GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Rabu, 01 September 2010

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi

KATA PENDAHULUAN PADA EDISI PERTAMA (1)

Masalah negara sekarang ini memperoleh arti penting yang khusus baik di bidang teori maupun di bidang politik praktis. Perang imperialis telah sangat mempercepat dan memperhebat proses kapitalisme monopoli menjadi kapitalisme monopoli-negara. Penindasan yang mengerikan atas massa pekerja keras oleh negara, yang makin lama makin erat berpadu dengan perserikatan-perserikatan kapitalis yang mahakuasa, menjadi lebih mengerikan lagi. Negeri-negeri yang maju sedang berubah --kita berbicara tentang "daerah belakang" mereka--menjadi penjara-penjara kerja paksa-militer bagi kaum buruh.



Kengerian dan bencana yang tiada taranya yang diakibatkan perang yang berlarut-larut membuat keadaan massa tidak tertanggungkan dan memperhebat kemarahan mereka. Revolusi proletar internasional jelas sedang mematang. Masalah hubungannya dengan negara memperoleh arti penting praktis.

Elemen-elemen oportunis yang menumpuk selama puluhan tahun dalam perkembangan yang relatif damai telah melahirkan aliran sosialis-chauvisnis yang berdominasi di dalam partai-partai sosialis yang resmi di seluruh dunia. Aliran ini (Plekhanov, Potresov, Breshkovskaya, Rubanovic, dan dalam bentuk yang agak terselubung, Tuan-tuan Tsereteli, Cernov, dan konco-konconya di Rusia; Scheidemann, Legien, David, dan lain-lainnya di Jerman; Renaudel, Guesde, Vandervelde di Perancis dan Belgia; Hyndemann dan kaum Fabian(2) di Inggris, dsb., dsb.), sosialisme dalam kata-kata dan chauvisnisme dalam perbuatan, berciri penyesuaian yang nista dan membudak dari "pemimpin-pemimpin sosialisme" tidak saja pada kepentingan-kepentingan borjuasi nasional "milik mereka", tetapi justru pada kepentingan-kepentingan negara "milik mereka sendiri", karena kebanyakan dari apa yang dinamakan Negara-negara Besar telah lama menghisap dan memperbudak sejumlah bangsa kecil dan lemah. Dan perang imperialis justru perang untuk membagi-bagi dan membagi-bagi kembali barang rampasan macam ini. Perjuangan untuk pembebasan massa pekerja dari pengaruh borjuasi pada umumnya dan dari pengaruh borjuasi imperialis pada khususnya, tidaklah mungkin tanpa perjuangan melawan prasangka-prasangka oportunis mengenai "negara".

Pertama-tama sekali kita periksa ajaran Marx dan Engels tentang negara, kita bicarakan secara sangat terperinci segi-segi ajaran ini yang telah dilupakan atau telah didistorsikan sepenuhnya oleh kaum oportunis. Kemudian, kita akan membahas secara khusus orang yang paling bertanggungjawab atas berbagai distorsi dan pemutabalikan ini, yaitu Karl Kautsky, pemimpin yang paling terkenal dari Internasionale II (1889-1914), yang telah mengalami kebangkrutan yang begitu menyedihkan dalam masa perang yang sekarang ini. Akhirnya, kita akan menyimpulkan hasil-hasil utama pengalaman revolusi-revolusi Rusia tahun 1905 dan terutama tahun 1917. Rupanya, yang tersebut belakangan itu pada saat sekarang (awal Agustus 1917) sedang menyelesaikan tahap pertama perkembangannya; tetapi seluruh revolusi ini pada umumnya dapat dipahami hanya sebagai salah satu mata rantai dari rantai revolusi-revolusi proletar sosialis yang dilahirkan oleh perang imperialis. Maka itu, masalah hubungan revolusi sosialis proletariat dengan negara memperoleh bukan hanya arti penting dalam politik praksis, tetapi harus memperoleh juga segi pentingnya sebagai sebuah program mendesak, yaitu masalah menjelaskan kepada massa mengenai apa yang akan harus mereka kerjakan di masa depan yang sangat dekat demi untuk membebaskan diri dari penindasan kapitalisme..

Penulis

Agustus 1917

KATA PENDAHULUAN PADA EDISI KEDUA

Edisi kedua yang sekarang ini diterbitkan hampir tanpa perubahan. Hanya pada pada Bab II ditambahkan pasal 3.

Penulis

Moskow

17 Desember 1918

BAB I
MASYARAKAT BERKELAS DAN NEGARA

1. NEGARA SEBAGAI PRODUK DARI TAK TERDAMAIKANNYA ANTAGONISME-ANTAGONISME KELAS

Apa yang kini terjadi dengan ajaran Marx, dalam sejarah sudah berkali-kali terjadi pada ajaran-ajaran para pemikir dan pemimpin revolusioner kelas-kelas tertindas dalam perjuangan mereka untuk pembebasan. Sepanjang masa kehidupan para revolusioner besar, kelas-kelas penindas terus menerus mengejar-ngejar mereka, menyambut ajaran mereka dengan kedengkian yang paling ganas, kebencian yang paling jahat, kampanye-kampanye kebohongan dan fitnah yang paling tak terkendalikan. Setelah mereka meninggal dunia, dilakukan usaha-usaha untuk mengubah mereka menjadi patung-patung orang suci yang tidak membahayakan, boleh dikatakan menyatakan mereka sebagai orang-orang suci, memberikan keharuman tertentu kepada nama-nama mereka untuk jadi "penghibur" bagi kelas-kelas tertindas dan untuk menipu mereka, bersamaan dengan itu mengebiri esensi ajaran revolusioner, menumpulkan ujung revolusionernya yang tajam, dan memvulgarkannya. Sekarang ini, dalam "mempercanggih" Marxisme bertemulah borjuasi dan kaum oportunis di dalam gerakan buruh. Mereka mengabaikan, menghapuskan, mendistorsikan segi revolusioner ajaran itu, jiwa revolusionernya. Mereka menonjolkan dan mengagung-agungkan apa yang dapat yang dapat diterima atau yang kelihatannya dapat diterima oleh borjuasi. Semua orang sosial-chauvisnis (3) sekarang ini adalah "Marxis" (jangan tertawa!). Dan semakin sering sarjana-sarjana borjuis Jerman, yang kemarin masih merupakan ahli-ahli dalam hal membasmi Marxisme, kini berbicara tentang Marx yang "berkebangsaan Jerman", yang, menurut pernyataan mereka, telah mendidik serikat buruh-serikat buruh yang terorganisasi dengan begitu baik untuk melakukan perang perampokan!

Dalam keadaan demikian itu, dengan tersebar luasnya secara luarbiasa distorsi atas Marxisme, maka tugas kita pertama-tama ialah memulihkan ajaran Marx yang sejati tentang negara. Untuk itu perlu mengemukakan serangkaian kutipan yang panjang dari karya-karya Marx dan Engels sendiri. Tentu saja, kutipan yang panjang akan membikin sulit uraian dan sama sekali tidak akan membantu menjadikannya bacaan populer, tetapi kita tidaklah mungkin menghindarinya. Semua, atau setidak-tidaknya semua bagian yang paling menentukan dari karya-karya Marx dan Engels mengenai masalah negara, tidak boleh tidak harus dikutip selengkap mungkin, supaya pembaca dapat membentuk pendapat yang bebas mengenai keseluruhan pandangan-pandangan pendiri-pendiri sosialisme ilmiah dan mengenai perkembangan pandangan-pandangan itu dan juga supaya pendistorsiannya oleh "Kautskyisme"(4) yang sekarang berdominasi dapat dibuktikan secara terdokumentasi dan diperlihatkan dengan jelas.

Marilah kita mulai dengan karya F. Engels yang paling populer, Asal Usul Keluarga, Milik Perseorangan Dan Negara, yang pada tahun 1894 sudah terbit edisinya yang keenam di Stuttgart. Kita terpaksa menerjemahkan kutipan-kutipan itu dari aslinya yang berbahasa Jerman, karena terjemahannya dalam bahasa Rusia, biarpun sangat banyak, sebagian besar tidak lengkap atau dikerjakan dengan sangat tidak memuaskan.

Menyimpulkan analisa sejarah yang dibuatnya, Engels mengatakan:

"Negara, dengan demikian, adalah sama sekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai suatu sesempit 'realitas ide moral', 'bayangan dan realitas akal' sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu; negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontrakdisi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Dan supaya segi-segi yang berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan, tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang nampaknya berdiri di atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan bentrokan itu, mempertahankannya di dalam 'batas-batas tata tertib'; dan kekuatan ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat tersebut dan yang semakin mengasingkan diri darinya, adalah negara (hlm. 177-178, edisi bahasa Jerman yang ke-enam).(5)

Ini menyatakan dengan jelas sekali ide dasar Marxisme mengenai masalah peran historis negara dan arti negara. Negara adalah produk dan manifestasi dari tak terdamaikannya antagonisme-antagonisme kelas. Negara timbul ketika, di mana dan untuk perpanjangan terjadinya antagonisme-antagonisme kelas secara obyektif tidak dapat didamaikan. Dan sebaliknya, eksistensi negara membuktikan bahwa antagonisme-antagonisme kelas adalah tak terdamaikan.

Justru mengenai hal yang paling penting dan fundamental inilah pendistorsian atas Marxisme, yang berlangsung menurut dua garis pokok, dimulai.

Di satu pihak, para ideolog borjuis dan teristimewa borjuis kecil, yang di bawah tekanan kenyataan-kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah terpaksa mengakui bahwa negara hanya ada di mana terdapat antagonisme-antagonisme kelas dan perjuangan kelas, "mengoreksi" Marx sedemikian rupa, sehingga negara nampak sebagai organ untuk mendamaikan kelas-kelas. Menurut Marx, negara tidak dapat timbul atau bertahan jika pendamaian kelas adalah mungkin. Menurut kaum borjuis kecil dan para profesor filistin(6)--sering sekali mereka dengan maksud-maksud baik merujuk kepada Marx-- bahwa negara justru mendamaikan kelas-kelas. Menurut Marx, negara adalah organ kekuasaan kelas, organ penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan "tata tertib" yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas. Menurut pendapat politikus-politikus borjuis kecil, tata tertib adalah justru pendamaian kelas-kelas dan bukan penindasan atas kelas yang satu oleh kelas yang lain; meredakan konflik berarti mendamaikan dan bukan merampas sarana dan metode-metode perjuangan tertentu dari kelas tertindas untuk menggulingkan kaum penindas.

Sebagai contoh, dalam revolusi 1917, ketika masalah arti dan peranan negara justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya, menjadi masalah praktis, masalah yang menuntut aksi segera dalam skala massal, seluruh kaum Sosialis-Revolusioner (7) dan kaum Menshevik (8) semuanya segera dan sepenuhnya terjerumus ke dalam teori borjuis kecil "negara" "mendamaikan" kelas-kelas. Tak terhitung banyaknya resolusi-resolusi dan artikel-artikel dari politikus-politikus kedua partai itu seluruhnya diresapi oleh teori "perdamaian" borjuis kecil dan filistin ini. Bahwa negara adalah organ kekuasaan kelas tertentu yang tidak dapat didamaikan dengan antipodenya (kelas yang berlawanan dengannya), ini tak akan dapat dimengerti oleh kaum demokrat borjuis kecil. Sikap terhadap negara adalah salah satu manifestasi yang paling menyolok bahwa kaum sosialis-Revolusioner dan Menshevik kita sama adalah sekali bukan kaum sosialis (apa yang selalu dibuktikan oleh kita kaum Bolshevik), melainkan kaum demokrat borjuis kecil yang menggunakan fraseologi yang mendekati Sosialis.

Di pihak lain, pendistorsian Marxisme "ala Kautsky" jauh lebih halus. "Secara teoritis" tidak disangkal bahwa negara adalah organ; kekuasaan kelas atau bahwa kontradiksi-kontradiksi kelas yang tak terdamaikan. Tetapi apa yang diabaikan atau dikaburkan adalah yang berikut ini; jika negara adalah produk dari tak terdamaikannya kontradiksi-kontradiksi kelas, jika negara adalah kekuatan yang berdiri di atas masyarakat dan yang "semakin mengasingkan dirinya dari masyarakat itu", maka jelaslah bahwa pembebasan kelas tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi dengan kekerasan, tetapi juga tidak mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh kelas yang berkuasa dan yang merupakan penjelmaan dari "pengasingan" itu. Sebagaimana yang akan kita lihat nanti, secara amat definitif Marx telah menarik kesimpulan yang secara teori jelas dengan sendirinya ini, sebagai hasil analisa sejarah yang kongkrit mengenai tugas-tugas revolusi. Dan justru --sebagaimana yang akan kita secara terperinci kemudian--kesimpulan inilah yang oleh Kautsky telah ... "dilupakan" dan didistorsikan.

2. SATUAN KHUSUS ORANG-ORANG BERSENJATA, PENJARA, DSB.

Engels melanjutkan:

"Berbeda dengan organisasi gens (suku atau klan)(9) lama, negara, pertama-tama, membagi warga negara menurut pembagian wilayah...."(10)

Pembagian demikian itu nampaknya "wajar" bagi kita, tetapi ia telah meminta perjuangan berjangka panjang melawan organisasi lama berdasarkan suku atau gens.

"Ciri kedua yang membedakan ialah ditegakkannya kekuasaan kemasyarakatan yang sudah tidak sesuai secara langsung dengan penduduk yang mengorganisasi diri sebagai kekuatan bersenjata. Kekuatan kemasyarakatan yang khusus ini perlu, karena organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk menjadi tidak mungkin sejak terpecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas... Kekuasaan kemasyarakatan ini ada di dalam setiap negara. Ia tidak hanya terdiri dari orang-orang bersenjata saja, tetapi juga terdiri dari embel-embel materiil, yaitu penjara dan segala macam lembaga pemaksa, yang tidak dikenal oleh susunan masyarakat gens (klan) ...."(11)

Engels lebih lanjut membentangkan konsepsi "kekuatan" yang disebut negara --kekuatan yang muncul dari masyarakat, tetapi yang menempatkan diri di atas dan semakin mengasingkan diri sendiri" darinya. Terdiri dari apakah kekuatan ini sesungguhnya? Ia terdiri dari badan khusus orang-orang bersenjata yang memiliki penjara, dll., di bawah komandonya.

Kita berhak berbicara tentang badan-badan khusus orang-orang bersenjata, karena kekuasaan kemasyarakatan yang merupakan sifat khas bagi setiap negara "tidak sesuai secara langsung" dengan penduduk yang bersenjata, dengan "organisasi bersenjata yang bertindak sendiri" dari penduduk.

Seperti semua pemikir revolusioner yang besar, Engels berusaha mengarahkan perhatian kaum buruh yang berkesadaran kelas terhadap fakta sesunguhnya dari apa yang oleh filistinisme yang berdominisasi dianggap tidak patut diperhatikan, paling biasa, disucikan oleh prasangka-prasangka yang tidak hanya berurat berakar, tetapi bisa dobilang sudah membatu. Tentara tetap dan polisi pada hakekatnya adalah alat-alat utama kekuatan kekuasaan negara. Tetapi bagaimana bisa tentara tetap dan polisi menjadi lain daripada itu?.

Dari sudut pandang mayoritas luas orang-orang Eropa akhir abad ke-19, yang kepada mereka Engels menujukan kata-katanya, yang mereka ini tidak pernah mengalami dan juga tidak pernah mengikuti dari dekat satupun revolusi besar, tentara tetap dan polisi tidak bisa lain daripada itu. Mereka sama sekali tidak mengerti apa "organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk" itu. Atas pertanyaan mengapa timbul kebutuhan akan satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata, yang ditempatkan di atas masyarakat dan mengasingkan diri dari masyarakat (polisi dan tentara tetap), kaum filistin Eropa Barat dan Rusia cenderung untuk menjawab dengan beberapa kalimat yang dipinjam dari Spencer atau Mikhailovsky, yaitu menunjuk pada semakin rumitnya kehidupan sosial, diferensiasi fungsi-fungsi, dst.

Referensi yang demikian itu tampaknya "ilmiah", dan secara efektif meninabobokkan orang kebanyakan dengan mengaburkan kenyataan yang pokok dan dasar, yaitu terpecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas bermusuhan yang tak terdamaikan.

Andaikata tidak untuk perpecahan ini, "organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk" itu akan berbeda dengan organisasi primitif kawanan monyet yang menggunakan tongkat, atau organisasi manusia primitif, atau organisasi orang-orang yang tergabung dalam masyarakat klan, dalam hal kerumitannya, ketinggian tekniknya, dst, tetapi organisasi demikian itu masih mungkin.

Organisasi demikian itu menjadi tidak mungkin karena masyarakat beradab telah terpecah menjadi kelas-kelas yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak terdamaikan, sehingga jika kelas-kelas ini diperlengkapi dengan senjata yang "bertindak sendiri" akan timbul perjuangan bersenjata di antara mereka. Terbentuklah negara, terciptalah kekuatan khusus, satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata, dan setiap revolusi, dengan menghancurkan aparat negara, menunjukan dengan jelas kepada kita bagaimana kelas yang berkuasa berdaya-upaya memulihkan satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata yang mengabdi untuknya, dan bagaimana kelas yang tertindas berdaya-upaya menciptakan organisasi baru macam itu yang mampu mengabdi bukan kepada kaum penghisap, melainkan kepada kaum terhisap.

Dalam argumen tersebut di atas, Engels secara teoritis, dengan gamblang pula, mengemukakan justru soal yang juga dihadapkan kepada kita dalam praktek oleh setiap revolusi besar, dengan nyata dan lagi dalam skala aksi massal, yaitu soal saling hubungan antara satuan-satuan "khusus" orang-orang bersenjata dengan "organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk". Akan kita lihat bagaimana soal ini secara konkrit dilukiskan oleh pengalaman revolusi Eropa dan Rusia.

Tetapi marilah kita kembali kepada uraian Engels.

Ia menunjukkan bahwa, sebagai contoh, kadang-kadang di beberapa tempat di Amerika Utara, kekuasaan kemasyarakatan ini lemah (yang dimaksud ialah kekecualian yang jarang bagi masyarakat kapitalis, dan tempat-tempat di Amerika Utara dalam periode pra-imperalismenya, dimana berdominasi kolonis bebas). Tetapi berbicara secara umum, kekuasaan kemasyarakatan itu menjadi lebih kuat:

"... Kekuasaan kemasyarakatan menjadi lebih kuat sejalan dengan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi kelas di dalam negara, dan sejalan bertambah besarnya negara-negara yang berbatasan dan makin banyaknya penduduk negara-negara itu. Kita cukup melihat sajalah Eropa dewasa ini dimana perjuangan kelas dan persaingan dalam penaklukan telah merangsang kekuasaan kemasyarakatan sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan menelan seluruh masyarakat dan bahkan negara."

Itu ditulis tidak lebih kemudian daripada awal tahun-tahun 90-an abad yang lalu. Kata pendahuluan Engels yang terakhir bertanggal 16 Juni 1891, pada waktu itu peralihan ke imperialisme --baik dalam arti dominasi penuh; trust-trust, dalam arti kemahakuasaan bank-bank besar, maupun dalam arti politik kolonial secara besar-besaran, dst-- baru saja mulai di Perancis, dan bahkan lebih lemah lagi di Amerika Utara dan di Jerman. Sejak itu "persaingan dalam penaklukan" telah maju dengan langkah-langkah raksasa --lebih-lebih karena pada awal dasawarsa kedua abad ke-20 seluruh bola bumi telah terbagi habis di antara "penakluk-penakluk yang bersaingan" yaitu diantara negara-negara perampok besar. Sejak itu persenjataan angkatan darat dan laut telah berkembang dengan luar biasa, dan perang perampokan tahun-tahun 1914-1917 untuk pendominasian dunia oleh Inggris atau Jerman, untuk membagi barang rampasan, telah mendekatkan "penelanan" semua kekuatan masyarakat oleh kekuasaan negara yang berwatak penyamun kepada malapetaka total.

Sudah pada tahun 1891 Engels dapat menunjukkan "persaingan dalam penaklukan" sebagai salah satu ciri menonjol yang terpenting dari politik luar negeri negara-negara besar, tetapi dalam tahun-tahun 1914-1917, ketika justru persaingan ini, yang meruncing berlipat ganda, melahirkan perang imperialis (12) , bajingan-bajingan Sosial-chauvisnis menyelubungi pembelaan atas kepentingan-kepentingan perampok dari borjuasi "mereka sendiri" dengan "kata-kata membela tanah air", "membela republik dan revolusi", dst.!

3. NEGARA SEBAGAI ALAT UNTUK MENGHISAP KELAS TERTINDAS

Untuk mempertahankan kekuasaan kemasyarakatan yang khusus, yang berdiri di atas masyarakat, dibutuhkan pajak dan pinjaman negara.

"Dengan memiliki kekuasaan kemasyarakatan dan hak untuk memungut pajak," tulis Engels, "maka para pejabat, sebagai organ masyarakat, kini berdiri di atas masyarakat. Rasa hormat yang bebas dan sukarela kepada organ-organ masyarakat gens (klan) sudah tidak cukup bagi mereka, bahkan andaikatapun mereka dapat memperolehnya".... Dibuatlah undang-undang khusus tentang kesucian dan kekebalan para pejabat. "Seorang agen polisi yang paling hina" mempunyai "otoritas" yang lebih besar daripada wakil-wakil klan, tetapi bahkan kepala kekuasaan militer negara beradab bisa beriri hati kepada seorang pengetua klan yang menikmati "rasa hormat yang diperoleh tanpa paksaan" dari masyarakat.

Di sini dikemukakan masalah kedudukan berhak istimewa para pejabat sebagai organ kekuasaan negara. Pokok persoalannya apa yang menempatkan mereka di atas masyarakat?. Akan kita lihat bagaimana soal teori ini dipecahkan dalam praktek oleh Komune Paris pada tahun 1871 dan bagaimana ia dikaburkan secara reaksioner oleh Kautsky pada tahun 1912.

"Karena negara timbul dari kebutuhan untuk mengendalikan pertentangan-pertentangan kelas; karena bersamaan itu ia timbul di tengah-tengah bentrokan kelas-kelas, maka sebagai hukumnya, ia, negara, lazimnya adalah negara dari kelas yang paling perkasa, yang berdominasi di bidang ekonomi, yang dengan bantuan negara menjadi kelas yang juga berdominasi di bidang politik dan dengan demikian memperoleh sarana baru untuk menindas dan menghisap kelas-kelas tertindas" Seperti halnya negara-negara kuno dan feodal yang merupakan organ untuk menghisap kaum budak dan hamba, demikianlah juga "negara perwakilan modern adalah alat dari kapital untuk menghisap kerja upahan. Tetapi sebagai kekecualian terdapat periode-periode di mana kelas-kelas yang berperang mencapai keseimbangan kekuatan sedemikian rupa sehingga kekuasaan negara untuk sementara waktu memperoleh kebebasan tertentu dalam hubungan dengan kedua kelas itu, seolah-olah sebagai penengah di antara mereka".... Demikianlah monarki-monarki absolut abad ke-17 dan ke-18, Bonapartisme dari Kekaisaran Pertama dan Kedua di Perancis, serta rezim Bismarck di Jerman.

Begitulah, bisa kita tambahkan, pemerintah Kerensky di Rusia republik setelah beralih ke pengejaran terhadap proletariat revolusioner dalam saat di mana Soviet-soviet (13)sudah tidak berdaya akibat pimpinan kaum demokrat borjuis kecil, sedang borjuis belum cukup kuat untuk begitu saja membubarkan soviet-soviet itu.

"Dalam republik demokratis," Engels meneruskan "kekayaan menggunakan kekuasaannya secara tidak langsung, tetapi justru dengan lebih pasti", yaitu pertama, dengan jalan "menyuap langsung para pejabat" (Amerika); kedua, dengan jalan "persekutuan antara pemerintah dengan bursa" (Perancis dan Amerika).

Dewasa ini imperialisme dan dominasi bank-bank telah "mengembangkan" kedua cara mempertahankan dan mewujudkan kemahakuasaan kekayaan ini di dalam republik-republik demokratis manapun menjadi seni yang luar biasa. Apabila, misalnya sejak bulan-bulan pertama dari republik demokratis Rusia, dapat dikatakan dalam bulan madu dari perkawinan kaum "sosialis", kaum Sosialis Revolusioner dan kaum Menshevik, dengan borjuasi dalam ikatan perkawinannya, pemerintahan koalisi. Tuan Palchinsky mensabot setiap tindakan untuk mengekang kaum kapitalis dan praktek-praktek perampokan mereka, penggarongan mereka terhadap kas negara melalui kontrak-kontrak militer; dan apabila kemudian Tuan Palchinsky yang mengundurkan diri dari kabinet (tentu saja diganti dengan orang lain yang tepat serupa dengan Palchinsky) "dihadiahi" jabatan dengan gaji 120.000 rubel setahun oleh kaum kapitalis --apa ini? Penyuapan langsung atau tidak langsung? Persekutuan antara pemerintah dengan sindikat-sindikat atau "hanya" hubungan persahabatan? Peranan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang sebangsa Cernov, Tsereteli, Avksentyev dan Skobelev? Apakah mereka itu sekutu "langsung" atau hanya sekutu tidak langsung dari jutawan-jutawan penjarah harta karun?

Alasan mengapa kemahakuasaan "kekayaan" lebih terjamin dalam republik demokratis, adalah karena ia tidak tergantung pada selubung politik yang buruk dari kapitalisme. Republik demokratis adalah selubung politik terbaik yang mungkin bagi kapitalisme dan karena itu kapital, setelah menguasai selubung yang terbaik itu (melalui orang-orang semacam Palchinsky, Cernov, Tsereteli dan rekan-rekannya) menegakkan kekuasaannya yang dengan begitu aman, begitu pasti, sehingga tidak ada perubahan apapun baik perubahan orang, lembaga maupun partai dalam republik borjuis-demokratis yang dapat menggoyang kekuasaan itu.

Harus ditegaskan pula bahwa Engels dengan setegas-tegasnya menamakan hak pilih umum sebagai alat kekuasaan borjuasi. Hak pilih umum, kata Engels, jelas dengan mempertimbangkan pengalaman panjang dari Sosial-demokrasi Jerman, adalah "ukuran bagi kematangan kelas buruh. Hak pilih umum tidak dapat dan tidak akan dapat memberikan lebih banyak dalam negara masa kini"

Kaum demokrat borjuis kecil, seperti kaum Sosialis-Revolusioner dan kaum Menshevik kita, dan juga saudara kembar mereka, yaitu seluruh kaum sosial-chauvisnis dan kaum oportunis Eropa Barat, mengharapkan justru "lebih banyak" dari hak pilih umum. Mereka sendiri menganut pikiran yang salah dan menyampaikan pada rakyat, seolah-olah hak pilih umum "dalam negara modern" benar-benar dapat menyatakan kehendak mayoritas kaum pekerja dan menjamin pelaksanaannya.

Di sini kita hanya dapat menyebutkan pikiran salah itu, hanya dapat menunjukan bahwa pernyataan Engels yang sepenuhnya jelas, tepat dan kongkrit itu terus menerus didistorsikan dalam propaganda dan agitasi partai-partai Sosialis yang "resmi" (yaitu yang oportunis). Penjelasan yang terperinci mengenai seluruh kepalsuan pikiran ini, akan diberikan dalam uraian kita lebih lanjut tentang pandangan-pandangan Marx dan Engels mengenai negara "modern".

Engels memberikan kesimpulan umum tentang pandangan-pandangannya dalam karyanya yang paling populer dengan kata-kata berikut:

"Jadi, negara tidaklah selamanya ada. Pernah ada masyarakat yang bisa tanpa negara, yang tidak mempunyai konsepsi tentang negara dan kekuasaan negara. Pada tingkat tertentu perkembangan ekonomi, yang tidak bisa tidak berhubungan dengan pecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas, negara menjadi keharusan karena perpecahan ini. Kita sekarang dengan langkah-langkah cepat mendekati tingkat perkembangan produksi di mana adanya kelas-kelas ini bukan hanya tidak lagi menjadi keharusan, tetapi menjadi rintangan langsung bagi produksi. Kelas-kelas tak terelakan akan runtuh, sebagaimana halnya dulu kelas-kelas itu tak terelakan timbul. Dengan runtuhnya kelas-kelas, maka secara tak terelakan akan runtuh pula negara. Masyarakat yang akan mengorganisasi produksi secara baru atas dasar perserikatan bebas dan sama derajat kaum produsen akan mengirim seluruh mesin negara ke tempat yang semestinya: yaitu ke dalam museum barang antik, di sebelah alat pemintal dan kapak perunggu".

Kutipan ini jarang dijumpai dalam literatur propaganda dan agitasi dari Sosial-Demokrasi masa kini. Tetapi kalaupun kita menjumpai kutipan tersebut, kebanyakan dikutip dengan cara seperti menyembah di hadapan patung orang suci, yaitu untuk menyatakan rasa hormat resmi kepada Engels, tanpa usaha sedikitpun untuk merenungkan berapa luas dan dalamnya jangkauan revolusi sebagai prasyarat untuk "mengirim seluruh mesin negara ke museum barang antik " itu. Dalam banyak hal bahkan tidak nampak adanya pemahaman tentang apa yang oleh Engels dinamakan mesin negara.

4. "MELENYAPNYA" NEGARA DAN REVOLUSI DENGAN KEKERASAN

Kata-kata Engels mengenai "melenyapnya" negara terkenal begitu luas, begitu sering dikutip dan begitu jelas menunjukkan inti pokok pemalsuan yang lazim terhadap Marxisme sehingga menjadi mirip dengan oportunisme, sehingga kita harus membahasnya secara terperinci. Kita akan mengutip seluruh argumen dari mana diambil kata-kata tadi:

"Proletariat merebut kekuasaan negara dan pertama-tama mengubah alat-alat produksi menjadi milik negara. Tetapi dengan ini ia mengakhiri dirinya sendiri sebagai proletariat, dengan ini ia mengakhiri segala perbedaan kelas dan antagonisme kelas, dan bersama itu juga mengakhiri negara sebagai negara. Masyarakat yang ada sejak dulu hingga sekarang yang bergerak dalam antagonisme-antagonisme kelas memerlukan negara yaitu organisasi kelas penghisap untuk mempertahankan syarat-syarat luar produksinya; artinya terutama untuk mengekang dengan kekerasan kelas-kelas terhisap dalam syarat-syarat penindasan (perbudakan, perhambaan dan kerja upahan) yang ditentukan oleh cara produksi yang sedang berlaku. Negara adalah wakil resmi seluruh masyarakat, pemusatan masyarakat dalam lembaga yang nampak, tetapi negara yang berupa demikian itu hanya selama ia merupakan negara dari kelas yang sendirian pada zamannya mewakili seluruh masyarakat; pada zaman kuno ia adalah negara dari warga negara pemilik budak; pada Zaman Tengah, negara dari bangsawan feodal; pada zaman kita, negara dari borjuasi. Ketika negara pada akhirnya sungguh-sungguh menjadi wakil seluruh masyarakat, ia menjadikan dirinya tidak diperlukan lagi. Segera setelah tidak ada lagi satu kelaspun dalam masyarakat yang perlu ditindas, segera setelah lenyapnya, bersama dengan dominasi kelas, bersama dengan perjuangan untuk eksistensi perorangan yang dilahirkan oleh anarki produksi masa kini, bentrokan-bentrokan dan ekses-ekses yang timbul dari perjuangan ini, maka sejak saat itu tidak ada lagi yang harus ditindas, juga tidak ada keperluan akan kekuatan khusus untuk menindas, akan negara. Tindakan pertama, di mana negara benar-benar tampil sebagai wakil seluruh masyarakat --pemilikan alat-alat produksi atas nama masyarakat-- sekaligus merupakan tindakannya yang bebas yang terakhir sebagai negara. Campur tangan kekuasaan negara dalam hubungan-hubungan sosial menjadi tidak diperlukan lagi dari satu bidang ke bidang yang lain dan ia berhenti dengan sendirinya. Pemerintahan atas orang-orang diganti dengan pengurusan barang-barang dan pimpinan atas proses produksi. Negara tidaklah dihapuskan, ia melenyap. Atas dasar ini harus dinilai kata-kata 'negara rakyat bebas' --kata-kata yang untuk sementara mempunyai hak hidup dalam hal agitasi, tetapi yang pada akhirnya tidak beralasan secara ilmiah--serta harus dinilai juga tuntutan dari apa yang dinamakan kaum anarkis supaya negara dihapuskan seketika" (Herr Eugen Duhring's Revolution in Science [Anti-Dühring ], hlm. 301-03, edisi Jerman ketiga) .(14)

Dengan tidak takut salah dapat dikatakan bahwa dari argumen Engels yang luar biasa kayanya akan ide itu, yang telah menjadi milik sesungguhnya dari ide sosialis di kalangan partai-partai sosialis modern hanyalah bahwa menurut Marx, negara "melenyap" --berbeda dengan ajaran anarkis tentang "penghapusan" negara. Memangkas Marxisme sedemikian itu berarti memerosotkannya menjadi oportunisme, sebab "interpretasi" semacam itu hanyalah meninggalkan gambaran yang kabur tentang perubahan yang lambat, bahkan berangsur-angsur, tentang ketiadaaan revolusi. "Melenyapnya" negara dalam pengertian yang sudah umum berlaku, tersebar luas, massal, kalau dapat dikatakan demikian, tidak diragukan lagi berarti mengaburkan, jika tidak mengingkari, revolusi.

Bagaimanapun, "interpretasi" semacam itu adalah distorsi yang paling kasar terhadap Marxisme, yang hanya menguntungkan borjuasi; dalam secara teori, dasarnya ialah mengabaikan keadaan-keadaan serta pertimbangan-pertimbangan terpenting yang diindikasikan, katakanlah, dalam argumen Engels yang "bersifat kesimpulan" yang telah kita kutip selengkapnya di atas.

Pertama sekali, pada awal dari argumennya Engels mengatakan bahwa dengan merebut kekuasaan negara, proletariat "dengan demikian menghapuskan negara sebagai negara". Apa artinya ini, ini "tidak biasa" direnungkan. Biasanya ini diabaikan sama sekali atau dianggap sebagai sesuatu "kelemahan Hegelian" dari Engels. Sebenarnya kata-kata tersebut dengan singkat menyatakan pengalaman salah satu revolusi proletar yang terbesar, yaitu pengalaman komune Paris tahun 1871 yang akan kita bicarakan secara lebih terperinci pada tempat yang semestinya. Sebenarnya di sini Engels berbicara tentang "penghapusan" negara borjuis oleh revolusi proletar, sedang kata-kata tentang melenyapnya negara merujuk pada sisa-sisa ketatanegaraan proletar sesudah revolusi sosialis. Menurut Engels negara borjuasi tidak "melenyap" tetapi "dihapuskan" oleh proletariat dalam revolusi. Apa yang melenyap sesudah revolusi adalah negara atau setengah negara proletar itu.

Kedua, negara adalah "kekuatan penindas khusus". Di sini Engels memberikan definisi yang cemerlang dan amat mendalam dengan sejelas-jelasnya. Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa "kekuatan penindas khusus" dari borjuasi terhadap proletariat, dari segelintir kaum kaya terhadap jutaan kaum pekerja, harus digantikan dengan "kekuatan penindas khusus" dari proletariat (diktator proletariat) terhadap borjuasi. Inilah "penghapusan negara sebagai negara". Inilah "tindakan" pemilikan alat-alat produksi atas nama masyarakat. Dan dengan sendirinya jelas bahwa penggantian satu "kekuatan khusus" (borjuasi) dengan "kekuatan khusus" yang lain (proletar) yang demikian itu tidaklah mungkn terjadi dalam bentuk "melenyap".

Ketiga, ketika berbicara tentang "melenyap" dan bahkan lebih hidup dan lebih ekspresif tentang "mati perlahan dengan sendirinya", Engels, dengan jelas sekali dan pasti memaksudkan zaman sesudah "dimilikinya alat-alat produksi oleh negara atas nama seluruh masyarakat", itu berarti, sesudah revolusi sosialis. Kita semua tahu bahwa bentuk politik dari "negara" pada masa itu adalah demokrasi yang paling sempurna. Tetapi hal ini tidak pernah masuk ke dalam kepala seorangpun yang mana saja dari kaum oportunis yang dengan tak tahu malu mendistorsikan Marxisme bahwa Engels oleh karena itu di sini berbicara tentang demokrasi "berhenti dengan sendirinya", atau "melenyap". Ini tampaknya sungguh janggal sekali pada pandangan pertama; tetapi ini adalah "tidak komprehensif" hanyalah bagi mereka yang tidak berpikir tentang kenyataan bahwa demokrasi juga adalah suatu negara dan bahwa, oleh karena itu, demokrasi akan hilang juga apabila negara hilang. Revolusi sendiri dapat "menghapuskan" negara borjuis. Negara pada umumnya yaitu, demokrasi yang paling sempurna, hanya dapat "melenyap".

Keempat, sesudah merumuskan dalilnya yang tersohor bahwa "negara melenyap", Engels sekaligus memberikan penjelasan yang kongkrit bahwa dalil ini diarahkan kepada kaum oportunis maupun kaum anarkis. Disamping itu Engels mengedepankan kesimpulan yang ditarik dari dalil bahwa "negara melenyap" yang diarahkan kepada kaum oportunis.

Orang dapat bertaruh bahwa dari setiap 10.000 orang yang telah membaca atau mendengar tentang "hal melenyapnya" negara, 9.990 orang tidak tahu sama sekali, atau tidak ingat lagi, bahwa Engels mengarahkan kesimpulan-kesimpulan dari dalil ini tidak semata terhadap kaum anarkis. Dan dari sepuluh yang tersisa itu, barangkali sembilan yang tidak tahu tentang arti "negara Rakyat bebas" atau tentang mengapa suatu serangan terhadap semboyan ini berarti serangan terhadap kaum oportunis. Beginilah sejarah ditulis! Beginilah ajaran revolusioner yang besar secara tak terasa dipalsukan dan disesuaikan dengan filistinisme yang tengah berkuasa! Kesimpulan yang diarahkan kepada kaum anarkis telah diulangi ribuan kali, divulgarkan, dipakukan ke dalam kepala orang banyak dalam bentuk yang sedangkal-dangkalnya dan telah menjelma menjadi prasangka; sementara itu kesimpulan yang diarahkan terhadap kaum oportunis telah dikaburkan dan "dilupakan"!

"Negara Rakyat bebas" adalah suatu program tuntutan dan suatu semboyan yang umum dan tersebar luas dari kaum Sosial-Demokrat Jerman dalam tahun-tahun 70-an. Semboyan ini tidak mempunyai isi politik sama sekali kecuali ia melukiskan pengertian tentang demokrasi dengan gaya filistin yang muluk-muluk. Sejauh ia digunakan untuk dengan jalan yang sah menurut undang-undang menunjukan suatu republik demokratis, Engels bersedia untuk "membenarkan" penggunaannya itu "untuk suatu waktu saja" dipandang dari sudut agitasional. Tetapi itu adalah semboyan oportunis, karena ia tidak saja menyatakan pembagusan demokrasi borjuis, tetapi juga kegagalan untuk memahami kritisisme sosialis terhadap negara pada umumnya. Kita menyetujui suatu republik demokratis sebagai bentuk terbaik dari negara untuk proletariat dibawah kapitalisme; tetapi kita tidak mempunyai hak untuk melupakan bahwa perbudakan upah menjadi nasib rakyat bahkan di dalam republik borjuis yang paling demokratis sekalipun. Lebih jauh, setiap negara adalah suatu "kekuatan penindas khusus" terhadap kelas tertindas. Maka dari itu, setiap negara tidak "bebas" dan bukan "negara Rakyat" . Marx dan Engels menjelaskan hal ini berkali-kali kepada kawan-kawan separtainya selama tahun-tahun 70-an.

Kelima, dalam karya Engels yang itu juga, yang darinya setiap orang teringat akan pengutaraan tentang hal melenyapnya negara, memuat juga suatu pengutaraan tentang arti penting dari revolusi dengan kekerasan. Analisa kesejarahan dari Engels mengenai peranannya menjadi suatu sanjung puji yang sebenarnya terhadap revolusi dengan kekerasan. "Tiada seorangpun teringat" akan hal itu; di dalam partai-partai sosialis modern bukan menjadi kebiasaan untuk berbicara atau bahkan berpikir tentang arti penting ide ini, dan ia tidak memainkan peranan apa-apa dalam propaganda serta agitasi sehari-hari mereka di kalangan massa. Namun, ia tak terpisahkan berpadu dengan "hal melenyapnya" negara menjadi satu keseluruhan yang selaras.

Inilah argumentasi Engels:

"...Bagaimanapun, kekuatan itu, kekerasan, juga memainkan peranan lain dalam sejarah" (kecuali peranan sebagai pelaku kejahatan) "dalam sejarah, yaitu peranan revolusioner, bahwa kekerasan, menurut kata-kata Marx, adalah bidan bagi setiap masyarakat lama yang telah mengandung masyarakat baru, bahwa kekerasan adalah alat yang digunakan oleh gerakan sosial untuk merintis jalan bagi dirinya dan menghancurkan bentuk-bentuk politik yang telah mati dan membatu --tentang ini tak sepatah kata pun dari Tuan Duhring. Hanya dengan menarik nafas berat panjang dan mengeluh ia mengakui kemungkinan bahwa untuk menggulingkan sistim ekonomi penghisapan barangkali akan diperlukan kekerasan-- sayang sekali, lihatlah! Karena setiap penggunaan kekerasan katanya akan mendemoralisi orang yang menggunakannya. Dan ini diucapkan sekalipun ada kebangkitan moral dan spiritual yang tinggi yang terjadi sebagai akibat dari setiap revolusi yang menang! Dan ini diucapkan di Jerman, di mana suatu bentrokan dengan kekerasan --yang memang dapat dipaksakan kepada Rakyat-- setidak-tidaknya akan mempunyai keunggulan yang menghilangkan jiwa membudak yang telah merasuk ke dalam kesadaran nasional akibat perasaan terhina karena dari Perang Tiga Puluh Tahun (15). Dan cara berpikir pendeta, tak hidup-suram-loyo-dan tak berdaya, ini berani mendesakkan diri kepada partai yang paling revolusioner yang telah dikenal sejarah!" (Hal. 193, edisi bahasa Jerman ketiga, Jilid II akhir Bab IV) .(16)

Bagaimanakah sanjung puji terhadap revolusi dengan kekerasan ini, yang oleh Engels dengan tegar disodorkan agar diperhatikan oleh kaum Sosialis-Demokrat Jerman antara tahun 1878 dan 1894, yaitu benar-benar sampai saat meninggalnya, dapat dikombinasikan dengan teori tentang "hal melenyapnya" negara untuk membentuk doktrin yang tunggal?

Biasanya dua hal itu dikombinasikan dengan perantara eklektisisme (17) , dengan memilih pandangan yang ini atau yang itu secara tak berprinsip atau dengan semaunya saja secara sofistik (18) (atau untuk menyenangkan hati kaum penguasa), dan dalam 99 kejadian dari 100, jika bahkan tidak lebih sering, maka pikiran tentang "hal melenyapnya" itulah yang ditampilkan di tempat yang terdepat. Dialektika digantikan oleh eklektisisme --inilah gejala yang paling biasa, paling tersebar luas yang terjumpai dalam kepustakaan Sosial-Demokratik resmi dalam hubungannya dengan Marxisme. Barang-tiruan semacam itu, tentu saja bukanlah barang baru, ia ditemui juga dalam sejarah filsafat Yunani klasik. Dalam memalsukan Marxisme secara oportunis, barang-tiruan eklektisisme untuk mengganti dialektika adalah cara yang termudah untuk mengelabui massa; ia memberikan pemuasan yang dalam angan-angan saja; tampaknya ia memperhitungan segala segi dari proses, segala kecenderungan perkembangan, segala pengaruh yang berbentrokan, dan seterusnya, sedang dalam kenyataannya ia tidak menjadikan pengertian yang integral dan revolusioner sedikitpun mengenai proses perkembangan sosial.

Kami telah mengatakan di atas, dan akan menunjukkan lebih sempurna lagi kemudian, bahwa ajaran Marx dan Engels mengenai hal tidak terelakkannya revolusi dengan kekerasan itu menunjuk pada negara borjuis. Yang tersebut belakangan itu tidak dapat dihapuskan oleh negara proletar (diktatur proletariat) melalui proses "melenyap" tetapi sebagai aturan umum hanya melalui revolusi dengan kekerasan. Sanjung puji yang dinyanyikan oleh Engels untuk menghormatinya dan yang sepenuhnya sejalan dengan pernyataan Marx berkali-kali (ingat akan bagian-bagian penutup dari Kemiskinan Filsafat (19)dan Manifesto Komunis (20), dengan maklumatnya yang bangga dan terus terang mengenai hal tidak terelakkannya revolusi dengan kekerasan; ingat akan apa yang ditulis oleh Marx hampir 30 tahun kemudian, dalam mengkritik Program Gotha (21) tahun 1875, ketika ia tanpa ampun menyiksa watak oportunis dari program itu) ---sanjung sama sekali bukanlah suatu "dorongan" belaka, suatu deklamasi atau peletusan polemik semata-mata. Keperluan akan menjiwai massa secara sistematik dengan pandangan ini dan justru pandangan tentang revolusi kekerasan ini adalah landasan dari seluruh ajaran Marx dan Engels. Penghianatan terhadap ajaran mereka oleh aliran-aliran Sosial-Chauvinis dan Kautskyis yang sekarang berkuasa dinyatakan dengan kejelasan yang menyolok oleh hal bahwa kedua lairan tersebut semuanya mengabaikan propaganda dan agitasi semacam itu.

Penggantian negara borjuis oleh negara proletar tidaklah mungikin tanpa revolusi dengan kekerasan. Penghapusan negara proletar, yaitu, negara pada umumnya tidak lah mungkin kecuali melalui proses "melenyap".

Elaborasi yang lebih detil dan kongkrit dari pandangan-pandangan ini telah dilakukan oleh Marx dan Engels ketika mereka mempelajari masing-masing situasi revolusioner terpisah, ketika mereka menganalisa pelajaran dari setiap pengalaman masing-masing revolusi. Sekarang kami akan membahas bagian ini, yang tak usah diragukan lagi adalah yang paling penting, dari ajaran mereka

1 Negara dan Revolusi ditulis oleh Lenin ketika bekerja di bawah tanah dalam bulan Agustus dan September 1917. Lenin mengemukakan tentang perlunya masalah negara secara teoritis dielaborasi lebih luas lagi pada setengah tahun terakhir 1916. Bersamaan dengan itu, ia menulis sebuah catatan berjudul "Internasionale Pemuda" (lihat Collected Works, edisi bahasa Rusia ke-empat, volume XXIII, halaman 153-56), di mana di dalamnya ia mengkritik pendirian Bukharin yang anti-Marxis mengenai masalah tentang negara dan berjanji akan menulis suatu artikel yang lebih terperinci tentang sikap Marxisme terhadap negara. Dalam sepucuk surat kepada A. M. Kollontai tertanggal 17 Februari 1917, Lenin menerangkan kepadanya bahwa bahan mengenai masalah tentang sikap Marxisme terhadap negara sudah hampir selesai. Bahan ini dikerjakan dengan tulisan tangan yang kecil dan rapat sebuah buku tulis bersampul biru dengan judul Marxisme tentang Negara. Karangan tersebut memuat kumpulan kutipan-kutipan dari karya-karya K. Marx dan F Engels dan cuplikan-cuplikan dari buku-buku karangan Kautsky, Pannekoek, dan Bernstein, disertai catatan kritik, kesimpulan dan penggeneralisasian oleh Lenin. [back]

Menurut rencana yang ditentukan, Negara dan Revolusi terdiri dari tujuh bab, tetapi bab ke-tujuh, yang terakhir, "Pengalaman Revolusi Rusia tahun 1905 dan 1917" belum ditulis juga, apa yang kami punyai adalah suatu rencan terperinci untuk bab tersebut. (lihat Lenin Miscellany -Bunga Rampai Lenin--, edisi Rusia volume XXI, 1933, halaman 25-26). Mengenai penerbitan buku tersebut Lenin menjelaskan dalam sepucuk surat kepada penerbit yang bersangkutan "terpaksa menggunakan waktu terlalu lama untuk menyelesaikan bab ke-7 itu atau jika nantinya akan terlalu menjadi besar, 6 bab yang pertama itu supaya diterbitkan tersendiri sebagai Bagian Pertama."

Pada halaman pertama naskah aslinya penulis buku tersebut muncul dengan nama samaran F. F. Ivanovsky. Lenin hendak menggunakan nama tersebut dalam buku yang akan diterbitkan itu, karena jika tidak begitu, Pemerintah Sementara pasti akan menyitanya. Buku tersebut belum juga diterbitkan sampai dengan tahun 1918, ketika sudah tidak ada perlunya lagi menggunakan nama samaran. Suatu edisi ke-dua yang memuat pasal baru, "Penyajian Masalah oleh Marx dalam Tahun 1852", ditambahkan Lenin pada Bab II, terbit dalam tahun 1919.

2 Kaum Fabian -- anggota-anggota Perkumpulan Fabian yang reformis dan oportunis, yang didirikan oleh sekelompok intelektual borjuis di Inggris pada tahun 1884. Nama perkumpulan ini diambil dari nama seorang jenderal Romawi, Fabius Cunctator (Sang "Penunda"), yang terkenal karena taktik menundanya dan menghindari pertempuran yang menentukan. Menurut ungkapan Lenin, Perkumpulan Fabian merupakan "pernyataan yang paling sempurna dari oportunisme dan politik buruh liberal", Kaum Fabian berusaha mengalihkan proletariat dari perjuangan kelas dan mengkhotbahkan kemungkinan peralihan secara damai, secara berangsur-angsur dari kapitalisme ke sosialisme melalui berbagai reformasi. Dalam masa perang dunia imperialis (1914-18) Kaum Fabian mengambil pendirian sosial-chauvisnisme. Untuk mengetahui watak kaum Fabian, lihat karya-karya Lenin: "Kata Pendahuluan Pada Edisi Rusia dari Surat-surat dari J. F. Becker, J. Dietzgen, F. Engels, K. Marx, Dan Lain-lain Kepada F. A. Sorge Dan Lain-lain" (V. I. Lenin, Marx-Engels-Marxism, Moskow, 1953, halaman 245-46), "Program Agraria Sosial-Demokrat Dalam Revolusi Rusia" (V. I. Lenin, Collected Works edisi Rusia ke-4, volume XV, halaman 154), "English Pacifism and English Dislike od Theory" (Pasifisme Inggris dan Ketidaksukaan Orang Inggris Kepada Teori) (ibid, volume XXI, halaman 234) dan lain-lainnya. [back]

3 Sosial-Chauvinis, pendukung Social-Chauvinism, yaitu aliran yang didukung oleh para pemimpin buruh demi "kepentingan nasional" dari "negeri mereka sendiri", yaitu pada kenyataannya dukungan bagi kepentingan kelas kapitalis negeri mereka untuk melawan persatuan Internasionale dari kelas buruh [back]

4 Kautskyisme -- Pemikiran-pemikiran oportunis dari Karl Kaustky dan para pengikutnya. Kautsky (1854-1938) menyandang reputasi sebagai kawan lama Engels, ia termasuk pendiri Internasionale II, dan pembela Marxisme di masa awal dalam menghadapi revisionisme Berstein. Akan tetapi, makin mendekatnya tugas-tugas praktek dari revolusi datang, makin bimbanglah Kautsky, dengan lihai ia menutupi penolakannya terhadap marxisme revolusioner dengan menggunakan tetek bengek sofis dan ungkapan-ungkapan 'marxis'. Ia menjadi duri dalam daging dalam Revolusi Oktober di Rusia 1917. [back]

5 Lihat F. Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State ("Asal-Usul Keluarga, Milik Perseorangan, dan Negara") (K. Marx dan F. Engels, Selected Works, edisi bahasa Inggris, Moskow, 1951, Volume II, halaman 288-89. [back]

6 Filistin : Philistine, ungkapan yang awalnya dipergunakan oleh mahasiswa-mahasiswa Jerman untuk melukiskan penduduk di kota Universitas mereka. Berangsur-angsur ungkapan ini beralih artinya menjadi orang-orang yang tidak mempunyai perhatian terhadap keintelektualan sama sekali, borjuis kecil yang berpikiran sempit dan egois. Pada famplet ini yang dimaksudkan oleh Lenin adalah sifat berpikiran sempit, picik, dan egois itu. [back]

7 Sosialis-Revolusioner -merupakan gabungan dari berbagai kelompok Narodnik di Rusia. Kaum Sosialis-Revolusioner mengambil kaum tani sebagai basis mereka. Program mereka menuntut adanya "kekuasaan populer yang bebas, nasionalisasi tanah dan nasionalisasi terhadap semua industri besar'. Setelah Revolusi Februari 1917, bersama kaum Menshevik mereka menjadi kekuatan utama dalam Pemerintahan Sementara borjuis. Program agraria yang gagal mereka laksanakan (bahkan menteri-menteri mereka mengirimkan ekspedisi khusus untuk menghukum kaum petani yang merebut tanah dari para tuan tanah!) dalam kenyataan berikutnya diimplementasikan oleh kaum Bolshevik saat mereka merebut kekuasaan tahun 1917. saat pemberontakan Oktober itu, sayap kanan Sosialis-Revolusioner secara terbuka mengambil posisi kontrarevolusi. Setelah terpecah, sayap kiri Sosialis Revolusioner membentuk koalisi yang berumur pendek dengan pemerintahan Bolshevik. [back]

8 Menshevik -dari bahasa Rusia, artinya mayoritas: sayap reformis dari Sosial Demokrat Rusia yang memperoleh namanya dari perpecahan faksi dengan kaum Bolshevik dalam persoalan organisasional di kongres tahun 1903. Perbedaan politik yang fundamental antara kaum Menshevik dan kaum Bolshevik (artinya bahasanya adalah minoritas ), menjadi jelas dalam tahun 1904 dan terbukti di dalam Revolusi tahun 1905, akan tetapi mereka tetap menjadi tendensi oposisi dalam RSDLP (Russian Social Democratic Labour Party) sampai tahun 1912, saat partai terpisah berdiri. Kaum Menshevik menganut teori 'dua tahap' terhadap Revolusi Rusia, mengajukan argumen bahwa kaum proletar harus beraliansi dengan kaum liberal dan membatasi diri dengan mendirikan republik borjuis, menunda dulu tugas-tugas sosialis dilaksanakan di 'kemudian'. Tahun 1917, menteri-menteri Menshevik menyokong Pemerintah Sementara, mendukung kebijakan imperialisnya, dan memerangi revolusi proletar. Setelah Revolusi Oktober, kaum Menshevik terang-terangan menjadi partai kontra-revolusioner. [back]

9 Organisasi masyarakat gens atau suku -sistem komune primitif, atau formasi (susunan) sosio-ekonomi yang pertama dalam sejarah. Komune suku adalah persekutuan hidup (masyarakat) dari keluarga-keluarga sedarah yang dipertalikan dengan ikatan-ikatan ekonomi dan sosial. Sistem suku melalui periode-periode matriarkat dan patriarkat. Patriarkat memusat dengan masyarakat primitif menjadi masyarakat berkelas dan dengan timbulnya negara. Hubungan-hubungan produksi di bawah komune primitif berdasarkan hak milik kemasyarakatan atas alat-alat produksi dan pembagian secara sama-rata atas semua barang hasil. Ini pada pokoknya sesuai dengan tingkat tenaga-tenaga produktif yang rendah dan dengan watak tenaga-tenaga produktif pada masa itu.

Mengenai sistem komune primitif, lihat tulisan K. Marx Ikhtisar Tentang "Masyarakat Purba" dari Lewis Morgan, dan tulisan F. Engels, Asal Usul Keluarga, Milik Perseorangan, dan Negara (K. Marx dan F. Engels, Selected Works, edisi bahasa Inggris, Moskow, 1962, volume II, halaman 170-327) [back]

10 Lihat F. Engels, "Asal-Usul Keluarga, Milik Perseorangan, dan Negara" (K. Marx dan F. Engels, Selected Works, edisi bahasa Inggris, Moskow, 1951, Volume II, halaman 289. [back]

11 ibid, halaman 289-292 [back]

12 Yang dimaksud Lenin adalah Perang Dunia Pertama, 1914-1918 [back]

13 Soviet -dari bahasa Rusia, artinya Dewan: pertama kali muncul dalam revolusi 1905 sebagai organ-organ perjuangan ataupun sebagai komite pemogokan. Setelah Tsar ditumbangkan pada bulan Februari 1917, Pemerintahan Sementara memegang kekuasaan formal. Tetapi kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan Soviet-soviet Wakil Buruh dan Prajurit yang lahir kembali, yaitu badan yang berisi delegasi yang dipilih, diciptakan oleh inisiatif massa, yang anggotamya dapat diganti sewaktu-waktu oleh pemilihnys. Jadi, pada saat itu terdapat dua kekuasaan sebab kaum Menshevik dan Sosialis Revolusioner yang mulanya memegang kendali atas soviet-soviet gagal merebut kekuasaan negara ke tangan soviet-soviet, malah menggunakan otoritasnya untuk mendukung dan memperkuat Pemerintahan Sementara. Pada bulan Juli 1917 hal ini memungkinkan terjadinya 'konsolidasi' pemerintah formal, sementara para pemimpin kaum Menshevik dan Sosialis Revolusioner membubarkan Soviet-soviet. Inilah periode yang dirujuk oleh Lenin dalam famplet ini. Segera setelah itu, situasi ini: kaum Bolshevik meraih suara mayoritas dalam posisi-posisi kunci di Soviet-soviet, lalu memimpin pemberontakan Oktober meraih kemenangan.

Tambahan mengenai soviet: Di bawah kondisi Rusia yang terbelakang, dan terjadinya isolasi terhadap revolusi Rusia, soviet-soviet kehilangan kekuasaannya pada masa pemerintahan reaksioner Stalin. Meskipun secara resminya kekuasaan berada di tangan soviet-soviet, tetapi semenjak tahun 1930 hal ini adalah omong kosong semata karena kekuasaan yang sesungguhnya telah direnggut oleh golongan elit birokrasi. Tahun 1936 Stalin mengumumkan konstitusi baru yang secara formal melikuidasi kekuatan soviet, menggantikan demokrasi soviet dengan demokrasi parlementer borjuis yang penuh tipu daya yang di dalam konstitusi tersebut penduduk diperbolehkan memilih satu-satunya partai yang secara rutin "memenangkan" 99 persen suara pemilih. Dengan demikian kita lihat bahwa meskipun masih disebut "Uni Soviet", negeri itu, di bawah pemerintahan birokratik Stalinis, sama sekali berbeda dengan rezim demokrasi soviet yang terbentuk sebagai hasil Revolusi Oktober, di bawah pimpinan Lenin dan Trotsky. [back]

14 Lihat F. Engels, Herr Eugen Duhring's Revolution in Science [Anti-Dühring ], edisi bahasa Inggris, Moskow, 1947, hlm. 416-17. [back]

15 Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) - sebuah perang yang dalam bentuknya merupakan perang agama, melibatkan hampir semua negara di Eropa, jadi merupakan perang Eropa yang pertama, yang disebabkan oleh menghebatnya pertentangan di antara berbagai blok negara Eropa dan mengambil bentuk perang antara kaum Protestan dan kaum Katolik. Perang itu dimulai dengan pemberontakan di Bohemia mewalan kelaliman kerajaan Hapsburg dan serangan reaksi katolik. Negara-negara yang waktu itu berperang menjadi dua kubu. Paus, Dinasti Hapsburg Sepanyol dan Dinasti Hapsburg Austria dan Pangeran-pangeran Katolik Jerman, yang berhimpun di sekitar gereja Katolik melawan negeri-negeri Protestan -Bohemia--Denmark, Swedia, Republik Belanda, dan sejumlah negara bagian Jerman yang telah menerima reformasi. Negeri-negeri protestan disokong oleh raja-raja Perancis, musuh-musuh dinasti Hapsburg. Jerman menjadi medan pertempuran yang utama dan sasaran perampokan militer serta tuntutan-tuntutan perampokan. Perang ini berakhir 1648 dengan penandatanganan Perjanjian Perdamaian Wetsphalia yang merampungkan pemulangan Jerman secara politik. [back]

16 Lihat F. Engels, Herr Eugen Duhring's Revolution in Science [Anti-Dühring ], edisi bahasa Inggris, Moskow, 1947, hlm. 193. [back]

17 Ekletisisme -ketiadaan persatuan (kepaduan), keseluruhan, kekonsekuenan dalam keyakinan, dalam teori; perpaduan yang tak berprinsip dari pandangan-pandangan yang berbeda jenis yang tak dapat dipersatukan, yang berkontradiksi, misalnya ant materialisme dengan idealisme. Dalam seni -kombinasi dari berbagai gaya secara formal, secara mekanis. [back]

18 Sofisme -cara bepikir (penarikan kesimpulan) yang pintar tetapi menyesatkan; argumen yang mula-mula (formal) tampaknya benar tetapi mempunyai kelemahan yang tersembunyi; dalam arti sehari-hari - pura-pura dalam tetapi kosong. [back]

19 Lihat K. Marx, Poverty of Pholosophy (Kemiskinan Filsafat), edisi bahasa Inggris, Moskow [back]

20 Lihat K. Marx dan F. Engels, Manifesto of the Communist Party, dalam Selected Works, edisi Bahasa Inggris, Moskow, 1951, Volume I, halaman 32-61. Edisi bahasa Indonesia yang paling lengkap dari Manifesto Partai Komunis dicetak oleh penerbit Indonesia Progresif, Jakarta, 1973, atau dapat dicari di internet. [back]

21 Lihat K. Marx critique of the Gotha Program (Kritik Terhadap Program Gotha) (K. Marx dan F. Engels, Selected Works, edisi bahasa Inggris, volume II, Moskow 1949, hlm 13-45)

Program Gotha, --program parta buruh Sosialis Jerman yang diterima dalam konggres di Gotha pada tahun 1973, di mana dua partai sosialis Jerman yang hingga saat itu berdiri sendiri, yaitu kaum Eisenacher dan Lassalean bersatu. Program tersebut sepenuhnya oportunis, karena kaum Eisenacher memberi konsesi-konsesi kepada kaum Lassalean mengenai semua masalah penting dan telah menerima rumusan-rumusan Lassalean. Marx dan Engels melancarkan kritik yang menghancurluluhkan terhadap program tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar