GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Rabu, 01 September 2010

APA PERSAMAAN ANTARA EKONOMISME DENGAN TERORISME?

Di atas, dalam catatan bawah halaman, kami mengutip pendapat seorang ekonomis dan seorang teroris bukan sosial-demokrat yang kebetulan sependapat. Akan tetapi, berbicara secara umum, diantara keduanya tidak ada hubungan yang kebetulan, melainkan hubungan intern yang bersifat keharusan, hal yang mana harus kami bicarakan lebih lanjut, tetapi yang harus disinggung di sini ialah soal pendidikan keaktifan revolusioner. Kaum ekonomis dan kaum teroris masa kini mempunyai satu akar yang sama, yaitu pemujaan kepada spontanitas,
yang telah kami bicarakan dalam bab di muka sebagai suatu gejala umum, dan yang sekarang akan kami tinjau dalam hubungan dengan pengaruhnya atas aktivitas politik dan perjuangan politik. Sepintas kilas, pernyataan kami mungkin tampaknya seperti paradoks: begitu besar perbedaan antara orang-orang yang menitikberatkan "perjuangan sehari-hari yang boyak" dengan orang -orang yang menuntut perjuangan yang paling menuntut pengorbanan diri dari perseorangan. Tetapi ini bukanlah paradoks. Kaum ekonomis dan kaum teroris memuja kutub aliran spontan yang berbeda-beda: kaum ekonomis memuja spontanitas "gerakan buruh semata-mata", sedang kaum teroris memuja spontanitas amarah yang meradang dari kaum intelektual yang tidak mampu atau tidak mempunyai kesempatan untuk menyatukan pekerjaan revolusioner dengan gerakan buruh menjadi satu kesatuan yang utuh. Memang sulit bagi orang-orang yang telah kehilangan kepercayaannya, atau yang belum pernah percaya bahwa hal ini mungkin, untuk menemukan suatu jalan keluar lain bagi rasa amarah dan enerji revolusionernya kecuali teror. Jadi, pemujaan kepada spontanitas dari kedua aliran yang telah kami sebut di atas tak lain hanyalah permulaan pelaksanaan program Credo yang terkenal busuk itu: Biarkan kaum buruh melakukan "perjuangan ekonomi" mereka "menentang kaum majikan dan pemerintah" (kami minta maaf kepada penulis Credo karena menyatakan ide-idenya dengan kata-kata Martinov! Kami berpendapat, kami berhak berbuat demikian karena Credo juga mengatakan bahwa dalam perjuangan ekonomi kaum buruh "berhadapan dengan rezim politik"), dan biarkan kaum intelektual melakukan perjuangan politik dengan usaha-usaha mereka sendiri-- dengan bantuan teror, tentu saja! Ini adalah kesimpulan yang sepenuhnya logis dan tak terelakkan, yang harus dipegang teguh--meskipun orang-orang yang mulai melaksanakan program ini tidak menyadari sendiri bahwa kesimpulan ini tak dapat dielakkan. Aktivitas politik mempunyai logikanya sendiri yang tidak bergantung pada kesadaran orang-orang yang, dengan maksud-maksud terbaik, menyerukan tindakan teror atau pemberian watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri. Jalan ke neraka bertabur dengan maksud-maksud baik, dan, dalam hal ini, maksud-maksud baik tidak menyelamatkan orang dari terseret secara spontan "sepanjang garis program Credo yang semata-mata borjuis. Bukanlah kebetulan pula bahwa banyak orang liberal Rusia-- orang-orang liberal yang terang-terangan dan orang-orang liberal yang berkedok Marxisme-- dengan sepenuh hati bersimpati pada teror dan sedang mencoba terus menghidupkan gelombang sentimen-sentimen teroris dewasa ini.



Dan pembentukan Grup Swoboda Sosialis-Revolusioner--yang menetapkan untuk dirinya sendiri tugas membantu gerakan buruh secara menyeluruh, tetapi yang memasukkan teror dalam programnya, dan pembebasan, boleh dikatakan, dari sosial-demokrasi--kenyataan ini sekali lagi membenarkan ketajaman pandangan yang istimewa dari P. B. Akselrod yang secara hurufiah meramalkan akibat-akibat kebimbangan sosial-demokrat ini sudah pada akhir tahun 1897 (Tugas-Tugas Dan Taktik Dewasa Ini), ketika dia menguraikan secara garis besar "dua perspektif"nya yang istimewa itu. Semua perdebatan dan perbedaan pendapat selanjutnya di kalangan kaum sosial-demokrat Rusia sudah terkandung, bagaikan tetumbuhan dalam benih, dalam dua perspektif* ini.



Dilihat dari sudut ini menjadi jelas pula mengapa Raboceye Dyelo, karena tak dapat melawan spontanitas ekonomisme, telah tak dapat pula melawan spontanitas terorisme. Sangatlah menarik untuk menyebutkan di sini argumen-argumen spesifik yang dikemukakan oleh Swoboda dalam membela terorisme. Ia "mengingkari sama sekali" peranan intimidasi dari terorisme (Kelahiran Kembali Revolusionisme, hlm.64), tetapi malahan menekankan "arti merangsang"nya. Ini adalah khas, pertama, sebagai hal yang menggambarkan salah satu tingkat kebobrokan dan kemerosotan lingkaran ide-ide tradisional (pra sosial-demokratis) yang tetap mempertahankan terorisme. Mengakui bahwa pemerintah sekarang tak dapat "ditakut-takuti"---dan oleh karenanya tidak dapat dikacaukan-- dengan teror, berarti, bahwa pada hakekatnya, menghukum teror sepenuhnya sebagai suatu sistem perjuangan, sebagai suatu bidang aktivitas yang dikukuhkan oleh program. Kedua, ini lebih-lebih lagi khas sebagai suatu contoh ketidakmengertian mengenai tugas kita yang terdekat dalam usaha "memberikan pendidikan keaktifan revolusioner kepada massa". Swoboda mempropagandakan teror sebagai suatu cara guna "merangsang" gerakan buruh, dan guna memberikan padanya suatu "dorongan keras". Suakrlah membayangkan suatu argumen yang lebih membantah diri sendiri daripada argumen ini. Tidakkah cukup banyak perbuatan jahat yang dilakukan dalam kehidupan Rusia sehingga harus dikarang-karang "perangsang-perangsang" khusus? Dan di pihak lain, tidakkah jelas bahwa orang yang tidak terangsang dan tidak dapat dirangsang bahkan oleh kesewenang-wenangan Rusia akan menonton sambil "mengorek-ngorek hidung" beberapa gelintir teroris melakukan perkelahian seorang lawan seorang dengan pemerintah? Justru soalnya ialah bahwa massa buruh sangat terangsang oleh kekejian-kekejian dalam kehidupan Rusia, tetapi kita tak mampu mengumpulkan, kalau orang boleh mengatakan demikian, dan memusatkan semua tetes dan cucuran dari keterangsangan rakyat yang ditimbulkan oleh keadaan kehidupan Rusia dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripoada yang kita bayangkan dan kira-kira, tetapi justru yang perlu dipadukan menjadi satu arus raksasa. Bahwa tugas ini dapat dilaksanakan dibuktikan dengan tak dapat dibantah oleh perkembangan maha besar gerakan buruh dan kedambaan kaum buruh akan literatur politik, yang sudah kami sebutkan di atas. Di pihak lain, seruan-seruan supaya melakukan teror dan seruan-seruan supaya memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri hanyalah dua bentuk yang berbeda untuk menjauhi kewajiban yang paling mendesak dari kaum revolusioner Rusia, yaitu mengorganisasi agitasi politik yang meliputi banyak segi. Swoboda ingin mengganti agitasi dengan teror, dengan terang-terangan mengakui bahwa "segera sesudah agitasi yang ditingkatkan dan giat dimulai di kalangan massa maka akan selesailah peranan merangsang dari teror". (Kelahiran Kembali Revolusionisme, hlm. 68). Inilah justru yang menunjukkan bahwa baik kaum teroris maupun kaum ekonomis meremehkan keaktifan revolusioner massa, kendatipun ada bukti yang menyolok dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada musim semi*,dan kalau kaum teroris pergi mencari "perangsang-perangsang" buatan, kaum ekonomis berbicara tentang "tuntutan-tuntutan konkrit". Tetapi kedua-duanya tidak mencurahkan cukup perhatian pada pengembangan keaktifan mereka sendiri dalam agitasi politik dan dalam mengorganisasi pemblejetan-pemblejetan politik. Dan tak ada pekerjaan lain yang dapat menjadi pengganti untuk pekerjaan ini baik di waktu sekarang maupun di waktu lain mana pun juga.

*





* Martinov "membayangkan dilema lain yang lebih realistis (?)" (Sosial-Demokrasi Dan Klas Buruh, hlm. 19): "Sosial-demokrasi mengambil alih pimpinan langsung atas perjuangan ekonomi proletariat dan dengan itu (!) mengubahnya menjadi perjuangan klas revolusioner"…. "dengan itu", yaitu rupanya dengan pimpinan langsung atas perjuangan ekonomi. Dapatkah Martinov menyebutkan satu contoh dimana pimpinan atas perjuangan keindustrian saja telah berhasil dalam mengubah gerakan trade-unionis menjadi gerakan klas revolusioner? Apakah dia tidak dapat mengerti bahwa untuk melaksanakan "pengubahan" ini kita harus aktif memegang "pimpinan langsung" atas agitasi politik yang meliputi segala segi?…."Atau perspektif lain: sosial-demokrasi tidak memegang pimpinan atas perjuangan ekonomi kaum buruh dan dengan begitu ….menggunting sayapnya sendiri"…..Menurut pendapat Raboceye Dyelo, yang dikutip di atas, Iskralah yang "tidak memegang pimpinan itu". Akan tetapi telah kita lihat bahwa Iskra berbuat jauh lebih banyak untuk memimpin perjuangan ekonomi daripada "Raboceye Dyelo", dan lagi ia tidak membatasi diri pada ini saja dan tidak mempersempit tugas-tugas politiknya untuk kepentingan ini.



* Yang dimaksud ialah demonstrasi-demonstrasi besar di jalan-jalan yang dimulai dalam musim semi tahun 1901. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907.--Red.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar