas dan energi yang sama seperti yang menjiwai gerakan pada waktu itu. Memang, sampai kini kiranya tak seorang pun meragukan bahwa kekuatan gerakan dewasa ini terletak pada kebangkitan massa (terutama proletariat industri) dan bahwa kelemahannya terletak pada ketidak cukupan kesadaran dan inisiatif di kalangan para pemimpin revolusioner.

PEMUJAAN KEPADA SPONTANITAS. RABOCAYA MISL

Sebelum membicarakan manifestasi pemujaan ini dalam literatur, kami ingin menyebutkan kenyataan khas yang berikut (yang sampai kepada kita sumber tersebut diatas), yang sedikit menyoroti bagaimana dua aliran yang bakal bentrokan dalam sosial demokrat Rusia timbul dan tumbuh di kalangan kawan-kawan yang bekerja di Peterburg. Pada awal tahun 1897, sebelum pembuangan mereka, A.A Waneyev dan beberapa

GRUP PEMBEBASAN DIRI DAN RABOCEYE DYELO

C. GRUP PEMBEBASAN DIRI DAN RABOCEYE DYELO54

Kita dengan begitu panjang lebar telah membicarakan tajuk rencana Rabocaya Misl nomor pertama yang tidak banyak diketahui dan sekarang hampir dilupakan orang, karena tajuk rencana ini paling awal dan paling menyolok menyatakan aliran pikiran yang umum yang kemudian muncul sebagi aliran-aliran kecil yang tak terhitung banyaknya. W.I sepenuhnya benar ketika, dalam memuji nomor pertama dan tajuk rencana Rabocaya Misl, dia mengatakan bahwa tajuk rencana tersebut ditulis secara "tajam dan dengan bergelora"(Listok Rabotnika No. 9-10 hal.49). Setiap orang yang percaya pada pendapatnya, yang berpendapat bahwa dia memberikan sesuatu yang baru, menulis "dengan gelora" dan dengan cara yang begitu rupa sehingga pandangan-pandangannya itu tampak menonjol. Hanyalah orang-orang yang biasa berdiri diatas dua perahu yang tidak mempunyai "gelora" sedikitpun, hanya orang-orang yang demikianlah yang bisa kemarin memuji-muji gelora Rabocaya Misl, hari ini menyerang "gelora polemik" lawan-lawan Rabocaya Misl.

POLITIK TRADE-UNIONIS DAN POLITIK SOSIAL-DEMOKRATIS, AGITASI POLITIK DAN PEMBATASANNYA OLEH KAUM EKONOMIS

POLITIK TRADE-UNIONIS DAN POLITIK SOSIAL-DEMOKRATIS



Kami akan mulai lagi dengan memuji Raboceye Dyelo. "Literatur Pemblejetan Dan Perjuangan Proletar" adalah judul yang diberikan oleh Martinov kepada artikelnya dalam Raboceye Dyelo No.10 tentang perbedaan pendapat dengan Iskra. Dia merumuskan hakekat perbedaan pendapat ini sebagai berikut : "Kita tak dapat membatasi diri hanya pada memblejeti sistem yang merintangi jalan perkembangannnya" (partai buruh). "Kita harus pula memberi reaksi terhadap kepentingan-kepentingan terdekat dan sehari-hari proletariat" (hal.63). "….Iskra…… sebenarnya adalah sebuah organ dari oposisi revolusioner yang

KISAH TENTANG BAGAIMANA MARTINOV MEMPERDALAM PLEKHANOV

“Alangkah banyaknya orang sosial-demokrat sebangsa Lomonosov yang muncul di kalangan kita di waktu belakangan ini!” ujar seorang kawan pada suatu hari, dan yang dimaksudkannya ialah kecenderungan yang mengagumkan dari banyak orang di antara yang condong pada ekonomisme “dengan akal sendiri” pasti

PEMBLEJETAN-PEMBLEJETAN POLITIK DAN "PENDIDIKAN KEAKTIFAN REVOLUSIONER"

Dengan mengajukan "teori"nya tentang "peningkatan keaktifan massa buruh" untuk menentang Iskra, sebetulnya Martinov memperlihatkan usaha untuk meremehkan keaktifan ini, karena dia menyatakan perjuangan ekonomi itu sendiri, yang disembah-sembah oleh semua ekonomis, sebagai cara yang lebih baik, teristimewa penting dan "paling luas dapat digunakan" untuk membangkitkan keaktifan ini, dan sebagai lapangan untuknya. Kesalahan ini bersifat khas, justru karena ia sekali-kali bukanlah kesalahan khusus

APA PERSAMAAN ANTARA EKONOMISME DENGAN TERORISME?

Di atas, dalam catatan bawah halaman, kami mengutip pendapat seorang ekonomis dan seorang teroris bukan sosial-demokrat yang kebetulan sependapat. Akan tetapi, berbicara secara umum, diantara keduanya tidak ada hubungan yang kebetulan, melainkan hubungan intern yang bersifat keharusan, hal yang mana harus kami bicarakan lebih lanjut, tetapi yang harus disinggung di sini ialah soal pendidikan keaktifan revolusioner. Kaum ekonomis dan kaum teroris masa kini mempunyai satu akar yang sama, yaitu pemujaan kepada spontanitas,

KLAS BURUH SEBAGAI PEJUANG PELOPOR UNTUK DEMOKRASI

Telah kita lihat bahwa penyelenggaraan agitasi politik yang seluas-luasnya, dan oleh karenanya pengorganisasian pemblejetan-pemblejetan politik yang meliputi banyak hal, merupakan tugas aktivitas yang mutlak perlu dan paling mendesak, yaitu jika aktivitas itu harus betul-betul sosial-demokratis. Akam tetapi kita sampai pada kesimpulan ini semata-mata berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mendesak klas buruh akan pengetahuan politik dan pendidikan politik. Tetapi sebenarnya mengemukakan soal demikian saja terlalu

SEKALI LAGI “PEMFITNAH”, SEKALI LAGI “PENIPU”

F. SEKALI LAGI “PEMFITNAH”, SEKALI LAGI “PENIPU”


Kata-kata yang sopan ini, seperti pembaca ingat, adalah kata-kata Raboceye Dyelo, yang dengan cara demikian menjawab tuduhan kita bahwa ia “secara tak langsung mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu alat demokrasi borjuis”. Dalam kesederhanaan jiwanya Raboceye Dyelo memutuskan bahwa tuduhan ini tidak lain hanya ulah polemik, seolah-olah mau mengatakan, kaum dogmatis

KERAJINAN-TANGANISME KAUM EKONOMIS DAN ORGANISASI KAUM REVOLUSIONER

Pernyataan-pernyataan Raboceye Dyelo—yang telah kita analisa di atas—bahwa perjuangan ekonomi merupakan cara agitasi politik yang paling luas dapat digunakan dan bahwa tugas kita sekarang ialah memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri, dsb, mengungkapkan pandangan picik tidak hanya mengenai tugas-tugas politik kita, tetapi juga mengenai tugas-tugas keorganisasian kita. “Perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah” sekali-kali tidaklah memerlukan—dan karenanya perjuangan

KERAJINAN-TANGANISME DAN EKONOMISME

Kita sekarang harus membicarakan suatu soal yang pasti sudah timbul dalam pikiran setiap pembaca. Dapatkah diadakan hubungan antara kerajinan-tanganisme, suatu penyakit pertumbuhan yang menghinggapi seluruh gerakan, dengan ekonomisme, yang merupakan salah satu aliran dalam sosial-demokrasi Rusia? Kita rasa dapat. Ketiadaan latihan praktis, ketiadaan kecakapan untuk melakukan semua pekerjaan keorganisasian

ORGANISASI KAUM BURUH DAN ORGANISASI KAUM REVOLUSIONER

Jika konsepsi perjuangan politik bagi kaum sosial-demokrat adalah identik dengan konsepsi “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah”, maka sewajarnyalah dapat diharapkan bahwa konsepsi “organisasi kaum revolusioner” baginya sedikit atau banyak identik dengan konsepsi “organisasi kaum buruh”. Dan ini sebenarnya adalah apa yang sungguh-sungguh terjadi; sehingga apabila kita berbicara tentang

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi BAB VI PEMVULGARAN MARXISME OLEH KAUM OPORTUNIS

BAB VI
PEMVULGARAN MARXISME OLEH KAUM OPORTUNIS

Masalah hubungan negara dengan revolusi sosial, dan hubungan revolusi sosial dengan negara, seperti juga masalah revolusi pada umumnya, sangat sedikit diperhatikan oleh teoritikus-teoritikus dan publisis-publisis terkemuka Internasionale II (1889-1914). Tetapi yang paling khas dalam proses pertumbuhan berangsur-angsur dari oportunisme yang menyebabkan keruntuhan Internasionale II di tahun 1914 adalah, bahwa bahkan ketika langsung menghadapi masalah ini mereka mencoba menghindarinya atau juga gagal mencermatinya.

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi BAB V DASAR-DASAR EKONOMI MELENYAPNYA NEGARA

BAB V
DASAR-DASAR EKONOMI MELENYAPNYA NEGARA

Penjelasan yang paling mendalam mengenai masalah ini diberikan oleh Marx dalam karyanya Kritik Terhadap Progam Gotha (Surat Kepada Bracke, 5 Mei 1875, yang dimuat baru pada tahun 1891 dalam Neue Zeit. No 1, IX, dan yang terbit dalam edisi khusus bahasa Rusia.) Bagian polemik dari karya yang cemerlang ini, yang merupakan kritik terhadap Lassalleanisme boleh dikatakan mendesak ke belakang bagiannya yang positif, yaitu: analisa mengenai hubungan antara perkembangan Komunisme dengan melenyapnya negara.

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi BAB IV LANJUTAN. PENJELASAN-PENJELASAN TAMBAHAN ENGELS

BAB IV
LANJUTAN. PENJELASAN-PENJELASAN TAMBAHAN ENGELS

Marx memberikan dasar mengenai masalah arti penting pengalaman Komune. Engels berulang kali kembali ke tema yang sama dan ketika menjelaskan analisa serta kesimpulan-kesimpulan Marx, kadang-kadang ia menyoroti segi-segi lain dari persoalannya dengan begitu kuat dan gamblang sehingga perlu secara khusus membahas penjelasan-penjelasannya itu.

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi BAB III NEGARA DAN REVOLUSI. PENGALAMAN DARI KOMUNE PARIS TAHUN 1871. ANALISA MARX

BAB III
NEGARA DAN REVOLUSI. PENGALAMAN DARI KOMUNE PARIS TAHUN 1871. ANALISA MARX

1. DI MANAKAH LETAK HEROISME DAYA UPAYA KAUM KOMUNARD?

Telah diketahui benar bahwa dalam musim gugur tahun 1870, beberapa bulan sebelum Komune, Marx memperingatkan kaum buruh Paris bahwa sesuatu daya upaya untuk menggulingan pemerintah akan merupakan suatu kedunguan yang kalap. Tetapi ketika dalam Maret 1871, suatu pertempuran yang menentukan telah dipaksakan pada kaum buruh dan mereka menerimanya, ketika pemberontakan telah

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi BAB II NEGARA DAN REVOLUSI. PENGALAMAN DARI TAHUN 1848-1851

BAB II
NEGARA DAN REVOLUSI. PENGALAMAN DARI TAHUN 1848-1851

1. SAAT MENJELANG REVOLUSI

Karya-karya pertama yang sudah matang dari Marxisme --Kemiskinan Filsafat dan Manifesto Komunis--muncul justru pada saat menjelang revolusi 1848. oleh karena itu, sebagai tambahan bagi penyajian prinsip-prinsip umum Marxisme, karya-karya itu mencerminkan sampai derajad tertentu situasi revolusioner konkrit massa itu. Maka, akan menjadi lebih jitu, barangkali, untuk mempelajari apa yang dikatakan oleh para pengarang karya-karya tersebut tentang negara segera sebelum mereka menarik kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman tahun-tahun 1848-51 .(1)

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi

KATA PENDAHULUAN PADA EDISI PERTAMA (1)

Masalah negara sekarang ini memperoleh arti penting yang khusus baik di bidang teori maupun di bidang politik praktis. Perang imperialis telah sangat mempercepat dan memperhebat proses kapitalisme monopoli menjadi kapitalisme monopoli-negara. Penindasan yang mengerikan atas massa pekerja keras oleh negara, yang makin lama makin erat berpadu dengan perserikatan-perserikatan kapitalis yang mahakuasa, menjadi lebih mengerikan lagi. Negeri-negeri yang maju sedang berubah --kita berbicara tentang "daerah belakang" mereka--menjadi penjara-penjara kerja paksa-militer bagi kaum buruh.

Fidel Castro Ruz Globalisasi Neoliberal dan Dunia Ketiga[1]

Sumber: Jurnal Kiri, Volume 3, Oktober 2000

Penerbit: Neuron

Versi Online: Situs Indo-Marxist (http://come.to/indomarxist), Januari 2002



Yang mulya,
Para delegasi dan tamu-tamu yang terhormat,
Dalam kehidupan manusia, baru sekarang ini lah bisa dicapai potensi ilmu-pengetahuan dan teknologi yang begitu mengagumkan, hingga mencapai kemampuan yang luarbiasa untuk menghasilkan kekayaan, kelimpahan dan kesejahteraan; namun demikian, pada saat yang sama, tak pernah terjadi sebelumnya juga, semakin mempertajam kesenjangan dan ketidakadilan di dunia.

Kehebatan teknologi yang walaupun, dalam hal komunikasi dan jarak, bisa menautkan seluruh planet ini, namun nyatanya semakin memperlebar kesejangan antara yang makmur dengan yang miskin, antara yang maju dengan yang terbelakang.

Globalisasi adalah suatu realitas obyektif yang bisa lebih memperjelas fakta bahwa kita sebenarnya merupakan penumpang dalam satu kapal yang sama, yakni, bumi tempat kita hidup. Tapi, para penumpang kapal tersebut mengadakan perjalanannya dengan kondisi-kondisi yang sangat berbeda.

Minoritas-kecil mengadakan perjalanan di kabin yang sangat mewah, dilengkapi fasilitas internet, telepon selular, dan memiliki akses ke jaringan-jaringan komunikasi golabal. Mereka bisa menikmati makanan yang bergizi, sehat, dan berlimpah, serta bisa mendapatkan pasokan air bersih. Mereka memperoleh pelayanan atau perawatan kesehatan yang canggih dan bisa menikmati kebudayaan.

Sementara, mayoritas-berlimpah yang sengsara mengadakan perjalanan dalam kondisi seperti pada zaman perdagangan budak (yang mengenaskan) dari Afrika ke Amerika di zaman kolonial pada masa yang lalu. Sebagain besar penumpang kapal tersebut, yakni sekitar 85 %, berada dalam kabin yang penuh sesak dan kotor, kelaparan, penyakitan dan tak ada yang menolong.

Jelas sekali, bahwa kapal yang sarat dengan ketidakadilan, yang sedang mengarungi jalur irasional dan tak masuk akal mustahil bisa tetap mengapung dan bisa selamat ke pelabuhan yang dituju. Pelayaran seperti itu ditakdirkan akan menabrak gunung es, dan karam. Dan bila itu terjadi, kita semua akan tenggelam bersama kapal karam tersebut.

Pimpinan negara dan pimpinan pemerintahan yang hadir di sini, yang mewakili mayoritas-melimpah yang sengsara tersebut, bukan saja berhak tapi juga berkewajiban menyelamatkan mereka dan mengarahkan jalur kapal yang membahayakan tersebut ke arah yang benar. Adalah tugas kita bersama untuk memperoleh tempat yang aman, agar semua penumpang bisa mengadakan perjalanan dalam suasana solidaritas, persamaan dan keadilan.

Selama dua dekade terakhir ini, Dunia Ketiga berulang-ulang dicekoki, harus selalu mendengarkan, hanya satu wacana simplistik, yang hanya menghasilkan satu kebijakan.

Selalu, kita diceritai bahwa deregulasi pasar, swastanisasi maksimum dan melepaskan campurtangan negara dalam aktivitas ekonomi merupakan prinsip-prinsip menguntungkan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial.

Degan Garis kebijakan seperti itu, negeri-negeri maju, terutama Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan transnasional akan lebih diuntungkan dan IMF, yang selama dua dekade terakhir ini telah merancang tatanan ekonomi dunia, sangat menentang kemajuan negeri-negeri kita dan kemampuan kita untuk tetap bertahan—dalam melidungi masyarakat dan menyelamatkan lingkungan.

Globalisasi telah ditautkan, diidentikan, dengan neoliberalisme; dengan demikian, bukan kemajuan atau kesejahteraan yang disebarluaskan secara global tapi kemiskinan; bukan kedaulatan bangsa yang dihargai tapi dominasi; bukan solidaritas di antara rakyat kita tapi sauve qui peut (sebisa-bisanya menyelamatkan diri mereka sendiri) dalam kompetisi tak seimbang di pasar bebas.

Dua dekade pelaksanaan apa yang mereka namakan penyesuaian struktural hanya lah mewariskan kegagalan pembangunan ekonomi dan kerusakan sosial. Tugas para politisi yang bertanggung jawab dalam menghadapi persoalan tersebut adalah mengambil keputusan yang sanggup memberikan landasan yang kondusif bagi Dunia Ketiga agar bisa keluar dari lorong yang gelap.

Kegagalan pembangunan ekonomi merupakan kenyataan yang tak terbantahkan. Di bawah kebijakan-kebijakan neoliberalisme, ekonomi Dunia mengalami pertumbuhan global antara tahun 1975 hingga tahun 1988, tidak sampai setengahnya dari pertumbuhan yang dicapai antara tahun 1945 hingga 1975—saat menjalankan kebijakan-kebijakan Keynesian dan negara berpartisipasi aktif dalam kehidupan ekonomi.

Di Amerika Latin, di mana neoliberalisme diterapkan sebagai lampiran doktrin, pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada tahap/masa neoliberal tidak lah lebih tinggi ketimbang yang dicapai oleh kebijakan pembangunan (negara) sebelumnya. Setelah PD II, Amerika Latin tak memiliki hutang sama sekali, tapi sekarang berhutang sebesar 1 trilyun dolar. Itu merupakan hutang per kapita tertinggi di dunia. Kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si miskin juga yang terbesar di dunia. Saat ini, Amerika Latin, mengalami saat yang paling berat sepanjang sejarahnya karena semakin banyak orang miskin, pengangguran, dan yang kelaparan,.

Sebenar-benarnya, di bawah kebijakan neoliberalisme, ekonomi dunia ternyata tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat; tapi, malahan lebih sering tidak stabil, lebih banyak spekulasi, peningkatan hutang luar negeri dan pertukaran/perdagangan yang tak setara. Demikian juga, terdapat kecenderungan lebih besar semakin seringnya terjadi krisis keuangan, sementara kemiskinan, ketidakadilan dan kesenjangan antara negeri-negeri Utara (yang makmur) dengan negeri-negeri Selatan (yang dimiskinkan) malah semakin melebar.

Dalam dua tahun terakhir ini, krisis, instabilitas, kekacauan dan ketidakpastian merupakan kalimat yang biasa digunakan untuk menjelaskan tatanan ekonomi dunia.

Deregulasi—yang melekat dalam neoliberalisme—dan liberalisasi nilai kapital telah memberikan dampak negatif sangat mendalam terhadap ekonomi dunia karena mengakibatkan ledakan spekulasi mata uang dan pasar-pasar yang terkena dampaknya, yang transaksi hariannya (sebagian besar spekulatif) bernilai tidak kurang dari 3 trilyun dolar.

Negeri kita diharuskan lebih transparan dalam memberikan informasinya dan lebih efektif dalam pengawasan bank, sedangkan lembaga-lembaga keuangan seperti penyandang dana, yang tak memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatannya, benar-benar, absolut, tak bisa dibatasi aturan dan malahan mengatur semua kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh cadangan devisa yang tersimpan di bank-bank negeri-negeri Selatan.

Dalam atmosfir spekulasi yang tak terbatas, gerakan-gerakan kapital jangka-pendek akan menyebabkan negeri-negeri-negeri Selatan rentan terhadap ketidakpastian yang datang dari luar.

Dunia Ketiga dipaksa menghentikan mobilisasi sumber keuangannya sendiri agar cadangan devisanya merupakan hutang luar negeri yang, katanya, dapat digunakan untuk mempertahankan serangan dari para spekulator. Dalam beberapa tahun terakhir ini, lebih 20 % dari pendapatan kapital yang diperoleh dihentikan mobilisasinya, dijadikan sekadar cadangan devisa, namun tak juga cukup untuk menahan serangan para spekulator—terbukti bila dilihat dari krisis finansial yang terjadi di Asia Tenggara.

Sekarang ini, sejumlah 727 milyar dolar yang berasal dari bank-bank pusat cadangan devisa dunia tersimpan di Amerika Serikat. Hal tersebut akan mengarah pada paradok: negeri-negeri miskin, dengan cadangan devisanya, akan menawarkan pinjaman jangka-panjang yang murah untuk membiayai negeri-negeri makmur dan paling berkuasa di dunia, padahal cadangan tersebut sebenarnya bisa (lebih baik) digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi dan sosial mereka.

Alasan mengapa Kuba bisa berhasil menjalankan program-program pendidikannya, pelayanan kesehatannya, kebudayaannya, ilmu-pengetahuannya, olah raganya dan program-program lainnya—yang tak seorang pun di dunia ini menyangsikannya, walau diblokade secara ekonomi dalam empat dekade—dan, dalam lima tahun terakhir ini, kami berhasil meningkatkan nilai mata uang kami (terhadap dolar) sebanyak tujuh kali, itu karena posisi terhormat kami sebagai bukan anggota IMF—terima kasih atas perlakuan tersebut.

Sistim finansial yang secara paksa menahan mobilisasi sumber keuangan yang begitu besar—yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh negeri-negeri Dunia Ketiga untuk melindungi dirinya dari instabilitas yang disebabkan oleh sistim yang diarahkan agar si miskin membiayai si kaya—harus dienyahkan.

IMF merupakan simbul organisasi sistem moneter yang ada sekarang, dan Amerika Serikat memiliki hak veto terhadap segala keputusannya.

Sepanjang berbicara mengenai krisis keuangan yang baru saja terjadi, IMF menunjukkan kelemahannya dalam memprediksi dan tak memiliki kemampuan untuk menangani situasi tersebut. IMF mendesakkan aturan-aturan pengkondisian yang melumpuhkan kebijakan-kebijakan pembangunan sosial pemerintah, sehingga menciptakan ancaman domestik yang serius dan menghambat akses terhadap sumberdaya-sumberdaya penting ketika sangat dibutuhkan.

Sudah saatnya Dunia Ketiga menuntut dengan keras agar lembaga tersebut—yang tak bisa memberikan jaminan stabilitas bagi ekonomi Dunia Ketiga, yang juga tak bisa memasok dana pada negeri-negeri debitor agar bisa mengatasi krisis likuiditasnya—dibubarkan; lembaga tersebut hanya lah diarahkan untuk melindungi dan menyelamatkan negeri-negeri kreditor.

Dimana kah letak kerasionalan dan etika tatanan moneter internasional bila hanya memberikan kesempatan pada para teknokrat—yang posisinya tergantung pada dukungan Amerika Serikat—untuk merancang program-program penyesuaian ekonomi, yang identik dengan Washington, guna diterapkan di berbagai negeri demi mengatasi problem-problem khusus Dunia Ketiga?

Siapakah yang harus bertanggung jawab bila program-program penyesuaian tersebut menimbulkan kekacauan sosial, sehingga melumpuhkan dan medestabilisasi bangsa-bangsa yang memiliki sumberdaya alam dan manusia yang besar seperti terjadi di Indonesia dan Ekuador?

Ini lah saat yang penting bagi Dunia Ketiga untuk bekerja membubarkan lembaga yang jahat tersebut, dan selain itu juga melenyapkan dasar filsafatnya yang masih bertahan, menggantikannya dengan badan pengatur keuangan internasional yang akan beroperasi di landasan demokratik dan tak seorang pun punya hak veto. Suatu Lembaga yang tak akan sekadar membela kepentingan para kreditor kaya dan tak akan memaksakan kondisi-kondisi penuh campur tangan, akan tetapi mengizinkan aturan-aturan dalam pasar finasial sehingga bisa menahan spekulasi yang tak terkendali.

Cara yang tepat dalam menjalankannya adalah dengan mengenakan pajak yang tidak cuma 0,1%—seperti yang dianjurkan oleh si cerdas Tuan Tobin—tapi sebesar minimal sebesar 1 %, yang tak disangsikan lagi bisa mengumpulkan dana yang sedemikian besarnya—melebih nilai normal, yakni sebesar 1 trilyun dolar setiap tahunnya—guna mengembangkan pembangunan Dunia Ketiga yang nyata, berkelanjutan dan konprehensif.

Hutang luar negeri bangsa-bangsa berkembang sangat lah mencengangkan, tidak saja karena hutang tersebut begitu besarnya tapi juga karena mekanismenya yang keji—mendominasi dan mengeksploitasi—serta formula yang ditawarkan negeri-negeri maju untuk mengatasinya tak masuk akal, absur.

Hutang luar negeri bangsa-bangsa berkembang jumlahnya sudah tak normal lagi, telah mencapai 2,5 trilyun dolar dan, dekade sekarang ini, lebih membahayakan ketimbang pada tahun 1970-an. Sebagian besar Hutang baru tersebut dengan mudahnya bisa berpindah tangan di pasar sekunder dan; kini, hutang tersebut lebih berserakan dan lebih sulit untuk dijadwalkan kembali.

Sekali lagi aku harus mengulangi apa yang telah kami katakan sejak tahun 1985: hutang tersebut sebenarnya sudah bisa kita bayar jika nilai tukarnya dolarnya sama dengan nilai kontraknya, tak terganggu oleh perubahan dan kenaikan serampangan nilai mata uang dolar dalam beberapa dekade yang lalu, dan tak terganggu oleh penurunan harga komoditi pokok—sumber pendapatan utama bagi negeri-negeri berkembang. Hutang terus menerus digunakan untuk membayar hutang (to feed on itself), dalam lingkaran setan gali lubang tutup lubang, hutang digunakan untuk membayar bunga hutang.

Sekarang, jadi lebih jelas dari sebelumnya, bahwa hutang bukan sekadar issue ekonomi tapi juga issue politik, karenanya, harus diselesaikan secara politik. Tak mungkin terus menerus memanipulasi fakta bahwa jalan keluar bagi problem tersebut harus secara mendasar diatasi oleh negeri-negeri yang seolah-olah memiliki sumberdaya dan kekuatan, yakni, negeri-negeri makmur.

Apa yang disebut sebagai Inisiatif Pengurangan Hutang Negeri-negeri Miskin yang Terbelit Hutang hanya lah gagah namanya saja tapi jelek hasilnya. Tak lain dan tak bukan: upaya goblok yang cuma mengurangi 8,3% total hutang negeri-negeri Selatan; tapi, selama hampir empat tahun setelah pelaksanaan program tersebut hanya empat negeri saja—di antara 33 negeri termiskin—yang sanggup melewati proses yang rumit untuk mengurangi hutangnya sekadar sebesar 2, 7 milyar dolar, atau hanya sebesar 33 % dari pembelanjaan Amerika Serikat yang digunakan untuk mempermanis citra dirinya.

Sekarang ini, hutang eksternal merupakan salah satu hambatan terbesar dalam pembangunan dan merupakan bom yang, pada saat krisis ekonomi, setiap saat bisa meledakkan fondasi ekonomi dunia.

Sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengatasi akar persoalan tersebut tidak lah besar jika dibandingkan dengan kesejahteraan dan biaya-biaya yang dinikmati dan dikeluarkan oleh negeri kreditor. Setiap tahunnya dibutuhkan dana sebesar 800 milyar dollar untuk membiayai persenjataan dan tentara, bahkan melebih jumlah pendanaan Perang Dingin dan, sementara itu, tak kurang dari 400 milyar dolar digunakan untuk membeli narkotik serta tambahan 1 milyar milyar lagi digunakan untuk mendanai publikasi komersil—yang tak beda fungsinya seperti narkotik, tidak produktif, teralineasi dari nilai-guna komoditi; itu baru menyebut tiga contoh saja.

Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, secara jujur dan realistik harus diakui bahwa hutang eksternal negeri-negeri Dunia Ketiga sudah tak bisa dibayar dan tak bisa dipungut kembali.

Di tangan negeri-negeri kaya, perdagangan dunia dijadikan sebagai alat dominasi yang, di bawah globalisasi neoliberal, akan menjadi elemen yang semakin berguna untuk melanjutkan dan mempertajam ketidakadilan, serta juga merupakan teater yang mewadahi perselisihan sengit di kalangan negeri-negeri maju saat berebutan hendak menguasai pasar yang ada sekarang dan pasar di kemudian hari.

Wacana neoliberal menyarankan bahwa liberalisasi komersial merupakan cara terbaik dan formula satu-satunya bagi efesiensi dan pembangunan. Menurut wacana tersebut, seluruh bangsa harus menghapuskan segala instrumen proteksi terhadap pasar domestiknya tak perduli sebesar apapun perbedaan derajat pembangunan mereka, merupakan jalan keluar—satu-satunya jalan keluar—yang ditawarkan, yang tak boleh dibatasi oleh keabsyahan perbedaan apapun, walaupun tak bisa menawarkan kemungkinan jalan keluar lainnya. Setelah melalui perdebatan sengit dalam sidang WTO, negeri-negeri termiskin hanya diberikan perbedaan jedah-waktu sedikit saja untuk sepenuhnya bisa memahami sistem yang jahat tersebut.

Sementara neoliberalism terus menerus mengulang-ulang wacananya—karena memperoleh kesempatan menguntungkan dengan adanya perdagangan bebas—parisipasi negeri-negeri terbelakang dalam dunia ekspor, pada tahun 1998, mengalami penurunan ketimbang pada tahun 1953, atau, 45 tahun yang lalu. Dengan luas area 8, 5 juta kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sebanyak 168 juta orang, dan dengan nilai ekspor sebesar 51, 1 milyar dolar selama tahun 1998, nilai ekspor Brazil lebih kecil ketimbang nilai ekspor Belanda pada tahun yang sama, 198, 7 milyar dolar—padahal luas wilayahnya hanya sebesar 41.803 kilometer persegi, dan jumlah penduduknya hanya sebanyak 15, 7 juta orang.

Pada intinya, liberalisasi perdagangan berisi instrumen-instrumen untuk, secara sepihak, menghapuskan proteksi oleh negeri-negeri Selatan. Sementara, di sisi lain, bangsa-bangsa maju tidak melakukan hal yang sama: mempersulit ekspor Dunia Ketiga ke pasar-pasar mereka.

Bangsa-bangsa maju telah mendorong terjadinya liberalisasi dalam sektor-sektor strategis terutama yang bertalian dengan teknologi maju sehingga, dengan semakin bebasnya pasar, mereka bisa menikmati keuntungan yang sedemikian besar. Lihat saja kasus-kasus klasik: sektor jasa, teknologi informasi, bioteknologi dan telekomunikasi telah lama dideregulasikan.

Di sisi lain, sektor pertanian dan tekstil—dua sektor khusus yang sangat penting bagi negeri kita—masih belum sanggup menghapuskan pembatasan-pembatasan tersebut dalam pertemuan Uruguay Round karena sektor-sektor tersebut tidak menjadi kepentingan negeri-negeri maju.

Dalam (kebijaksanaan) OECD—klub negeri-negeri kaya—rata-rata tarif yang diterapkan pada ekspor barang-barang manufaktur dari negeri-negeri berkembang empat kali lebih tinggi ketimbang yang diterapkan pada ekspor negeri-negeri anggota OECD. Jadi, tembok-nyata hambatan non-tarif terletak di negeri-negeri Selatan itu sendiri.

Sementara itu, dalam perdagangan internasional, wacana hipokrit ultra-liberal memperoleh pembenarannya karena sesuai dengan proteksionisme selektif yang diterapkan oleh negeri-negeri Utara.
Komoditi-komoditi pokok masih merupakan rantai yang paling lemah dalam perdagangan dunia. Dalam kasus yang terjadi di 67 negeri-negeri Selatan, komoditi-komoditi tersebut nilainya belum sampai 50% dari nilai total pendapatan eskpor mereka.

Gelombang neoliberal telah melibas skema-skema pertahanan-diri yang sebenarnya terdapat pada komoditi-komoditi pokok. Diktum tertinggi ruang-pasar tidak bisa mentelorir distorsi apapun, karenanya, Kesepakatan Komoditi-komoditi Pokok dan formula pertahanan-diri lainnya—yang sebenarnya dirancang untuk menghadapi pertukaran yang tidak adil—dilanggar atau diabaikan begitu saja. Itu lah alasan mengapa sekarang daya beli komoditi-komoditi tersebut, seperti gula, coklat, kopi, dan lain-lainnya, hanya bernilai 20% dibandingkan dengan nilai pada tahun 1960; konsekuensinya, negeri-negeri tersebut tak bisa lagi menutup (bahkan) biaya-biaya produksinya.

Perlakuan istimewa dan perlakuan berbeda terhadap negeri-negeri miskin diberikan bukan atas dasar pertimbangan (tindakan mendasar) keadilan dan merupakan suatu keharusan yang tak boleh diabaikan, tapi atas dasar pertimbangan (tindakan temporer) karitas, belas-kasih. Sebenarnya, perlakuan berbeda tersebut bukan saja merupakan pengakuan atas banyaknya perbedaan dalam pembangunan—yang membutuhkan ukuran yang berbeda pula dalam menangani pembangunan di negeri-negeri kaya dan di negeri-negeri miskin—tapi seharusnya juga merupakan pengakuan bahwa (secara historis) kolonialisme negeri-negeri kaya terhadap negeri-negeri miskin di masa lalu dituntut memberikan konpensasi.

Kegagalan pertemuan Seattle membuktikan bahwa oposisi sudah bosan terhadap kebijakan-kebijakan neoliberal—bila dilihat dari opini umum yang semakin meluas ke berbagai sektor, baik di negeri-negeri Selatan maupun negeri-negeri Utara sendiri.
Amerika Serikat menyelenggarakan pertemuan kesepakatan perdagangan, yang seharusnya dimulai di Seattle, sebagai langkah yang lebih jauh lagi untuk meliberalisasikan perdagangan tak peduli, atau mungkin melupakan, bahwa Undang-undang Perdagangan Luar Negeri mereka, yang agresif dan diskriminatif, masih berlaku. Undang-undang tersebut memiliki aturan pelengkapnya—”Super-3101”—yang memberikan gambaran nyata tentang diskriminasi dan tindakan untuk menerapkan sanksi terhadap negeri-negeri lain dengan alasan untuk menindak mereka yang diasumsikan menentang/melanggar benteng-benteng yang melindungi produk-produk orang-orang Amerika, padahal asumsi-asumsinya didasari kualifikasi yang sewenang-wenang, sudah ditentukan sebelumnya, dan sering sinis—bahwa pemerintah memutuskan memberikan keistimewaan pada negeri-negeri lainnya atas dasar pertimbangan hak-hak azasi manusia.
Di Seattle, ada pemberontakan terhadap neoliberalisme. Contoh yang paling baru dalam menolak pemaksaan diberlakukannya Kesepakatan Multilateral dalam Investasi. Hal itu membuktikan bahwa fundamentalisme pasar yang agresif, yang menyebabkan kerusakan parah di negeri-negeri kita, sudah dilawan dengan keras dan gigih di dunia.
Sebagai tambahan bagi data bencana ekonomi yang telah disebutkan di atas: walau harga minyak meningkat secara signifikan, namun kenaikannya tersebut justru memberikan sumbangan terhadap memburuknya kondisi di negeri-negeri Selatan sebagai impotir-bersih sumberdaya alam yang sangat vital tersebut. Dunia Ketiga menghasilkan minyak sekitar 80 % dari total perdagangan dunia, dan sekitar 80 % dari jumlah tersebut diekspor ke negeri-negeri maju.

Bangsa-bangsa makmur mampu membayar seberapapun tingginya harga komoditi energi tersebut—yang mereka boroskan untuk mempertahankan tingkat konsumsi mewah mereka dan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Konsumsi minyak Amerika Serikat sekitar 8,1 ton per kapita, sementara Dunia Ketiga mengkonsumsi sekitar 0,8 ton per kapita, dan negeri termiskin Dunia Ketiga mengkonsumsi cuma sekitar 0,3 ton.
Dan harga minyak yang tiba-tiba melonjak, dari US $12 menjadi US $ 30 per barel, atau lebih, justru memiliki dampak yang sangat merusak bangsa-bangsa Dunia Ketiga—dan ini merupakan tambahan masalah terhadap masalah-masalah yang sudah ada, seperti masalah hutang eksternal, rendahnya harga komoditi-komoditi pokok, krisis finansial dan ketidakadilan dalam menanggung beban dampak negatif krisis. Sekarang, kita mengalami sebuah situasi buruk yang sama, yang merupakan tambahan masalah baru di kalangan bangsa-bangsa Selatan.

Minyak merupakan komoditi vital yang, secara universal, sangat dibutuhkan, yang bisa lari dari hukum-hukum pasar. Dengan satu atau lain cara, perusahaan-perusahaan transnasional dengan negeri-negeri Dunia Ketiga pengekspor minyak berupaya menghimpun dirinya agar bisa sama-sama mempertahankan kepentingan dirinya dalam bentuk menentukan harga minyak.

Rendahnya harga minyak lebih banyak menguntungkan negeri-negeri kaya yang sangat boros dalam penggunaan energi minyak, sehingga mereka terus menerus melakukan penelitian untuk mendapatkan deposit-deposit minyak baru yang dapat diekploitasi, demikian pula mereka berupaya mengembangkan teknologi yang dapat mengurangi konsumsi dan dapat melindungi lingkungan; dan itu mempengaruhi ekportir-eksportir Dunia Ketiga. Di sisi lain, tingginya harga minyak, yang menguntungkan para eksportir, dengan mudah bisa ditanggung oleh negeri-negeri kaya namun sangat membahayakan karena bisa menghancurkan sebagian besar ekonomi dunia kita.

Itu lah contoh yang baik untuk menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap negeri-negeri yang memiliki tahap pembangunan berlainan harus lah menjadi prinsip keadilan yang tak dapat dipisahkan dalam perdagangan dunia. Sangat lah tak adil bila negeri Dunia Ketiga seperti Mozambique, yang hanya memiliki US$ 84 per kapita GDP, harus mengeluarkan dana yang sama—untuk membeli komoditi vital tersebut—dengan negeri Switzerland, yang memiliki US$ 43.400 per kapita GDP, 516 kali (lebih tinggi) per kapita GDP negeri Mozambique.

Perjanjian San José, yang ditandatangani 20 tahun yang lalu oleh Venezuela dan Mozambique bersama sekelompok kecil negeri-negeri pengimpor minyak dalam regional tersebut, memberikan contoh yang baik tentang apa yang bisa dan harus ada dalam benak kita, benak setiap bangsa Dunia Ketiga, yang memiliki situasi yang sama—namun, walaupun demikian, pada saat ini kita harus menghindari kondisi-kondisi apapun sehubungan dengan perbedaan perlakuan yang mungkin akan mereka terima.

Beberapa negeri berada dalam keadaan tak mampu membeli lebih dari US$ 10 per barelnya, yang lainnya tak mampu membeli lebih dari US$ 15 per barelnya, dan tak satu pun negeri yang mampu membeli lebih dari US$ 20 per barelnya.

Bagaimanapun juga, negeri-negeri dunia kaya, yang cenderung membelanjakan uangnya dalam jumlah besar dan memiliki tingkat konsumerisme yang tinggi, mampu membeli lebih dari US$ 30 per barelnya tanpa mengakibatkan kehancuran pada negeri mereka. Karena mereka mengkonsumsi 80% ekspor negeri-negeri Dunia Ketiga, maka kelebihan harga dan keuntungan dari penjualan ke negeri-negeri kaya tersebut bisa menutupi kerugian akibat harga penjualan yang lebih rendah ke sebagian besar bangsa miskin lainnya, yang memang seharusnya hanya membeli US$ 20 per barelnya.

Itu lah jalan kongkrit dan ampuh yang bisa merubah kerjasama Selatan-Selatan menjadi instrumen yang memiki kekuatan besar bagi pembangunan Dunia Ketiga. Mengambil jalan yang lain berarti menghancurkan diri sendiri.

Dalam tingkatan dunia global, dimana pengetahuan merupakan kunci bagi pembangunan, kesenjangan teknologi antara Utara dan Selatan cenderung semakin melebar dengan meningkatnya swastanisasi penelitian ilmiah dan hasil-hasilnya.

Negeri-negeri maju, dengan populasi penduduk sekitar 15 % total penduduk dunia, sekarang ini mengkonsentrasikan 88% pengguna internet. Hanya di Amerika Serikat saja, terdapat lebih banyak komputer ketimbang di belahan bumi lainnya. Negeri-negeri tersebut menguasai 97% hak paten dunia dan menerima 90% hak lisensi internasional sementara, bagi sebagian besar negeri Selatan, penerapan hak pemilikan intelektual (intellectual property rights) belum ada atau sangat sulit dilakukan.

Dalam penelitian swasta, faktor keuntungan lebih didahulukan ketimbang faktor kebutuhan; adanya hak pemilikan intelektual mengakibatkan negeri-negeri terbelakang tak bisa memiliki akses terhadap pengetahuan, dan aturan hak paten tidak mengakui transformasi pengetahuan serta sistem-sistim kepemilikan tradisional, padahal sangat penting bagi negeri-negeri Selatan.
Penelitan swasta hanya mengabdi pada kebutuhan para konsumen-konsumen kaya.

Vaksin telah menjadi teknologi yang sangat efisien dan sangat murah untuk menjaga kesehatan karena bisa mencegah penyakit hanya dengan sekali dosis. Namun demikian, karena keuntungan yang diperoleh melalui pemakaian vaksinasi seperti itu akan semakin rendah, maka mereka membuat vaksin yang membutuhkan pemakaian berkali-kali, lebih dari sekali dosis.

Pengobatan baru, benih terbaik dan, secara umum, teknologi terbaik sudah dijadikan barang dagangan yang harganya hanya mampu ditanggung oleh negeri-negeri kaya.

Dampak buruk sosial perlombaan neoliberal tersebut sangat kasat mata. Di lebih 100 negeri, pendapatan per kapita lebih rendah ketimbang 15 tahun yang lalu. Sekarang ini, 1, 6 milyar orang hidup sangat mengenaskan ketimbang awal 1980-an.

Lebih dari 820 juta orang menderita kekurangan gizi, yang 790 jutanya hidup di Dunia Ketiga. Diperkirakan 507 juta orang yang hidup di Selatan sekarang ini tak akan merayakan hari ulang tahunnya yang ke-40, mati.

Di negeri-negeri Dunia Ketiga—yang perwakilannya hadir saat ini—2 dari setiap 5 anak menderita gangguan pertumbuhan, dan 1 dari setiap 3 anak kekuarangan berat badan; 30.000 sekarat setiap harinya, walaupun bisa disematkan; 2 juta anak-anak perempuan terpaksa terjerumus ke pelacuran; 130 juta anak-anak tak memiliki akses pada pendidikan dasar; dan 250 juta anak di bawah umur 15 tahun terpaksa harus bekerja.
Tatanan ekonomi dunia hanya mengabdi pada 20 % dari penduduk yang ada, dengan mengabaikan, merendahkan, dan menyingkirkan 80 % sisanya.

Kita tak bisa gampang-gampangan menerima begitu saja masuk ke abad berikutnya sebagai negeri yang terbelakang, miskin dan terhisap; korban kejahatan rasisme dan senopobia bisa menghambat akses terhadap pengetahuan dan menderita alienasi akibat kabar-kabar (yang sangat beorientasi pada konsumen) yang disampaikan orang-orang asing dan diglobalkan oleh media.

Sebagai anggota kelompok G 77, sudah tak saatnya lagi mengemis dari negeri-negeri maju, tunduk, menyerah, menghiba-hiba pada mereka, atau terpecah belah saling menghancurkan. Saatnya lah sekarang untuk memulihkan kembali semangat juang kita, kesatuan kita dan bersatu padu mempertahankan tuntutan-tuntutan kita

Lima puluh tahun yang lalu, kita dijanjikan bahwa suatu hari kelak tak akan ada lagi kesenjangan antara negeri-negeri maju dan negeri terbelakang. Kita dijanjikan dengan roti (kesejahteraan) dan keadilan; tapi, hingga saat ini, kita, negeri-negeri berkembang, hanya mendapatkan penderitaan, kelaparan dan semakin banyak ketidakadilan.

Dunia bisa saja diglobalkan di bawah kekuasaan neoliberal, tapi tak mungkin menguasai milyaran orang yang lapar kesejahteraan dan keadilan.

Gambaran ibu-ibu dan anak-anak yang mengalami ketakutan akan musim kemarau dan penderitaan lainnya di seluruh regional Afrika mengingatkan kita pada kamp konsentrasi Nazi Jerman; kondisi tersebut membangkitkan kembali ingatan kita pada tumpukan mayat laki-laki, perempuan-perempuan dan anak-anak yang sekarat.

Dibutuhkan perjanjian Nuremberg lainnya untuk mengadili kejahatan tatanan ekonomi yang dipaksakan pada kita, sebagaimana mereka memerintahkan pembunuhan orang-orang yang lapar dan tak mendapatkan perlidungan dari penyakit, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak, setiap tiga tahunnya, lebih banyak ketimbang pembunuhan enam tahun Perang Dunia II.

Di sini, kita harus mendiskusikan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.

Kami, di Kuba, biasanya mengatakan: “Tanah air atau Mati!” Dalam pertemuan Pimpinan-pimpinan puncak negeri-negeri Dunia Ketiga, kita harus mengatakan: Bersatu dan pererat lah kerjasama, atau mati!”

Terimakasih banyak.



***



[1] Pidato Fidel Castro Ruz, Presiden Dewan Negara dan Dewan Menteri Republik Kuba, yang disampaikan pada Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin-pemimpin Negara-negara Selatan yang tergabung dalam Kelompok 77, Havana, 12 April, 2000. Komentar Gus Dur terhadap pidato ini: terlalu bertele-tele dan membosankan.