GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Jumat, 03 September 2010

Membangun Kekuatan Rakyat, Samora Machel

Terjemahan

Establishing People's Power to Serve the Masses

Toronto Committee for the Liberation of Southern Africa

(TCLSAC), Toronto, Canada, 1976



Penerjemah

Tome Xamer Jeronimo, Nuno Rodriguez, dan

Aderito de Jesus Soares





Penyunting

Nug Katjasungkana



Kata Pengantar

Fransisco Xavier do Amaral



Tata letak

Otto Adi Y



Penerbit

Sahe study Club (SsC), Jakarta

Yayasan HAK, Dili



Cetakan pertama, Juli 1999


Sekapur Sirih Penerbit

Samora Machel: Pemimpin Visioner

Tidak disangkal bahwa perjuangan melawan penindasan-- baik kolonialisme maupun neokolonialisme dan imperialisme-- atau penindasan dalam bentuk apapun, selalu saja rnembutuhkan "pengorganisasian". Pengorganisasian terutama pengorganisasian rakyat menjadi kunci dari suksesnya perjuangan melawan penindasan. Catatan sejarah membuktikan kebenaran tesis ini. Kuba dalam konteks perlawanan terhadap kapitalisrne dan neo-kolonialisme adalah contoh yang baik dalam abad ke-20.

Buku kecil berisi ceramah pemimpin FRELIMO yang kemudian menjadi presiden negeri Mocambique yang disampaikan kepada para kader FRELIMO, terasa masih sangat relevan untuk dibaca oleh siapa saja yang peduli akan perjuangan pembebasan kaum tertindas di mana saja. Samora Machel, secara gamblang menguraikan dua hal penting dalam buku ini. Pertama, ia berbicara mengenai hakekat perjuangan melawan penindasan. Menurut Samora Machel, perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Mocambique saat itu adalah perjuangan melawan suatu sistem penindasan. Bukan perjuangan melawan "bangsa kulit putih (Portugis saat itu)". Karena. itu, menurutnya tidak cukup sekedar menggantikan birokrat kulit putih dengan "birokrat" kulit hitam, asli Mocambique. Dalam kaca mata Samora Machel, perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Mocambigue yang tergabung dalam FRELIMO adalah suatu perjuangan melawan sistem eksploitasi dan penindasan terhadap rakyat Mocambique. Baik itu penindasan yang sedang dihadapi oleh rakyat Mocambique saat itu karena kehadiran kolonialis Portugis maupun penindasan dalam bentuk lain yakni eksploitasi karena kapitalisme. Kedua, sistem penindasan tersebut harus dihadapi secara sistematis pula. Yakni dengan rnembangun kekuatan rakyat. Rakyat dalam pandangan Samora Machel mendapat tempat yang istimewa. Rakyat mempunyai posisi maha penting ketika Samora Machel berbicara mengenai demokrasi. Ia katakan, "Ketika bekerja melaksanakannya kita harus selalu menyadari bahwa kekuasasn itu milik rakyat, bahwa kita semua sama-sama mengalami penindasan, penghinaan, penjualan, penghisapan, pembunuhan massal, dan bahwa kita semua adalah saudara dari kelas sosial yang sama dengan satu tujuan: melayani rakyat. Inilah yang menjadi dasar kesatuan kita, titik awal dari demokrasi kita."

Relevansi bagi Timor Leste

Tidak banyak di antara pemuda Timor Leste masa sekarang yang tahu bahwa gerakan pembebasan nasional Timor Leste erat berhubungan dengan gerakan pembebasan nasional di negerinegeri Afrika jajahan Portugal sehingga banyak kesamaan program di antara mereka, seperti upaya pembangunan koperasi-koperasi produksi dan distribusi pertanian, kegiatan pendidikan, kebudayaan, kesehatan, dan sebagainya. Tidak banyak yang tahu bahwa para peletak dasar perjuangan pembebasan nasional Timor Leste pernah bertemu dan berdiskusi banyak hal dengan Samora Machel. Bahkan ketika mengumumkan kemerdekaannya pada bulan Juni 1975, Mocambique mengundang front pembebasan nasional Timor Timur, FRETILIN yang diwakili oleh Fransisco Xavier do Amaral - Ketua) dan Nicolau Lobato (sekretaris jenderal). Dalam salah satu kesempatan pada kunjungan ini, Samora Machel, yang telah menjabat Presiden Republik Mocambique, mengingatkan Tiu Xavier tentang pentingnya pengertian "revolusioner" (saat itu ASDT telah beberapa bulan mengubah namanya menjadi Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente): "Hati-hati dengan kata 'revolusioner', kalian harus sudah mengerti makna, tujuan, dan metodenya."

Rupanya, sejarah pembebasan nasional bangsa Tirnor Leste adalah bagian dari sejarah kemanusian universal, sejarah perjuangan menghapuskan a' exploracao do homem pelo homen (penghisapan manusia terhadap manusia). Ia tidak berdiri sendiri. Dalam konteks ini, bangsa Timor Leste pernah mendapat pelajaran berharga dari negeri-negeri bekas koloni Portugis seperti Mocambique, Angola, Guine-Bissau dan Cabo Verde. Nama-nama pejuang negeri-negeri Africa seperti Samora Machel, Agostinho Neto, Amilcar Cabral, Eduardo Mondlane sangat akrab bagi para pejuang pembebasan nasional tahun 1974.

Dalam perkembangan bangsa Tirnor Leste terjadi jurang yang dalam antara para perintis perjuangan pambebasan nasional 1974 dengan para aktivis gerakan kemerdekaan pada masa pendudukan Indonesia. Aktivis periode terakhir sangat sedikit atau bahkan tidak mengenal pemikiran dan kiprah para tokoh di atas. Kondisi ini bisa dimengerti sebagai akibat kebijakan "penghilangan dan manipulasi sejarah" oleh rezim militer Indonesia.

Karena itu, kini di ambang kemerdekaan bangsa Timor Leste -- Sahe study Club berkeyakinan bahwa tugas baru telah menanti pemuda Timor Leste yang selama ini telah menunjukkan kegigihan melawan pendudukan Indonesia di bumi Lorosae. Buku kecil ini memuat sejumlah pengalaman rakyat Mocambique dalam mewujudkan panggilan revolusioner tersebut. Sejarah menunjukkan bahwa "ramalan" Samora Machel menjadi benar tatkala organisasi rakyat mulai tidak solid sehingga kekuatan asing dalam bentuk yang lain (kapitalisme dan imperialisme) dengan mudah rnencabik dan memporak-porandakan Mocambique setelah kematian Samora Machel. Namun, kematian Samora Machel tidak berarti kematian ide-idenya. Tentu tidak dalam konteks pembebasan tanah air dari cengkeraman militer Indonesia lagi, tapi ide Samora Machel sangat relevan tatkala berbicara mengenai pembebasan rakyat dalam sebuah Timor Leste merdeka. Ide-ide Samora Machel ini musti kita pikirkan kembali tatkala kita berupaya memegang kemudi kereta Lorosee ini.



Jakarta, Juni 1999



Sahe study Club

Kata Pengantar

KEKUASAAN RAKYAT

Samora Machel, pemimpin besar revolusi rakyat Mocambique yang akan tetap rnenjadi pahlawan, adalah salah satu dari arsitek besar revolusi-revolusi rakyat di benua Africa.

Dalam perjuangan berdarah yang dipimpinnya melawan pemerintah imperialis kolonial Salazar-Caetano, Machel melihat dengan jelas bahwa satu-satunya kekuatan yang dapat menghancurkan akar-akar kolanialisme imperialis yang mendatangkan kematiannya adalah kekuasaan rakyat atau kekuatan rakyat.

Berpangkal dan percaya pada kekuatan rakyat yang tak bisa dihancurkan itu, Samora Machel selarna 10 tahun melakukan perjuangan bersenjata, mempelajari dan menganalisis strategi-strategi serta taktik-taktik para penghisap kolonialis, imperialis dengan meletakkan dasar-dasar konkret perjuangan rakyat FRELIMO.

Bagi pemimpin besar Mocarnbique ini, kekuasaan rakyat tidak hanya terarah pada suatu perjuangan pembebasan, sebab tujuan itu tidak akan pernah mencapai kamenangan lengkap, sernpurna, dan abadi jika tidak melalui jalan revolusi.

Menurut Samora Machel, suatu kemerdekaan saja tidak memuaskan dan tidak membahagiakan kita. Tujuan akhir kemerdekaan bukan penggantian orang-orang berkulit putih dengan yang berkulit hitam, tidak berarti menggantikan warna bendera, atau menggantikan orang berkulit putih dengan berkulit hitam dipemerintahan.

Kemerdekaan itu lebih daripada penggantian semata-mata. Yang diperlukan adalah penghancuran dan pemotongan akar-akar sistem penghisapan kolonialis itu.

Harus dimiliki pandangan yang jelas tentang kekuasaan penghisap penjajah dengan kekuasaan rakyat melawan penghisapan manusia oleh manusia.

Seperti disingung di atas, kekuasaan rakyat tidak berarti sekadar pergantian warna kulit atau penggantian penjajah-penghisap berkulit putih dengan penjajah penghisap berkulit hitarn.

Kekuatan rakyat jauh lebih dalam maknanya daripada itu semua. Penghancuran sistern penghisap yang digantikan dengan membangun suatu sistem kekuaasaan rakyat untuk melenyapkan sistem penguasaan kelompok minoritas terhadap kelompok mayoritas.

Hal itu berarti perlu adanya usaha penghancurari terhadap sistem yang tidak adil, terhadap sistem penghisapan dan sistern dominasi kelompok kecil terhadap mayoritas rakyat. Hal itu berarti pula perlu adanya usaha penghancuran lengkap dan sepenuhnya sistem lama yang diganti dengan sistem baru, yang didalamnya terkandung penghargaan pada demokrasi, pada keadilan sosial, dan landasan dasar hak asasi manusia.

Kami dapat bangga dan tanpa takut mengatakan bahwa itulah tesis revolusioner yang dipahami dan dibela oleh kamarada Samora Machel dalam karyanya yang berjudul "Kekuasaan Rakyat".

Perjuangan kita bukan perjuangan hitarn melawan putih, bukan suatu perjuangan warna kulit atau ras, tetapi suatu perjuangan untuk melenyapkan sistem tua dan lama, digantikan suatu sistem yang baru yang menghilangkan penghisapan dan dominasi sekelompok kecil orang terhadap sebagian besar rakyat.

Dalam hal ini tidak berarti bahwa suatu perjuangan untuk mengusir mereka yang berkulit putih karena berkulit putih, tetapi untuk mengakhiri dominasi penghisapan, arogansi, dan keangkuhan, dan sikap mau menang sendiri sekelompok kecil terhadap mayor rakyat.

Untuk mengenyahkan penyakit tidak perlu orang yang sakit itu dibunuh tetapi yang harus adalah mencari jalan untuk mematikan virusnya.



Jakarta, 8 Juni 1999

Fransisco Xavier do Amaral

Membangun Kekuatan Rakyat untuk Melayani Rakyat

Tahun 1974 kita merayakan ulang tahun kesepuluh perjuangan bersenjata kita. Dalam sepuluh tahun ini tidak terhitung lagi jumlah militan dan rakyat yang sudah melakukan berbagai bentuk pengorbanan dan menanggung penderitaan; dalam sepuluh tahun ini kita sudah mengatasi berbagai macam kesulitan dan membuktikan bahwa kita mampu mencapai kemenangan.

Kita sudah mulai mengerti apa arti kemenangan. Di makin banyak wilayah negeri kita, rakyat membuat perbandingan-perbandingan dan sudah berkata tentang keadaan "sebelum revolusi" dan "sekarang". Rakyat kita sudah mulai merasakan hasil perjuangan mereka.

Namun demikian kita sadar bahwa kemenangan akhir belum akan datang besok: masih panjang jalan yang harus dilalui.

Apa yang menjadi sebab kita melakukan pengorbanan?. Mengapa musuh begitu keras kepala dan kejam? Dan mengapa, walaupun seluruh manusia di muka bumi ini mengutuk, mereka masih mendapatkan dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan untuk melanjutkan kejahatan mereka?

Apakah semua yang teriadi ini semata karena kita menginginkan kemerdekaan? Pada tahun 1143 dan 1640 Portugal sendiri berjuang untuk kemerdekaannya. Amerika Serikat, yang saat ini mendukung kolonialisme Portugis, juga berjuang untuk memerdekakan dirinya dari kolonialisme Inggris pada abad ke-18 hingga memenangkan kemerdekaannya. Saat ini Prancis dan Inggris membiayai dan mempersenjatai Portugal yang fasis dan kolonialis, tetapi dari 1939 hingga 1945 mereka justru melawan fasisme Hitler, dengan kerugian dan pengorbanan besar demi mempertahankan kemerdekaan nasional mereka.

Banyak negeri merdeka di sekitar Mocambique: Madagaskar yang adalah bekas koloni Prancis, serta Tanzania, Zambia, Malawi, dan Swaziland yang bekas koloni Inggris. Semua negeri ini menjadi merdeka melalui perundingan-perundingan antara negara penjajah dengan jajahannya.

Mengapa Inggris dan Prancis setuju mengakhiri hak untuk merdeka kebanyakan koloninya, sementara sekarang ini mereka mendukung suatu perang kolonial?

Mengapa sudah sepuluh tahun perang kolonial, sepuloh tahun penyerangan udara, sepuluh tahun pembantaian massal, sepuluh tahun NATO dan negara-negara Barat mendukung Portugal dengan semua cara yang bisa mereka lakukan?

Kita sering mengatakan bahwa kemenangan gemilang kita dalam perjuangan telah menjadi kenyataan sehingga kita sudah sanggup mengubah perjuangan bersenjata untuk pembebasan nasional menjadi revolusi. Dengan kata lain, tujuan akhir kita bukanlah mengibarkan bendera yang berbeda dengan bendera Portugis atau menyelenggarakan pemilihan umum -yang jujur- yang memilih orang kulit hitam, bukannya orang kulit putih, atau memiliki presiden kulit hitam bukannya seorang gubernur berkulit putih di istana Ponta Vermelha di Lourenco Marques. Kita tegaskan bahwa tujuan kita adalah memenangkan kemerdekaan total, untuk menegakkan Kekuasaan Rakyat, untuk membangun suatu Masyarakat Baru tanpa eksploitasi demi kesejahteraan semua orang yang menganggap dirinya bangsa Mocambique.

Inilah penjelasan tentang perang kita. Seperti seorang yang dipenuhi oleh kutu harus merendarn pakaiannya ke dalam air mendidih, untuk membuang kutu-kutu itu, telepas dari warnanya atau dari mana asalnya, kita juga dipaksa untuk memasukkan negeri kita ke dalam api peperangan untuk bisa melepaskan diri dari ekspolitasi, terlepas dari warna atau asal-usul agen-agennya.

Jadi persoalannya adalah penegakan Kekuasaan Rakyat, yang menjamin kemerdekaan dan kepribadian serta menghapuskan eksploitasi, yang berarti penghancuran kekuatan kaum penghisap yang menegakkan eksploitasi itu.

Inilah sebabnya mengapa negara-negara imperialis yang hidup makmur karena eskploitasi datang mengulurkan bantuan kepada Portugal - mereka berkepentingan untuk mengabadikan eksploitasi.

Hari ini, karena perjuangan kita, Kekuasaan baru sudah dibangun dalam masyarakat kita. Sepuluh tahun kekuasaan FRELIMO [1] bukanlah masa yang panjang. Kaum muda seperti kita memanggul tanggung jawab yang lebih besar daripada yang dipikul angkatan tua. Kekuasaan kaum penghisap telah berpengalaman puluhan ribu tahun, sementara negeri kita masih sangat muda dan kita harus menyelesaikan berbagai persoalan yang tidak pernah dapat diselesaikan di masa kekuasaan kaum penghisap yang umurnya berabad-abad.

Kekuasaan baru ini bukanlah sesuatu yang abstrak. Kekuasaan baru ini adalah diri kita sendiri, yang dengan semua kekurangannya, harus tetap kita jalankan.

Manusia baru yang mampu menjalankan kekuasaan baru ini tidak akan turun dari langit.

Tanggung jawab kita besar sedang kemampuan kita masih terbatas. Tetapi kita punya kelebihan yang besar dan menentukan: kita punya garis politik yang tepat dan massa rakyat ada bersama kita.

Tetapi ketika kita membangun kekuasaan kita, ketika kita menggunakannya, kita juga mewarisi di dalam pemikiran kita, kebiasaan dan adat istiadat, semua deformasi yang diciptakan oleh kekuasaan lama.

Itulah sebabnya mengapa kita harus terus-menerus memperbaiki cara kita bekeria, dan menggunakan pisau bedah kritik dan oto-kritik untuk memotong dan membuang banyak peninggalan yang buruk yang diwariskan oleh masyarakat lama.

Karena kita akan segera merayakan ulang tahun kesepuluh, mari secara singkat kita menganalisis kekuasaan kita, meninjau kembali kegiatan kita, mempelajari apa yang telah kita lakukan sejauh ini dan apa yang masih harus kita lakukan, dan lebih dari itu memperbaiki kesalahan-kesalahan.

Untuk memulainya, pertama kita perlu mempelajari hakekat dari Kekuasaan, apa itu kekuasaan, apa nilai-nilai yang dikandungnya. Kita harus menganalisis perbedaan antara asal-mula, hakekat, metode, dan tujuan kekuasaan kapitalis kolonialis dengan Kekuasaan Rakyat yang dibangun dengan pimpinan FRELIMO.

Dengan membahas masalah yang maha penting ini kita akan mampu memahami mengapa konflik antara kita dengan musuh itu sangat berlawanan (antagonistis) sehingga hanya peranglah yang dapat menyelesaikannya. Sesungguhnya, membangun Kekuasaan Rakyat, yang mencerminkan datangnya kekuasaan suatu kelas baru, itu hanya mungkin setelah kelas penguasa lama dan kekuasaan dikalahkan. Dan setelah kita menangkap pemikiran ini, kita bisa mengerti betapa tidak mungkin merujukkan kepentingan kita dengan kepentingan musuh, melalui apa yang disebut "otonomi" atau "kemerdekaan" yang sebenarnya melindungi watak dasar Negara kapitalis kolonial.

Kekuasaan yang berwatak kerakyatan yang didirikan itu mengandung demokrasi yang luas dan sejati, yang sebelumnya tidak pernah ada dalam sejarah negeri kita.

Sama seperti kekuasaan, demokrasi bukanlah sesuatu yang abstrak: jika demokrasi harus dipraktekkan dan memiliki isi yang nyata, maka kita harus menciptakan kondisi di mana ia bisa menjadi kenyataan.

Jadi, bagian kedua akan berhubungan dengan pengkajian tentang demokrasi, suatu pengalaman baru yang untuk pertama kalinya dinikmati rakyat kita

Akhirnya, karena kekuasaan demokratis rakyat sudah banyak dipraktekkan di berbagai pusat kehidupan kita, yang semuanya itu adalah laboratorium pengalarnan kita, dan pusat-pusat dari mana garis politik kita dan hasil-hasil prakteknya disebarluaskan.

Karena itu bagi kita sangat penting untuk mengetahui dengan tepat bagaimana pusat-pusat kita itu harus menjalankan tugas ini, dan persyaratan pokok apa yang diperlukan untuk keberhasilannya dalam menjalankan misi sejarah ini.



1 Keterangan penerjemah: FRELIMO (Frente da Libertacao de Mocambique, Front Pembebasan Mocambique) adalah pemimpin gerakan pembebasan nasional Mocambique.

I. Kekuasaan Kaum Penghisap adalah untuk Menindas Rakyat. Kekuasaan Kita adalah Kekuasaan Rakyat.

Berbagai macam hubungan sosial antar rnanusia tercipta dalarn sejarah perkembangan masyarakat.

Pada masa awal perkembangan umat manusia, ketika terjadi peralihan dari kera menjadi manusia, makhluk pra-manusia hidup dalam kelompok-kelompok yang berpindah-pindah yang dikuasai oleh perjuangan untuk bertahan hidup. Seluruh hasil dari semua usaha langsung dikonsumsi dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mahluk pra-manusia ini memakan akar-akar tumbuhan, buah-buahan liat dan hewan yang mati.

Nenek-moyang umat manusia hidup dalam kondisi seperti ini selama ribuan tahun. Pada suatu waktu tertentu mereka mulai menggunakan tulang atau galah untuk menggali akar-akar tumbuhan dan memburu hewan. Mereka mulai menggunakan alat-alat untuk menghasilkan makanan, maka produksi walaupun masih sangat primitif mulai terjadi dan kerapun berubah menjadi manusia. Produksilah yang membuat manusia berbeda dengan binatang dan membebaskan pikirannya, membuka jalan bagi kemajuan.

Dengan dimulainya produksi, yang bermula dengan berburu dan mengumpulkan makanan kemudian pertanian dan mengurus ternak, umat manusia mulai berkembang maju. Pembagian kerja muncul dan juga mengembangkan alat-alat dan teknik-teknik produksi. Karena itu upaya produktif umat manusia mampukan manusia untuk menghasilkan lebih daripada yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup. Produksi menciptakan kelebihan (surplus).

Kenyataan kelebihan produksi menyediakan landasan material, syarat obyektif, untuk munculnya kekuatan masyarakat yang berupaya mengarnbil-alih nilai dari mereka yang memproduksinya.

Karena itu masyarakat terbagi dalam kelas-kelas berlawanan dengan kepentingan yang berbeda ada yang mengambil-alih hasil dari produksi tenaga kerja orang lain, sementara yang lainnya menolaknya. Karena itu hubungan kerja-sama antar umat manusia berubah menjadi hubungan pertikaian antara kelas penghisap dengan kelas yang dihisap.

Proses ini terjadi dalam waktu ribuan tahun dan timbulnya kepentingan-kepentingan yang berlawanan, munculnya kelas-kelas yang bertentangan itu tidak terjadi dalam tempo satu malam. Tetapi yang paling mendasar adalah prosesnya.

Begitu kepentingan-kepentingan yang khas dan bertentangan itu muncul dalam masyarakat manusia, masalah "kekuasaan", persoalan siapa yang harus mengambil keputusan, kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dan untuk kepentingan siapa, menjadi masalah mendasar dalam masyarakat.

Suatu kelompok tertentu dapat memaksakan kepentingannya dan membuat tujuannya menang jika kelompok tersebut memegang kendali atas masyarakat, dengan kata lain jika kelompok tersebut menguasai masyarakat yang bersangkutan.

Menguasai suatu masyarakat berarti menatanya untuk melayani kepentingan kelompok yang berkuasa, memaksakan keinginan kelompok ini kepada semua kelompok-kelompok lain, terlepas dari apakah mereka setuju atau tidak setuju. Dalam perjalanan waktu, kelompok yang menguasai membuat kelompok-kelompok lain menganggap bahwa kekuasaannya adalah yang paling baik, paling bijaksana, paling adil, dan kekuasaannya melayani kepentingan semua orang.

Hal ini berlanjut sampai suatu saat kekuatan-kekuatan baru dalam masyarakat menjadi sadar bahwa kepentingan mereka dirugikan oleh kelompok yang berkuasa dan mereka pun bersatu, berjuang, menjatuhkan kekuasaan sebelumnya dan menegakkan kekuasaan mereka sendiri, merombak susunan masyarakat untuk memenuhi kepentingan mereka.

Sejarah peradaban manusia hingga sekarang ini adalah sejarah berbagai macam kelas penghisap --pemilik budak, kaum feodal, dan kelas borjuis-- yang sukses menguasai masyarakat dan mengorganisirnya secara politik, ekonomi, ideologi, budaya, adminstratif, dan hukum untuk kepentingan mereka sendiri. Semua ini terjadi karena massa rakyat yang tereksploitasi tidak memiliki cukup kesadaran kelas yang bisa mempersatukan mereka dan tidak punya ideologi yang bisa memberi mereka pemahaman yang menyeluruh tentang kepentingan mereka dan memberi mereka strategi dan taktik-taktik yang tepat untuk perjuangan memenangkan dan menjalankan kekuasaan.

Dalam sejarah, di Paris pada tahun 1870, setelah beberapa kali upaya menemui kegagalan, massa yang terhisap untuk pertama kalinya mengambil-alih dan menjalankan kekuasasn rakyat. Komune Paris ini beberapa bulan kemudian dihancurkan oleh persekutuan kaum reaksioner Prancis dan Jerman di mana sekitar 30.000 kaum buruh dibantai.

Akhimya, pada tahun 1917, dengan pimpinan Lenin, massa terekspoitasi merebut kekuasaan dari Tsar Rusia dan menciptakan Uni Soviet, yang menjadi negara pertama di dunia di mana rakyatlah yang memegang kekuasaan. Setelah kemenangan kekuatan demokratis dalam perang anti-fasis, kekuasaan rakyat menyebar ke negara-negara lain seperti Republik Rakyat Cina, Republik Demokratik Korea, dan Republik Demokratik Vietnam di Asia. Kekuasaan rakyat di Eropa dibangun di beberapa negeri seperti Republik Sosialis Cekoslovakia, Republik Sosialis Bulgaria, dan sebagainya. Di Amerika Latin, negara rakyat pertama di benua Amerika dibangun dengan terjadinya kemenangan kekuatan rakyat di Kuba pada tahun 1959.

Kekuasaan rakyat telah menjadi suatu kenyataan bagi lebih-kurang sepertiga umat manusia. Wilayah di mana kelas pekerja merebut kekuasaan ini dikenal sebagai "Kubu Sosialis", yang saat ini terdiri dari empat belas negara.

Di negara kita, pemilik budak, kaum feodal, raja-raja dan penguasa lainnya menguasai masyarakat sampai terjadinya penaklukan oleh kaum penjajah. Kemudian borjuis kolonial menempatkan dirinya dalam kekuasaan dan memaksakan kehendaknya kepada semua lapisan masyarakat sampai tiba saatnya kekuatan perjuangan kita mampu menggulingkannya.

Kekuasaan yang berganti-ganti dari berbagai macam kelas penguasa yang minoritas --kediktatoran atas rakyat-- selalu dijalankan dengan cara yang tersembunyi, sehingga massa rakyat tidak mengerti posisi mereka yang sebenamya dan tidak menyadari bahwa mereka menjadi sasaran penindasan.

Sebelum kekuasaan kolonial, para kepala suku di negeri kita yang memegang kekuasaan mengaku bahwa kekuasaan mereka itu adalah kehendak nenek moyang kita.

Di sebagian kerajaan, rakyat tidak boleh memandang atau melihat wajah sang raja; di sebagiai kerajaan yang lain rakyat tidak boleh berbicara langsung dengan raja, hanya suaranya yang bisa didengar.

Bahkan saat ini, di beberapa tempat yang kekuasaan para regulos [2] masih relatif utuh, keadaan seperti itu masih sangat umurn di mana kenyataan pahit penindasan penguasa feodal disembunyikan dengan mitos dan takhayul.

Kaum kolonialis mengembangkan takhayul sebagai alat untuk menyembunyikan dominasi mereka dan mencegah massa rakyat untuk menyadari buruknya keadaan kehidupan mereka dan mencegah permberontakan massa. Maka banyak agama yang disebarkan kepada kita yang memecah-belah rakyat dan dengan demikian melemahkannya. Pada saat yang bersamaan setiap agama mengajarkan rakyat untuk bersikap pasrah.

Di negeri kita para misionaris mengajarkan bahwa tidak mematuhi pemerintah atau orang Portugis adalah perbuatan dosa dan mengajarkan agar kita berterima kasih kepada kolonialisme Portugis yang memperkenalkan kita pada iman yang benar. Pada abad yang lalu gereja membenarkan perdagangan budak, dengan mengatakan bahwa tindakan itu baik karena memungkinkan para budak untuk dibaptis. Uskup agung Lourenco Marques saat ini, Custodio Alvim Pereira, sering mengatakan secara terbuka bahwa rakyat Mocambique tidak perlu menuntut kemerdekaan sebab hal ini hanya akan menguntungkan komunisme dan agama Islam; dengan kata lain: memperjuangkan kemerdekaan, adalah dosa melawan Tuhan. Dalam sebuah ceramah pada bulan Juni 1961 di hadapan para calon pastor siswa seminari Keuskupan Agung Lourenco Marques, ketika itu masih menjabat asisten uskup, ia menegaskan beberapa prinsip berikut:

Kemerdekaan itu tidak cocok dengan kebaikan manusia. Kemerdekaan mungkin berguna untuk kondisi geografis dan budaya tertentu, tetapi kondisi seperti itu belum ada di Mocambique.
Karena kondisi seperti itu tidak ada, membentuk atau terlibat dalam gerakan pro-kemerdekaan adalah perbuatan melawan kodrat alam.
Kalau pun kondisi seperti itu ada, negeri induk punya hak untuk menentang kemerdekaan, karena kebebasan dan hak rakyat telah dihargai dan telah mengupayakan jaminan kesejahtraan serta kemajuan kewarganegaraan dan keagamaan bagi semua orang.
Setiap gerakan yang menggunakan cara-cara kekerasan itu melawan hukum alam, karena jika kemerdekaan adalah sesuatu yang baik maka harus dicapai dengan cara-cara damai.
Ketika suatu gerakan berupa gerakan teroris, dengan kesadaran yang baik pastor harus tidak sekedar menahan diri untuk ambil bagian tetapi harus menentangnya. Ini adalah konsekuensi logis dari misi mereka.
Walaupun gerakan itu adalah gerakan damai, seorang pastor harus menahan diri untuk mengambil bagian di dalamnya agar bisa memberikan petunjuk spiritual kepada semua orang Petinggi gareja bisa mewajibkan ini seperti yang berlaku di Lourenco Marques.
Orang pribumi Afrika harus berterirna kasih kepada penjajah atas semua kebaikan yang mereka berikan.
Kaum terdidik harus secara terbuka melawan ilusi tentang kemerdekaan di kalangan orang yang kurang terdidik.
Kemerdekaan Afrika saat ini hampir selalu lahir dari revolusi dan komunisme. Doktrin Vatikan sangat jelas menolak ateisme dan komunisme: revolusi terbesar adalah yang diwartakan kitab suci.
Slogan "Afrika untuk bangsa Afrika" adalah suatu keanehan filsafat dan tantangan terhadap peradaban Kristiani, karena kejadian-kejadian belakangan menunjukkan bahwa komunisme dan Islam berkeinginan memberlakukan peradaban mereka pada Afrika.
Kepala Gereja di Mocambique mengakhiri pidatonya dengan menegaskan: "Cintailah negerimu, Mocambique yang berintegrasi dengan Portugal, sama seperti penduduk asli Algarve mencintai provinsinya tanpa melupakan tanah airnya ... gerakan-gerakan pembebasan Afrika itu melawan Gereja."

Ringkasnya, menurut pimpinan tertinggi gereja ini, kita harus berterima kasih atas penghisapan kolonial, kerja paksa, penjualan manusia kepada pertambangan-pertambangan, perampasan tanah-tanah kita, dan sistem antara paksa. Kita harus berterima kasih atas pemaksaan yang ditimbulkan oleh palmatori [3] dan cambuk serta pembuangan ke Sao Tome. Kita harus bersyukur atas penghinaan rasisme dan pemerkosaan perempuan, anak-anak yatim yang terlunta-lunta (filbos do mateo) dan karena telah dijadikan anak-anak suruhan (moleques). Kita harus bersyukur atas kebodohan, kurang sekolah, dan banyaknya takhayul, atas langkanya rumah sakit, dan rendahnya kesejahterean sosial. Karena itu semna kita harus bersyukur. Menentang semua itu adalah perbuatan dosa. Mengangkat senjata melawan mereka yang membantai kita di Mueda, Xinavane, Lourenco Marques, Wiriyamu, adalah tindakan dosa. Semuanya melawan gereja.

Kita sudah mendengar banyak khotbah dari para uskup dan pastor Katolik, dari ulama Islarn, dan semua gereja Protestan, dan sampai baru-baru ini mereka semua mengatakan kepada kita bahwa kita han menahan diri, kita harus menerima dan bersyukur.

Namun demikian harus dicatat, bahwa dengan meningkatnya tindakan kriminal yang dilakukan oleh musuh dalam tiga tahun terakhir, mulai banyak suara dari lingkungan gereja yang mengutuk perang koloni dan pembantaian-pembantaiannya..Tetapi suara-suara ini masih terbatas. Kita tidak dapat menganggapnya sebagai pendapat resmi, umum, atau tegas dari pihak gereja di Mocambique menentang penjajahan. Selain takhayul, golongan borjuis kolonial menggunakan alasan lain untuk menyembunyikan dan membenarkan kekuasaan diktaktorialnya.

Mereka mengatakan bahwa kita adalah ras yang rendah dan terbelakang dengan kebudayaan yang primitif, bangsa bodoh yang harus dididik oleh ras yang lebih tinggi dan maju dengan semua kebudayaan dan pengetahuannya yang unggul. Konstitusi Portugal secara tersurat mengatakan bahwa esensi mendasar dari bangsa Portugis adalah untuk "memperadabkan" kaum "biadab" - yakni kita. Mereka secara konsisten mengulangi argumen ini, walaupun semua orang tahu bahwa di Portugal lebih kurang 40% penduduk buta huruf, bahwa ada kemiskinan yang besar di kalangan petani dan penduduknya, bahwa kebodohan mereka tidak lebiih rendah dari kita, dan bahwa takhayul mereka tidak lebih sedikit daripada kita, meskipun bentuknya lain.

Itulah yang mereka katakan untuk meyakinkan kita. Tetapi dalam kenyataannya ketika rnereka menjalankan garis politik, mereka mengatakan dan melakukan hal yang sama sekali berbeda.

Di tahun 1960, almarhum Teodosio Clemente de Gouveia, Uskup Agung Lourenco Marques, mengeluarkan pesan pastoral tentang garis politik bagi sekolah-sekolah, sebagai berikut: "Benar bahwa sekolah adalah kebutuhan mutlak, tetapi hanya sekolah-sekolah tempat kita mengajarkan pada kaum pribumi jalan martabat umat manusia dan keagungan negara yang melindungi mereka."

"Mendidik" kita jelas berarti membuat kita budak yang bermental patuh pada kolonialisme.

Jenderal Kaulza de Arriaga, yang dikalahkan secara memalukan di Mocambique, dalam ceramahnya kepada Komando Tertinggi Militer kolonial fasis pada tahun 1966-1967 mengatakan:

''Jika orang kulit hitam di Angola dan Mocambique jumlahnya 20 atau 30 juta, kita akan menghadapi masalah luar biasa; jadi, karena itu baik kalau jumlah penduduknya sedikit sekali. Saya tidak tahu apakah ini karena ekspor penduduk ini ke Brasil, tetapi jika memang begitu, baik bahwa ekspor itu telah terjadi."

Menyusul persetujuannya pada perdagangan budak yang keji --suatu bentuk penghisapan dan penghinaan manusia yang paling merendahkan martabat --Kaulza de Arriaga si "pengadab" yang biasa di depan umunn mengemukakan tentang usaha "memenangkan dukungan orang Afrika" dan "multirasialisme"' pada saat yang bersamaan menyerukan pembasmian rakyat kita. Kaulza berkata "Problem lain yang teramat penting adalah masalah kependudukan: pertama, orang kulit putih tumbuh, kemudian batasi pertumbuhan orang kulit hitam."

Pergertian "persamaan rasial" dan misi "menggalakkan kemajuan penduduk Afrika" menjadi jelas ketika sang jenderal menulis: "Multirasialisme: adalah otentik dan akan tetap demikian, walaupun di bawah naungannya kita mungkin harus memotong kemajuan kaum kulit hitam. Kita harus meyakinkan orang-orang ini bahwa kita sedang memajukan mereka dengan laju kecepatan yang masuk akal ... Tentu saja ada masalah lain: kita jangan terlalu efisien dalam memajukan bangsa Afrika karena memang kita harus memajukan mereka, tetapi jangan sampai berlebihan."

Ringkasnya, "peradaban," "pendidikan," dan "kemajuan" hanyalah untuk menyembunyikan kenyataan ekspolitasi dan perampasan, penindasan, tindakan brutal, dan penghinaan. Semuanya adalah kata-kata rendah yang dimaksudkan untuk membodohi dan meninabobokan kita dalam tidur. Inilah sebabnya mengapa kita harus mencermati setiap kata-kata yang dikemukakan oleh rezim opresif untuk kenyataan yang disembunyikannya.

Golongan borjuasi terus menegaskan bahwa minoritas yang pintar dan ahli, orang-orang kaya dengan gelar akademis, harus memerintah mayoritas yang mereka anggap bodoh dan tidak becus.

Oliveira Salazar, perencana besar fasisme-kolonial Portugal, mengemukan prinsip ini dengan jelas:

"Hirarki yang ada antara kerja perencanaan, pengorganisasian, menajemen, dan pelaksanaan, sepantasnya tidak hanya mencerminkan suatu kebutuhan dalam produksi tetapi juga ketidaksetaraan alamiah kemampuan manusia yang merupakan sesuatu yang tidak bisa dan tidak mungkin dilawan oleh masyarakat." (F.C.C Egerton, Salazar, Portugal, and Her Leader).
Eca de Queiroz, salah seorang penulis terbesar Portugal, dalam suatu karya besarnya, O Conde de Abranbos, mencela dan rnembuka kedok kaum borjuasi, dengan mengungkapkan mentalitas dari borjuasi penghisap dan penindas yang terwujud dalam sistem pendidikan universitas:

Mahasiswa selamanya tetap dicekoki ide-ide sosial mulia bahwa ada dua kelas, satu kelas yang mengetahui dan satu lagi kelas yang menghasilkan. Secara alamiah, kelas yang pertama menjadi otak, memerintah; kelas yang kedua menjadi tangan, yang bekerja membuat pakaian, sepatu, memberi makan, dan membayar kelas pertama ... Lulusan-lulusan universitas menjadi politisi, ahli-ahli pidato, penyair, dan menjadi kapitalis, bankir, serta menjadi pengusaha besar. Kelas kedua yang tidak terdidik menjadi tukang kayu, tukang kasar di jalanan, pekerja perkebunan tembakau, penjahit ...

Ide mengenai pembagian menjadi dua kelas ini bermanfaat karena setelah diajarkan untuk menerimanya, mereka yang lulus meninggalkan universitas tidak akan teracuni ide yang berlawanan --ide yang absurd dan ateistis yang merusak harmoni universal-- yang berpendapat bahwa orang tidak berpendidikan itu bisa mengerti hal-hal seperti yang dimengerti oleh kaum terpelajar. Tidak, tidak bisa. Kecerdasan itu tidak sama, yang karena itu menghancurkan prinsip-prinsip kesamaan intelektual yang membahayakan, dasar dari suatu sosialisme yang jahat.

Bersambung -------->>
2 Catatan penerjemah: regulo sama dengan liurai di Timor Timur, pada zaman penjajahan Portugis, liurai juga disebut regulo oleh pemerintah.

3 Sejenis hukuman yang khas kolonialis Portugis

<<--------Sambungan Dalam rangka menyembunyikan apa yang sedang mereka lakukan dan membuat kita tetap bodoh, para penindas, khususnya borjuasi kolonial menggunakan seluruh waktunya untuk memompakan pada kita bahwa mereka menjalankan kekuasaan untuk kesejahteraan setiap orang, atau untuk mayoritas, dan bahwa mereka melakukan semuanya ini demi menyebarkan kemajuan, peradaban, dan agama Kristen. Mereka selalu mengatakan kepada kita bahwa menjalankan kekuasaan adalah pengorbanan yang luar biasa, membutuhkan tanggung-jawab besar yang tidak akan mereka tinggalkan. Pidato-pidato yang kita dengar, tulisan-tulisan koran, propaganda radio, dan seluruh aparatus kolonial beracun setiap hari berupaya meyakinkan kita bahwa kekuasaan penindas itu adalah yang terbaik di dunia, bahwa kita harus massa bahagia di bawah dominasi mereka, dan bahwa hanya orang yang tidak tahu berterima kasih, orang gila dan orang komunis yang dapat berpikir sebalikaya. Meskipun demikian, kenyataan yang disembunyikan dengan baik di balik kata-kata tersebut sangatlah berbeda. Dari Gubernur Jenderal sampai ke pejabat pemerintahan lokal, keseluruhan aparatus pemerintahan memiliki tujuan tunggal melakukan segala sesuatu yang bisa untuk menjamin agar perusahaan-perusahaan, golongan kaya, golongan kapitalis bisa menghisap rakyat. Hukum-hukum yang dibuat, pajak-pajak yang dibayarkan, dan perintah-perintah yang diberikan tidak pernah melayani kepentingan rakyat dan selalu menguntungkan para boss. Jika suatu waktu ada hukum yang menguntungkan rakyat, itu karena pemberontakan rakyat sudah sangat kuat dan karena itu harus dilakukan sesuatu untuk menenangkan kemarahan mereka, untuk memecah kekuatan massa dan dengan demikian bisa melanjutkan kekuasaan kolonial. Satu contohnya adalah pemogokan buruh galangan kapal di Lourenco Marques pada tahun 1963. Sebelum pemogokan, upah buruh besarnya 12 hingga 15 escudo per hari. Setelah pemogokan dan sekalipun ada tindakan-tindakan menekan, upah dinaikkan menjadi 28 escudo, karena takut akan pemberontakan yang lebih besar oleh para buruh pelabuhan. Sekarang karena perang, upah dinaikkan di mana-mana dengan tujuan memperdaya rakyat dan membuat mereka lupa bahwa mereka dijajah, dihisap, ditindas, dan dihinakan. Dengan cara yang sama, di semua daerah dimana mereka merasa bahwa rakyat semakin mendukung perjuangan sehingga perjuangan makin meluas, kaum kolonialis buru-buru mengurangi kesombongannya dan membagi-bagikan fato-foto dalam ukuran besar bergambar orang kulit putih dan kulit hitam yang hidup bahagia bersama. Tetapi ini hanyalah lapisan luar karena PIDE terus menangkap menyiksa, dan membunuh rakyat sementara gula-gula dibagi-bagikan kepada anak-anak untuk kepada anak-anak untuk keperluan propaganda. Hakekat penindasan tetap sama. Melalui hukum-hukum pemerintah mereka terus menangkap dan menjual kita kepada tambang-tambang di Afrika Selatan. Yang mendapat keuntungan adalah para pemilik tambang. Sementara yang kehilangan hidupnya, pulang dengan menyandang tuberkulose (TBC), atau cacat karena kehilangan tangan atau kaki. Hukum pemerintahlah yang memaksa kita menanam kapas dan menjualnya kepada perusahaan-perusahaan besar. Yang beruntung adalah perusahaan-perusahaan tersebut, sementara kita tidak pernah punya pakaian walaupun kita yang memproduksi kapas. Hukum-hukum pemerintah menyerahkan kita kepada perusahaan-perusahaan teh dan gula sebagai mesin kerja. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan uang sangat banyak, tetapi di negeri kita, pada pagi hari tidak ada gula maupun teh dalam keluarga kita. Pemerintah rnenangkap kita jika kita menolak keinginan perusahaan-perusahaan, dan pemerintah memaksa kita bekerja di perkebunan, tambang-tambang, dan pabrik-pabrik. Pajak yang kita bayar digunakan untuk membayar gaji pegawai pemerintah yang menindas kita; pajak kitalah yang digunakan untuk rnembayar polisi yang menangkap kita kalau kita tidak mematuhi perusahaan, pajak kitalah yang digunakan untuk membayar tentara yang membantai kita kalau kita melawan penindasan. Kita dan para buruh membayar untuk segala sesuatu, tetapi yang dilayani dan dipatuhi adalah kaum penghisap. Borjuasi dan kolonialis mengatakan bahwa pengadilan adalah lembaga yang tidak memihak dan bahwa dalam lembaga ini yang dihasilkan adalah keadilan. Menurut propaganda tersebut keadilan itu buta karena keadilan tidak membedakan antara orang kaya dengan orang rniskin, antara tuan besar dengan pekerja rendahan, dan dengan demikian sampai pada kebenaran, mengganjar yang benar dan menghukum yang salah. Benar, mereka mengatakan demikian. Tetapi tidak ada yang pernah mendengar suatu pengadilan borjuis atau kolonialis yang memerintahkan pengembalian tanah kepada petani yang telah dirampas tanahnya. Sekarang ini, seperti yang terjadi baru-baru ini dalam kasus bendungan Cabos Bassa, sekitar 25.000 orang diusir dan tanahnya dirampas, tidak ada pengadilan yang mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang benar. Tidak seorang pun yang pernah mendengar adanya pengadilan yang mengutuk PIDE karena membunuh dan menyiksa orang, atau menahan mereka selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tanpa pengadilan. Pengadilan menyalahkan orang-orang yang berjuang untuk Rakyat, dan mendukung serta memuji pihak yang membantai Rakyat. Contoh yang sangat konkret yang diketahui oleh setiap orang dan yang kita semua alami dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan dengan sangat jelas untuk apa kekuasaan kapitalis kolonialis itu dan siapa yang mendapat untung darinya. Ketika kekuasaan berada di tangan golongan yang mengeksploitasi, kekuasaan digunakan oleh mereka untuk menjalankan kediktatoran. Dalam masyarakat pengeksploitasi, untuk menjalankan kekuasaan orang harus menjadi bagian dari kelompok yang mengeksploitasi dan menempatkan seluruh jiwa dan raganya untuk melayaninya. Dalam masyarakat tradisional tidak sembarang orang bisa menjadi pemimpin. Untuk menjadi pemimpin seseorang harus berasal dari strata feodal yang berkuasa, dari keluarga kepala suku, yaitu harus anak atau keponakan kepala suku. Mereka yang memilih kepala baru adalah keturunan atau suatu lembaga dari kaum feodal. Hal yang sama berlaku dalam masyarakat borjuis di mana kekuasaan dipegang oleh perusahaan-perusahaan, kapitalis-kapitalis raksasa, dan kekuasaan dijalankan oleh pelayan setia para kapitalis. Sudah banyak diketahui bahwa ketika seorang Gubernur Jenderal atau Menteri diganti, selain dari kekayaan yang sudah dikumpukan selama masa kekuasaannya, ia akan segera mendapat kedudukan tinggal dalam suatu bank atau perusahaan. Para anggota parlemen, gubernur dan menteri pindah dari perusahaan-perusahaan dan bank-bank ke pemerintahan, dan dari pemerintahan ke perusahaan-perusahaan dan bank-bank. Misalnya, di antara berbagai jabatan sebelum pengangkatannya pada Oktober 1971, Gubernur Mocambique sekarang, Pimentel dos Santos menjabat sebagai Ketua Dewan Direktur Companhia Mineira de Lobito. Jelas, walaupun dia seorang gubernur, dia masih tetap berhubungan dan melayani perusahaannya itu. Pada bulan September 1972 perusahaannya bekerjasama dengan Bethlehem Steel dari Amerika Serikat dan Perusahaan Uranium Mocambique, mendapat konsesi untuk menggarap tambang mineral di sebuah daerah yang meliputi puluhan ribu kilometer antara Chioco dan Changara di Provinsi Tete. Contoh yang sama dapat kita kemukakan untuk setiap menteri, gubernur, anggota parlemen, dan seterusnya. Dalam konteks masyarakat kolonial seperti di Mocambique di bawah kekuasasn kolonial, selain "kualitas" normal masyarakat borjuis yang harus dipenuhi individu, ia harus berasal dari ras kolonial atau sekurang-kurangnya menunjukkan kepatuhan total kepada penguasa kolonial. Dengan demikian ia tak lebih hanyalah boneka. Kenyataan-kenyataan ini, yang sangat akrab dengan kita, jelas menunjukkan bahwa Kekuasaan Negara, itu sama sekali bukan instrumen-instrumen teknis yang netral, tetapi senjata yang digunakan oleh kelas pengeksploitasi untuk melawan massa yang dieksploitasi. Penindasan tidak berlangsung karena pejabat pemerintahan lokal atau yang lebih tinggi atau gubernur itu jahat, orang-orang yang berhati keras yang mendapatkan kepuasaan dengan mengekspolitasi kita. Secara umum, sebagai individu, sebagai orang, mereka tidak lebih baik atau lebih buruk dari orang lain, dari ras apa pun. Mereka menjadi begitu karena posisi yang mereka duduki. Kalau ada seorang pejabat pemerintah yang hati nuraninya tersiksa oleh kejahatan yang terpaksa harus dilakukannya, dan ia berani melawan tuntutan kerja yang harus dilaksanakannya, ia akan segera dipindahkan, dipecat, bahkan dihukum. Karena sebab inilah kita selalu mengatakan bahwa kita sedang berjuang melawan sebuah sistem, dan bukan individu-individu yang berada di dalamnya. Praktek kolonialisme Portugis dan perang agresi sama sekali tidak berubah karena kebaikan atau keburukan Marcelo Caetano ketika ia menggantikan Salazar, sama seperti tindakan kriminal dan pembunuhan yang dilakukan oleh PIDE tidak berubah dengan perubahan namanya menjadi DGS. [4] Keberadaan kelas-kelas pengeksploitasi, yang berkulit putih maupun berkulit hitam atau berwarna lain sekalipun, menciptakan suatu bentuk kekuasam dan negara yang eksploitatif. Itulah sebabnya mengapa kita selalu mengatakan bahwa perjuangan kita adalah melawan eksploitasi manusia oleh manusia, yang saat ini kolonialisme Portugal menjadi ungkapan utamanya di negeri kita. Dengan kata lain, ini berarti bahwa tujuan kita adalah untuk menumbangkan kekuasasn kelas-kelas pengeksploitasi di Mocambique yang wakil-wakilnya adalah kaum kolonialis dan borjuasi imperialis, dan menghancurkan Negara kolonial, yang merupakan bentuk esensial dominasi kolonialis dan imperialis di negeri kita. Karena itu menjadi penting untuk memahami secara jelas persoalan-persoalan ini. Ada orang-orang nasionalis, karena kepolosannya akibat tidak mengembangkan kesadaran kelas dan lainnya karena mereka sendiri terlibat dalam eksploitasi, yang berpikir bahwa tujuan perjuangan kita adalah membangun kekuatan bangsa kulit hitam untuk menggantikan kekuasasn kulit putih, dan mengangkat atau memilih orang Afrika ke berbagai posisi di bidang politik, administrasi, dan ekonomi serta berbagai posisi penting lainnya yang selama ini dikuasai oleh orang kulit putih. Kelompok nasionalis yang polos, setelah aktif terlibat, menjadi mengerti dan menerima perlunya menghancurkan Negara yang eksploitatif, sementara kelompok nasionalis yang telibat eksploitasi, yang mengidentifikasikan diri dengan sistem, justru menentang upaya penghancurannya. Singkatnya, bagi kaum nasionalis yang tidak sepenuhnya puas dengan kekuasaan kolonial hanya karena kekuasaan kolonial itu asing, tujuan akhir dari perjuangan kita adalah untuk "meng-Afrika-kan" eksploitasi. Itulah sebabnya mengapa mereka menolak ideologi revolusioner kita, dan mereka secara khusus menolak transformasi menyeluruh pemikiran dan tindakan yang kita tuntut dengan alasan bahwa hal ini tidak penting dalam perjuangan melawan kolonialisme . Ini adalah posisi reaksioner yang membahayakan hakekat dan tujuan perjuangan kita. Bagi orang-orang ini perjuangan kita harus berupa perjuangan antara kekuatan kulit hitam melawan kekuatan kulit putih, sementara bagi kita perjuangan kita adalah antara golongan pengeksploitasi dengan golongan yang dieksploitasi. Kita sudah melihat bahwa seluruh aparatus kekuasaan dalam suatu Negara eksploitatif --hukumnya, administrasinya, pengadilannya, kepolisiannya, tentaranya-- tujuan tunggalnya adalah mempertahankan eksploitasi dan melayani kepentingan kaum pengesksploitasi. Negara, Kekuasaan, hukum-hukum bukanlah teknik atau instrumen yang netral yang bisa digunakan dengan sama baiknya oleh musuh atau kita. Karena itu persoalan yang menentukan bukanlah menggantikan staf orang Eropa dengan staf orang Afrika. Negara dan kekuasaan, hukum-hukumnya tidaklah netral atau instrumen-instrumen yang dapat digunakan secara setara dan baik oleh musuh atau oleh kita. Karena itu persoalan yang menentukan bukanlah mengganti pegawai-pegawai Eropa dengan pegawai-pegawai kita. Seperti kaum kolonialis yang punya cara berperang, kita punya cara berperang juga, dan seperti mereka memilih ilmu militer, kita juga memilikinya. Demikian pula kita punya kekuatan, mereka punya kekuatan. Ada konflik antara kita dan mereka mengenai asal-usul, hakekat, metode, dan tujuan kekuasaan. Kekuatan yang sedang muncul itu mencerminkan keseimbangan baru kekuatan yang sedang muncul di negeri kita, yang sangat memungkinkan bagi aliansi rakyat. Kediktaktoran minoritas pengeksploitasi atas rakyat itu sedang digantikan oleh kekuatan rakyat, yang dipaksakan atas semua kekuatan kolonialis dan kelas-kelas reaksioner, mayoritas besar sedang menanjak kekuasaannya atas minoritas sangat kecil dan sedang menghancurkan eksploitasi. Kekuasaan kita berbeda bentuk dan isinya dengan segala yang pernah ada sebelumnya di negeri kita. Kekuasaan kita adalah milik rakyat dan dijalankan oleh wakil-wakilnya yang sejati untuk melayani kepentingan rakyat: Kita tidak bisa menemukan sebuah Negara rakyat dengan hukum-hukum dan mesin administratifnya yang berdasarkan pada Negara yang hukum-hukum dan mesin administratifnya sepenuhnya dirancang untuk melayani kepentingan golongan pengeksploitasi. Kita tidak dapat melayani rakyat dengan menjalankan kekuasaan Negara yang dirancang untuk menindas massa rakyat. "Meng-Afrika-kan" kekuasaan kolonialis dan kapitalis berarti rnengingkari tujuan perjuangan kita. Apa arti perjuangan kita jika kita terus menjadi sasaran kerja paksa, perusahaan-perusahaan dan tambang-tambang, walaupun di mana-mana ada manajer dan mandor orang Afrika? Apa arti pengorbanan kita jika kita masih dipaksa untuk menjual ternak dan kapas di pasar-pasar yang hanya memberikan keuntungan kepada para pedagang, sekalipun mereka adalah orang-orang Afrika? Apa arti begitu banyak darah yang ditumpahkan jika kita masih terus tunduk pada suatu Negara yang walaupun dipimpin oleh orang Mocambique hanya melayani golongan kaya dan berkuasa? Bagaimana kita dapat mempertahankan angkatan kepolisian yang menangkap dan menyiksa pekerja dan mempertahankan tentara yang menembak massa rakyat, walaupun para jenderalnya orang-orang berkulit hitam? Suatu Negara yang terdiri dari golongan kaya dan memiliki kekuasaan di mana kelompok minoritas mengambil keputusan dan memaksakan kehendaknya, kita setuju ataupun tidak setuju, kita mengerti atau tidak, adalah kelanjutan dalarn bentuk baru yang sedang kita lawan sekarang. Pertanyaan mengenai kekuasaan rakyat adalah pertanyaan inti dalam Revolusi kita. Dalam konteks ini, absurd untuk berbicara mengenai "otonomi" bahkan juga "kemerdekaan" yang bisa ditawarkan oleh Caetano atau para penggantinya. Massa rakyat sudah mengerti tentang ini, naluri kelas mereka membuat mereka mampu mengerti soal ini: Kemerdekaan, otonomi sebagaimana yang dibayangkan oleh imperialisme dan kolonialisme adalah taktik yang dirancang untuk melestarikan segala sesuatu seperti sebelumnya --untuk mempertahankan eksploitasi. Karena mereka hendak mempertahankan kekuasaan merekalah maka massa rakyat memberikan pengorbanan yang paling heroik untuk memperluas perjuangan dan mengkonsolidasi wilayah yang telah dibebaskan. Semua ofensif musuh, betapapun kuat dan kerasnya, dihancurkan berkeping-keping oleh keteguhan tak kenal goyah massa rakyat yang mempertahankan kekuasaannya. Pada tahun 1967 dan 1969, ketika sebuah kelompok baru golongan pengeksploitasi di tengah-tengah kita berhasil melumpuhkan kepemimpinan kita dan mulai mendistorsi arti perjuangan kita, dengan tujuan memberlakukan kediktaktoran kaum pengeksploitasi, rakyalah yang dengan naluri kelas mereka sebagai massa pekerja, yang menyadari bahaya yang sedang kita hadapi dan yang memberikan dukungan menentukan kepada kekuatan revolusioner dalam kepemimpinan yang menghasilkan kemenangan. Kekuasaan kita mewakili kepentingan rakyat pekerja, mengekspresikan tekad kita untuk mengusir kolonialisme dan imperialisme, serta menciptakan masyarakat baru tanpa eksploitasi. Kekuatan kita adalah ungkapan revolusioner dari suatu persekutuan yang dengan memperjuangkan kepentingan petani dan buruh, menyatukan semua strata sosial dan kelompok yang diikat oleh semangat patriotisme dan demokrasi: buruh, petani, pekerja-pekerja perkebunan dan perusahaan kayu, konsesi, pertambangan, kereta api, galangan kapal, industri, sopir-sopir, tukang-tukang, intelektual, teknisi, pegawai negeri, pelajar/mahasiswa, pekerja kantor, pedagang kecil dan menengah, dan sebagainya. Dalam suatu dokumen yang diterbitkan pada pertemuan tahun 1970, Komite Sentral FRELIMO mendefinisikan syarat bagi seorang anggota Komite Sentral sebagai berikut: "Anggota yang memimpin organisasi dan khususnya anggota Komite Sentral harus dipilih dari antara para militan yang menunjukkan kualitas militansi yang luar biasa. Seorang anggota Komite Sentral harus berasal dari batang tubuh perjuangan Seorang anggota Komite Sentral harus membedakan dirinya melalui dedikasinya kepada perjuangan pembebasan nasional dan penyangkalan kepentingan pribadi dengan menyerahkan diri kepada perjuangan dan melayani kepentingan rakyat." Dokumen yang sama menggarisbawahi kualitas yang harus dimiliki seorang militan FRELIMO sebagai berikut "Dia melayani massa rakyat dan mengorbankan dirinya untuk kepentingan mayoritas." Ini bisa berarti bahwa ketika berada di wilayah lain, wilayah kaum pengeksploitasi, seorang pemimpin adalah orang yang dapat melayani kepentingan kaum pengeksploitasi dan berasal dari kalangan mereka. Di wilayah kita, pemimpin datang dari massa rakyat, dari para pejuang dan pempimpin adalah pelayan rakyat yang siap sedia mengorbankan segala sesuatu termasuk hidup mereka demi kepentingan mayoritas dan demi membela mayoritas. Kita adalah mayoritas, kita adalah petani, pekerja dan buruh yang lahir dari kalangan rakyat yang dihisap dan ditindas, dan tujuan kita adalah membebaskan diri, membangun masyarakat baru, suatu masyarakat yang mencerminkan kepentingan-kepentingan kita. Perjuangan kita sudah mendirikan kekuasaan kita di banyak wilayah negeri. Di wilayah-wilayah ini kepentingan kita yang berlaku. Garis politik FRELIMO, yang mencerminkan kepentingan ini, diterapkan di semua sektor kerja untuk kesejahteraan mayoritas rakyat. Garis politik FRELIMO yang membimbing kekuasaan kita, setiap hari mengubah hubungan sosial, hubungan antar orang dan mengubah masyarakat. Garis politik kita mengubah alam, dengan menempatkan sumberdaya alam demi melayani mayoritas rakyat dan memobilisasi hukum alam bagi kepentingan rakyat banyak. Sejak saat ketika kekuasaan kita mulai dijalankan dalam sektor pendidikan, kita menyatakan bahwa tugasnya adalah mendidik orang guna memenangkan perang, membangun masyarakat baru, dan memajukan negeri kita. Pengajaran kita bertujuan meletakkan ilmu pengetahuan untuk melayani rakyat dan revolusi, dan untuk membuat pelajar, mahasiswa, dan intelektual menjadi pekerja yang melayani pekerja lain. Ketika kekuasaan kita mulai dijalankan di bidang kesehatan, kita nyatakan bahwa rumah sakit harus bekerja dengan mempraktekkan prinsip bahwa revolusi membebaskan rakyat. Kita tidak mau rumah sakit dijalankan oleh teknisi yang kaya dan hanya siap melayani golongan kaya. Kemewahan rumah sakit borjuis dan kolonialis tidak menjadi urusan kita, karena yang kita inginkan adalah membuat rumah sakit kita menjadi basis, satuan operasi dalam perjuangan melawan penyakit-penyakit fisik dan penyakit-penyakit yang menghancurkan pikiran, yaitu takhayul, kebodohan, sukuisme, dan mentalitas borjuis. Di Cabo Delgado, Niassa, Tete, dan Manica e Sofala perusahaan-perusahaan dan para tuan tanah kaya sudah melarikan diri meninggalkan wilayah negeri kita. Karena itu kekuasaan kita sudah dibangun dalam bidang produksi. Perusahaan-perusahaan dan tuan-tuan tanah tidak lagi yang menentukan tujuan kerja dan produksi atau mengambil keuntungan dari usaha kita. Saat ini, karena kita memiliki Kekuasaan, produksi adalah untuk membebaskan manusia dan memberikannya identitas sebagai pengubah alam dan masyarakat. Kita berproduksi untuk belajar, dan kita belajar untuk berproduksi dan perjuangan yang lebih baik; kita berproduksi untuk memenuhi kebutuhan kita, memberi makan anak-anak dan keluarga kita, serta untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Kekuasaan kita menciptakan sistem produksi kolektif untuk melayani rakyat dan Revolusi, serta menghancurkan sistem produksi eksploitatif dan mengubah produsen-produsen individual menjadi produsen yang menyatu dengan komunitas. Produksi sekarang tidak mengelompokkan manusia menjadi kaum penghisap dan yang terhisap, sistem produksi sekarang menyatukan mereka semua, membuat mereka semua menjadi pelayan rakyat yang memajukan kesejahteraan rakyat. Di wilayah-wilayah yang dibebaskan, Negara kolonial borjuis sudah dihancurkan dan struktur feodal sudah dihilangkan. Suatu bentuk baru demokrasi rakyat sedang muncul, dan itulah kekuasaan kita. Mereka yang menjalankan kekuasaan memperoleh kepercayaan besar dari rakyat, karena pertumbuhan politik mereka terjadi di dalam perjuangan rakyat. Mereka secara tetap berdiskusi dengan rakyat. Garis kebijakan dan arah baru, yang lahir dari diskusi dan pengalaman praktis rakyat, disepakati oleh rakyat dan dijelankan dalam praktek. Dari lingkaran paling rendah (circulo) [5] hingga tingkat lokal, dan dari distrik hingga provinsi dan tingkat nasional, untuk pertama kalinya dalam sejarah kira rakyat mempunyai kekuasaan sendiri yang tidak merupakan sesuatu yang asing dan yang menjajah mereka. Kekuasaan mayoritas rakyat yang dihisap dan menjalankan kehendak mereka pada seluruh bangsa: itulah Kekuasaan kita. --------------- 4 Catatan penerjemah:DGS (Direccao Geral da Seguranca, Direktur Jenderal Keamanan) adalah pengganti PIDE (Policia Internacional e de Defensa do Estado, Polisi Internasional Pertahanan Negara) 5 circulo adalah unit terendah organisasi sipil FRELIMO, basis struktur massa. II. Menyelenggarakan Kehidupan Demokratis Pelaksanaan kekuasaan, bentuk dan metodenya, itu harus serasi dengan isinya. Sekalipun begitu seringkali anggur baru tersimpan di dalam botol lama -artinya, kekuasaan baru mungkin saja dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang lama. Dalam memaparkan metode kerja FRELIMO, dalam Anggaran Dasar kita (dimulai Bab 7 pasal a) secara jelas dinyatakan hal-hal pokok yang bisa diringkaskan sebagai berikut: kebebasan berdiskusi, prinsip minoritas mengikuti mayoritas, pertanggungjawaban kolektif, kritik dan oto-kritik dalam pekerjaan maupun tingkah laku. Anggaran Dasar kita, isi tindakan kita menuntut demokrasi sejati, kebebasan berpendapat yang sejati, dan diskusi mendalam untuk tiap keputusan yang kita ambil. Karena itu kami sangat mementingkan pertemuan antara rakyat dengan para pejuang. Pertemuan-pertemuan itu untuk menyuarakan perasaan dan pikiran rakyat yang sesungguhnya, menemukan kontradiksi dan menjelaskan sekaligus memberikan garis politik maupun arahan tentang langkah konkret untuk tiap-tiap situasi yang spesifik. Keputusan-keputusan kita harus selalu demokratis dalam isi dan bentuknya. Demokratis dalam "isi" artinya keputusan itu harus mencerminkan kepentingan-kepentingan rakyat. Demokratis dalam "bentuk" artinya massa yang luas harus mengambil bagian dalam pengambilan keputusan merasa bahwa keputusan itu milik mereka dan bukan sesuatu yang diberikan dari atas. Ada situasi-situasi praktis dan mendesak ketikka seorang penanggung-jawab (responsavel) harus mengambil keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan siapa pun. Dalam suatu penyerbuan, seorang komandan tidak bisa mengumpulkan seluruh pejuang untuk melakukan pemungutan suara tentang kapan harus menembak, kapan harus menyerang, dan kapan harus mundur. Tetapi, pada sisi yang lain, semakin banyak diskusi yang dilakukan oleh seorang komandan dengan para pejuang sebelum dilakukannya suatu aksi, yang membuat mereka memahami makna dan tujuan pertempuran yang mereka lakukan, kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, dan taktik-taktik tepat yang harus mereka terapkan, maka mereka akan semakin berdisiplin dalam garis pertempuran dan semakin siap berkorban, karena kemenangan itu tergantung pada pertempuran yang baik yang dihasilkan dari kepemimpinan yang baik yang mengarahkan inisiatif pejuang biasa. Kadang-kadang dalam proses diskusi seorang lawan bisa tampil sangat jelek atau bahkan rnenyampaikan ide yang salah. Kita cenderung menyuruh kawan seperti ini diam, dengan mengandalkan wewenang yang kita miliki. Hasilnya akan negatif: pertama karena si pembicara akan merasa orang lain tidak mengerti ide yang disampaikannya dan akan mempertahankan ide-idenya yang keliru dengan bergumam di luar pertemuan, dan kedua, yang ini lebih penting, untuk menentang pemikiran yang salah setiap orang atau paling tidak mayoritas besar harus mengerti bagaimana dan mengapa pemikiran yang bersangkutan itu salah. Demokrasi di dalam Partai adalah syarat penting bagi setiap dan semua orang untuk merasa berkomitmen dan bertanggungiawab mengenai suatu keadaan, karena muncul dan berkembangnya situasi itu berkaitan erat. Tentunya ada berbagai macam lapisan di dalam struktur. Praktisnya, jenis dan sifat tiap-tiap diskusi itu berbeda sesuai dengan tingkatnya, suatu hal yang alamiah belaka. Tetapi prinsip diskusi dan pengambilan keputusan kolektif harus selalu dipertahankan. Suatu keputusan birokratis, yakni suatu keputusan yang diambil oleh komandan atau pemimpin tanpa diperdebatkan dan penjelasan sebelumnya kepada massa, sekalipun isinya bagus sekali --hal yang hampir mustahil terjadi --tidak akan bisa menggalang massa rakyat, yang pada akhirnya adalah pihak yang mengadopsi, melaksanakan, dan mempertahankannya. Betapa pun baik isinya, suatu keputusan birokratis menghadapi resiko tidak punya hubungan dengan tingkat pemahaman massa; dengan kata lain, tidak realistis dan menciptakan kontradiksi yang bisa dihindari kalau saja sebelumnya dilakukan diskusi. Diskusi demokratis membutuhkan persiapan yang kuat. Sebelum diskusi kita harus membuat studi yang mendalam tentang pokok persoalannya, menemukan apa yang menjadi masalah, dan jelas mengenai garis partai tentang hal yang dipersoalkan. Setelah siap, kita berada pada kedudukan untuk membimbing diskusi dan merumuskan kebijakan-kebijakan dengan tepat dan benar. Kita harus selalu sadar bahwa sekalipun sebuah kebijakan itu benar, ia bisa punya dampak negatif dipaksakan kalau tidak sesuai dengan tingkat pemahaman massa rakyat. Khususnya, kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan adat-istiadat harus diperkenalkan secara pelan-pelan dan bertahap, hanya setelah dilakukan mobilisasi luas yang menyentuh sektor-sektor masyarakat yang paling banyak dirugikan oleh adat-istiadat yang bersangkutan. Dalam membimbing diskusi, kita harus menggunakan taktik menyatukan sektor-sektor masyarakat yang sadar, mengisolasi kekuatan-kekuatan yang menentang, dan memenangkan mayoritas yang ragu-ragu. Jadi di dalam diskusi, pembahasan kita tidak boleh abstrak, kita harus menangani persoalan-persoalan konkret, dan kita harus mengungkapkan kenyatan yang paling menyakitkan sehingga setiap orang merasakan kebutuhan nyata untuk menyelesaikan persoalan yang bersangkutan. Sebuah diskusi harus dipersiapkan dengan cara yang sama dengan mempersiapkan sebuah pertempuran: yaitu menjalankan strategi dan taktik tentang hal-hal yang akan didiskusikan, mengerti kelemahan dan kekuatan kita sendiri, serta posisi-posisi yang hendak kita serang, dan juga menyusun dan menyebarkan gagasan-gagasan kita secara benar, mengetahui bagaimana harus maju dan mundur ketika diperlukan. Untuk menjalankan penyerangan dalam rangka mendemokratisasikan metode kerja kita, kita harus memberi perhatian khusus kepada demokrasi di bidang poiitik, ekonomi, dan militer. Ketika bekerja melaksanakannya kita harus selalu menyadari bahwa kekuasaan itu milik rakyat bahwa kita semua sama-sama mengalami penindasan, penghinaan, penjualan, penghisapan, pembunuhan massal, dan bahwa kita semua adalah saudara dari kejas sosial yang sama dengan satu tujuan: melayani rakyat. Inilah yang menjadi dasar kesatuan kita, titik awal dari demokrasi kita. Demokrasi politik berdasarkan pada diskusi kolektif, pada pemecahan kolektif setiap persoalan kita. Semua dan setiap orang dipersilakan untuk menetapkan pandangannya tentang apa yang untuk melayani rakyat pada keadaan tertentu. Semua dan setiap orang bertanggungjawab atas kehidupan, Organisasi kita, atas pengembangan dan konsolida, perjuangan dan Revolusi. Semua dan setiap orang berkewajiban untuk mengembangkan secara kreatif garis politik kita. Memadukan pengalaman yang kaya yang kita peroleh dalam perjuangan politik dan perjuangan bersenjata melawan musuh dalam rangka mentransformasi masyarakat dan memobilisasi hukum-hukum alam demi kemajuan bersama. Kesalahan-kesalahan yang dibuat, baik yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, serta pelanggaran-pelanggaran terhadap garis politik dan disiplin, harus menjadi sarana untuk mendidik kita. Pelajaran-pelajaran yang kita ambil dari kesalahan-kesalahan itu harus didiskusikan oleh massa rakyat sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman baru Pelanggaran-pelanggaran garis politik dan disiplin harus kita jadikan bahan diskusi dan kritik terbuka oleh massa rakyat. Dengan demikian, di satu sisi kita menggunakan kesalahan untuk memperdalam kesadaran politik dan, di sisi lain kita menyerahkan pertahanan dan disiplin garis politik kepada rakyat sebagai pemiliknya. Kecenderungan kawan-kawan tertentu untuk menyembunyikan dari hadapan rakyat kesalahan khususnya yang dilakukan oleh responsavel itu mencerminkan rendahnya demokrasi politik dan rendahnya kepercayaan pada rakyat. Kekuasaan itu milik rakyat pekerja. Garis politik mencerminkan kepentingan massa pekerja dan disiplin adalah penjaga yang mempertahankan garis politik. Karena itu sudah jelas bahwa mempertahankan garis politik dan disiplin itu adalah tugas pertama dan paling utama dari massa rakyat, kerena pertahanan ini adalah pertahanan kehidupan mereka. Mempercayakan kepada rakyat tugas untuk mengkritik kesalahan, penyimpangan, dan pelanggaran garis dan disiplin kita itu berarti menegaskan bahwa kesalahan, penyimpangan, pelanggaran, dan kejahatan itu adalah tindakan-tindakan politik yang mencerminkan ketidakpahaman tentang garis politik kita atau bahkan penentangan terhadapnya. Dalam konteks ini, kritik terbuka dan pencelaan itu memberikan pelajaran politik yang mendidik diri kita maupun mereka yang menentang garis kita. Karena alasan itulah, kita menentang pengadilan rahasia dan kesukaan menyusun peraturan-peraturan hukum pidana dan disiplin. Apabila pengadilan rahasia diberlakukan sebagai suatu sistem, ia mencegah massa rakyat menjalankan kekuasaan dan memberi peluang untuk terjadinya penyalahgunaan wewenang. Terlebih lagi peraturan hukum cenderung membekukan perkembangan dinamis dan proses perubahan terus menerus yang kita terlibat di dalamnya, dan karena itu dengan mudah bisa mendepolitisasi dan membirokratisasikan keadilan. Demokrasi militer menjamin partisipasi setiap orang untuk menggabungkan pengalaman perjuangan kita, untuk mempelajari secara kolektif negeri kita dan musuh kita, untuk menarik pelajaran dan setiap operasi, dan terus-menerus mendiskusikan cara-cara memperluas perjuangan bersenjata ke wilayah-wilayah baru serta melakukan konsolidasi wilayah kita yang terdepan. Demokrasi ekonomi adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kita untuk menghancurkan sistern penghisapan manusia atas manusia. Kita menjamin demokrasi ekonomi dengan pertama-tama menghapuskan kekuasaan perusahaan-perusahaan dan penghisapan kolonialis-kapitalis atau kelas-kelas feodal-tradisional. Dengan menghalangi kelas-kelas ini menghisap kelas pekerja kita membangun dasar bagi demokrasi ekonomi. Kerja kita menggalang dan mengorganisasi rakyat untuk mengubah produksi perorangan dan keluarga menjadi produksi kolektif itu mengkonsolidasikan proses demokrasi ekonomi. Sesungguhnya dengan melakukan hal ini kita mencegah produsen-produsen perorangan dan keluarga merosot menjadi pemilikan pribadi yang mengeksploitasi yang melahirkan kelas-kelas penghisap baru. Kita sekaligus juga memberi bentuk material pada prinsip keadilan yang menggariskan bahwa semua kekayaan negeri kita dan usaha-usaha kita adalah milik mayarakat, melayani masyarakat, dan ditujukan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, kerja, partisipasi dalam produksi bukanlah semata-mata kewajiban melainkan juga: hak setiap dan semua orang. Bagi revolusi tidak ada orang yang menganggur, tidak ada orang yang tidak berguna atau tidak mampu (cacat), tidak ada talenta yang tidak bermanfaat. Setiap orang punya hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam perjuangan bersama untuk mengubah masyarakat dan menggunakan surnberdaya alam untuk kebaikan masyarakat. Melibatkan diri dalam produksi menyatukan kita dengan kelas kita, menolak berpartisipasi berarti menentang garis politik kita dan mendukung kelas penghisap. Diskusi kolektif mengenai cara-cara mengembangkan, memperluas dan meningkatkan produksi, sintesis terus-menerus dan kolektif tentang pengalaman pengalaman negatif maupun positif kita, serta keputusan-keputusan kolektif tentang cara mendistribusikan hasil-hasil produksi, memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan perang dan memperbaiki tingkat kehidupan rakyat banyak, semuanya menjamin demokrasi ekonomi. Dalam kerangka inilah kita dapat melihat bahwa kemalasan di kalangan kita dan kurangnya penghargan pada harta milik rakyat dan milik gerakan itu merupakan pelanggaran serius baik terhadap garis politik maupun demokrasi ekonomi kita, yang mencerminkan sikap parasitis maupun eksploitatif. Proses dan pangalaman demokrasi merupakan hal baru di negeri kita. Karena selalu hidup di bawah kekuasaan berbagai kelas vang menghisap, rakyat kita tidak pernah mengenal demokrasi sejati. Revolusi mengantarkan demokrasi, yang telah diberlakukan pada berbagai tingkat: politik, ekonomi, dan militer. Demokrasi juga diterapkan dalam kerangka Organisasi. Pada tahap sekarang vital untuk memperluas wilayah penerapkan demokrasi, yang dengan cara ini mempraktekkan lebih lanjut asas bahwa kekuasaan itu milik massa pekerja. Bersambung -------->>

<<------Sambungan Dalam konteks ini, syarat penting yang sesuai dengan konsolidasi kekuasaan di wilayah-wilayah yang dibebaskan, adalah memperluas terus sistem pemilihan, dimulai dari tingkat yang paling rendah, untuk memilih reponsavel dari kalangan rakyat, yang menciptakan struktur dasar demokrasi yang sesungguhnya dari kekuasaan administratif. Jelas bahwa pemilihan tidak bisa berlangsung anarkis tapi harus berorientasi sehingga pilihan massa rakyat jatuh pada mereka yang telah memahami garis politik Partai, baik.secara konseptual maupun dalam tingkah laku mereka, dan mereka yang punya inisiatif dan kemampuan mengorganisir. Karena itu penting bersikap sangat waspada mencegah terpilihnya orang-orang yang berkecenderungan eksploitatif, walaupun mereka bisa saja punya pendukung banyak, karena alasan-alasan subyektif ataupun karena kegiatan demagogis. Tua dan muda, laki-laki maupun perempuan harus berpartisipasi secara setara dalam pemilihan dan harus punya tanggungjawab untuk menentang tendensi kuno yang mendiskriminasikan kaum perempuan dan kaum muda. Kita harus menyadari bahwa ketika Revolusi maju dan dikonsolidasikan dan tatanan kehidupan dirombak susunannya, pembagian kerja yang lebih tegas berlaku antara organisasi politik, struktur administratif, dan struktur militer. Keterlibatan semakin besar para wakil rakyat yang terpilih di dalam tugas-tugas administratif mendorong tumbuhnya inisiatif massa rakyat dan membiasakan mereka dengan kehidupan dernokratis, yang menciptakan rasa tanggung-jawab kolektif dan rnengarahkan mereka untuk menjalankan kekuasaan. Pada tahap akhir, tugas Partai politik adalah secara definitif memimpin, mengorganisir, mengarahkan dan mendidik massa rakyat. Tugas struktur administratif adalah mempraktekkan keputusan-keputusan yang diambil di berbagai bidang ekonomi dan kehidupan sosial. Sedangkan tugas struktur militer adalah menyokong dan melindungi rakyat, mengusir musuh negeri, mempertahankan tanah air, serta terlibat aktif dalam pembangunan kembali. Partai politik memimpin dan mengarahkan reorganisasi kehidupan massa rakyat dan rekonstruksi nasional sama seperti memimpin dan mengarahkan tentara, merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapapai dan meningkatkan kesadaran politik. Tentara menciptakan kondisi-kondisi untuk membebaskan rakyat dan tanah air. Administrasi mempraktekkan arahan-arahan mengenai rekonstruksi nasional. Pada tahap sekarang ini, dalam mana tugas administratif semakin meningkat dan bermacam-macan maka demokratisasi terus-menerus metode kerja serta menentukan responsavel itu mutlak dilakukan. Metode kerja kita tidaklah kurang penting, karena melalui metode inilah kita bisa mencapai realisasi praktis keputusan-keputusan yang kita ambil. Supaya badan yang memimpin bisa bekerja dengan rakyat, badan ini harus bersatu. Jika di dalan badan pimpinan itu ada kontradiksi, hal ini akan melahirkan desas-desus, tipu-daya, dan fitnah. Tiap faksi berupaya menggalang dukungan untuk pandangannya masing-masing, yang membuat terjadinya perpecahan di kalangan massa. Jika kita tidak bersatu kita akan memecah-belah rakyat dan para pejuang, memecah kekuatan mereka, dan membuat mereka tidak aktif sehingga memberi peluang kepada musuh untuk menyusup. Akhimya kita memecah-belah teman-teman kita sendiri. Agar tetap bersatu dan menyatu dengan rakyat kita perlu mengenal diri sendiri dengan baik. Untuk mengenal diri kita dengan baik, kita harus benar dalam pikiran dan tindakan dan bila sesuatunya tidak benar kita harus siap bertanggung-jawab melalui kritik dan oto-kritik. Persatuan dalam pimpinan dengan garis yang benar, pada tingkat manapun, bisa menjadi kekuatan penggerak setiap sektor dan menjadi syarat untuk keberhasilan suatu tugas. Sama dengan orang yang setiap hari harus makan supaya tubuhnya mampu mengatasi tugas dan kesulitan-kesulitannya, demikian pula persatuan juga membutuhkan makanan sehari-hari. Kehidupan, kerja, studi, kritik dan oto-kritik kolektif, serta bantuan timbal-balik adalah makanan, garam, dan vitamin persatuan. Karena itu anggota-anggota pimpinan tidak boleh terpisah satu sama lain, masing-masing menjalani kehidupan pribadinya, dan hanya bersama-sama ketika ada rapat. Tentu saja, mengingat adanya tugas masing-masing orang dan fakta bahwa mereka harus bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain, maka para anggota pimpinan harus berusaha tinggal bersama, mengenal satu sama lain dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, dan saling memaharni kelemahan masing-masing, sehingga mudah saling memperbaikinya. Bekeria bersama, berproduksi secara bersama, berkeringat bersama, menderita beratnya gerakan bersama serta mengatasi secara bersama kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh musuh akan menciptakan ikatan persaudaraan dan saling menghormati yang kuat. Yang mengikat kita bukan kata-kata tetapi kegiatan-kegiatan yang kita jalankan untuk melayani masyarakat. Persatuan yang ditumbulkan oleh darah dan keringat inilah yang mengikat kita. Dengan demikian kalau seorang kawan ketika terjatuh maka kita akan berusaha untuk menolongnya bangkit dan maju lagi. Kita harus menyadari bahwa kebodohan satu orang adalah kelemahan kolektif yang mempengaruhi pekerjaan kita semua. Apakah, misalnya, kita bisa menerima kenyataan bahwa seorang rekan tidak bisa membaca-menulis dan tidak bisa berbahasa Portugis, ketika banyak di antara kita bisa membaca-menulis dan berbahasa Portugis. Supaya kawan ini menjadi bisa membaca-menulis; supaya bisa berbahasa Portugis, apakah Komite Sentral harus mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi tentang persoalan ini? Kelemahan satu orang tidak akan pernah menjadi kelebihan orang lain, karena kelemahan seseorang, kesalahan seseorang mempersulit pekerjaan semua orang lain, membahayakan tugas-tugas kita, serta melemahkan komunitas. Kita harus bergerak maju seperti gelombang lautan, maju bersama dan tidak meninggalkan satu orangpun di belakang karena bodoh atau berbuat salah. Dengan melakukan studi politik, ilmu, dan sastra kita bisa bersama-sama menilai keadaan dan memperlengkapi diri dengan teknik-teknik yang diperlukan untuk mengantasi kesulitan. Sering-seringlah melakukan kritik dan oto-kritik supaya bisa meralat metode dan bisa membetulkan kesalahan dan penyimpangan pribadi. Akan tetapi kita jangan membuat kritik dan otokritik menjadi rutin, sejenis pengakuan dosa dalam mana kita menceriterakan dosa-dosa kita, yang kemudian dihapuskan, mendapatkan pengampunan dosa, lalu kemudian mengulangi perbuatan yang sama. Kita harus giat bertempur melawan rasa menang, rasa puas diri. Tiada yang lebih menggelikan dan salah daripada mendengar seorang kawan berkata "semuanya baik dan lancar." Pernyataan semacam ini menunjukan rasa puas diri dan pendekatan rutin, dan kurangnya analisis maupun ketidakmampuan untuk mendeteksi hal-hal yang lemah atau mengorganisir kekuatan melawan kelemahan. Kurangnya analisis dan studi membuat kita tidak mengerti masalah dan bersikap ragu-ragu ketika dihadapkan pada keadaan konkret; dan orang yang ragu-ragu itu di mata rakyat tidak akan mendapat kepercayaan. Seorang individu tidak akan menjadi responsavel, tidak akan menjadi pemimpin hanya karena ia terpilih melalui pemilihan terbuka atau diangkat untuk melaksanakan suatu tugas. Otoritas sejati yang membuat seseorang menjadi pemimpin adalah otoritas politik. Apabila seorang pemimpin tidak mendapat kepercayaan dari rekan-rekannya dan dari massa rakyat, atau telah kehilangan kepercayaan, ia terjerumus dalam otoritas administratif, terjerumus ke otoritaranisme. Agar memiliki otoritas politik, seseorang harus membuktikan melalui ucapan dan perbuatan, apakah dirinya telah memahami dengan mendalam garis politik Partai dan hidup sejalan dengannya. Seorang pemimpin adalah wakil, pembela, dan sekaligus contoh dari garis politik FRELIMO. Apabila muncul kontradiksi antara garis politik dengan tingkah laku pemimpin, maka ia tidak punya hak untuk mewakili, membela, maupun menunjukkan garis politik tersebut kepada masyarakat Ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang mulutnya berisi makanan tidak bisa bicara. Dengan kata lain seorang responsavel yang tidak disiplin kendatipun banyak bicara tentang disiplin, pada hakekatnya hanya mengajarkan ketidak-disiplinan dan melalui ketidak-disiplinannya mengembangkan liberalisme dan anarki. Seorang responsval yang menyalahgunakan barang milik Partai untuk memuaskan kepentingannya dan kegemaran-kegemarannya sendiri bisa membuat ribuan pidato tentang pentingnya menghormati perbendaharaan milik Partai dan Rakyat, dan harga yang harus dibayar dengan darah untuk memperolehnya. Kenyataannya ia hanya bisa mengajarkan rakyat untuk korupsi, dan mereka akan saling bertengkar untuk mengambil keuntungan terbesar dari harta milik Partai, dan memperebutkan keringat dan darah rakyat untuk keuntungan pribadinya. Seorang responsavel yang tidak mau tangannya kotor bisa memprakarsai ratusan pertemuan mengenai produksi, tetapi dia tidak akan mendapatkan satu orang pun untuk berproduksi atau mendirikan sebuah koperasi. Seorang responsavel yang berbicara soal produksi kolektif dan mau mempertahankan tanah pertanian atau ternak pribadinya itu mengajarkan bahwa pemilikan pribadi harus tetap dipertahankan. Seorang responsavel yang mengorganisasikan perjuangan menentang tradisi yang menindas kaum perempuan, tetapi setuju putra-putrinya menjalani upacara inisiasi tradisional sebenarnya memobilisasi rakyat untuk tetap berada dalam kekuasaan tradisi reaksioner. Seorang responsavel yang menjelaskan tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan tetapi tidak bisa menggali kakus, membersihkan rumah, mengusir nyamuk dan lalat, tidak bisa memasak air, dan percaya pada kekuatan gaib dukun, membuat rakyat melakukan hal yang serupa seperti contohnya. Pendek kata, massa rakyat akan bilang: "Dia berkata begitu karena keharusan, tetapi kata-katanya kosong seperti angin lalu, biarkan berlalu dan segalanya akan berjalan seperti biasa." Akibatnya responsavel seperti itu akan menciptakan kekacauan dengan tingkah lakunya dan, karena takut ditegur atasan, takut dipindahkan dari jabatannya yang mendatangkan keistimewaan, ia memberlakukan semacarn kediktatoran terhadap massa rakyat untuk menciptakan penampilan yang baik padahal segalanya porak-poranda. Ia tidak menyelenggarakan diskusi dan persuasi, tetapi menurunkan perintah-perintah dan menjatuhkan hukuman, tetapi karena hidupnya cenderung menyeret keterlibatan orang lain, ia tidak akan mampu menghukum antek-anteknya sehingga menciptakan ketidak-adilan dan tidak bisa menghukum orang-orang yang mengenal kelemahannya, sehingga dengan demikian menciptakan liberalisme. Responsavel seperti itu akan rnenciptakan kondisi yang paling memungkinkan terjadinya kontradiksi di kalangan rakyat, memecah-belah rakyat, membuka lebar-lebar pintu bagi desas-desus dan intrik. Ringkasnya, ia menciptakan basis buat lawan untuk menyerang kehidupan FRELIMO. Otoritas politik menuntut disiplin tanggungjawab yang tinggi, artinya ide-ide, keinginan, dan tingkah lakunya sepenuhnya sejalan dengan garis politik FRELIMO dan keputusan-keputusan badan pimpinan. Selain itu, otoritas politik mensyaratkan kompetensi, keamanan untuk belajar, kemampuan untuk mengakui keterbatasan pribadinya, dan kemauan keras untuk mengatasi keterbatasannya. Orang yang tidak kompeten bukanlah orang yang tepat untuk memimpin organisasi. Untuk mempertahankan posisinya dia akan memaksakan. keputusan-keputusan, dan karena keputusan-keputusan seperti ini niscaya salah ia pasti mencegah berlangsungnya diskusi dan kritik. Ia juga akan menindas setiap orang yang dilihatnya berkualitas lebih baik daripada dirinya, karena ia hanya peduli pada ambisi pribadinya, dengan mengabaikan kebutuhan masyarakat dan memandang kemampuan orang lain sebagai persaingan. Makin mampu seseorang makin besar pula keinginan untuk belajar dari orang lain, sehingga ia makin mudah mengetahui keterbatasan-keterbatasannya sendiri dan berjuang mengatasinya. Karena itu ia akan menumbuhkan semangat kolektif, diskusi, mendukung inisiatif orang-orang yang berada dibawahnya dan melawan birokrasi yang menghalangi perkembangan. Dengan membuat prioritas yang benar dan tepat baru kerja bisa direncanakan. Merencanakan berarti mengorganisasikan teori materi dan sumberdaya manusia, menciptakan kondisi material dan politik untuk mencapai tujuan-tujuan yang terencana dalam masa tertentu, dan menentukan strategi dan taktik yang tepat sehingga bisa menggunakan sumberdaya dengm efisien untuk memenuhi program. Kualitas terakhir yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk terus menerus memberi perhatian pada peninggkatan kehidupan massa rakyat dan para pejuang. Tujuan Revolusi adalah menciptakan kondisi kehidupan yang lebih sejahtera. Hal ini mengaplikasikan perubahan material yang akan menyediakan basis untuk menaikkan tingkat kehidupan. Ini membutuhkan penjelasan dan pendidikan tentang perlunya perubahan dan bagaimana perubahan itu bisa memberikan manfaat kesejahteraan bisa dimengerti rakyat. Misalnya, mengolah kebun sayur itu tidak cukup, orang harus memahami keuntungan yang didapat dengan makan sayur gado-gado dan bagaimana cara memasaknya. Menggali lubang kakus di desa atau di basis saja tidak cukup, tujuan dan cara penggunakannya harus dijelaskan pula. Akhirnya, seorang responsavel, seorang pemimpin, mengekspresikan garis politik kita. Mereka ini adalah orang yang mempertahankan garis politik kita, dan memperhatikan kehidupan organisasi politik kita, serta kehidupan massa rakyat dan para pejuang. Itulah kriteria tertinggi untuk menimbang nilai kerja kita, batu ujian untuk membedakan antara pemimpin yang benar, yang efisien dengan kepentingan yang tidak benar dan tidak kompeten. Dalam wilayah kolonialis dan kapitalis, kepemimpinan diukur dengan keuntungan yang diberikan oleh kegiatannya kepada kelas-kelas penghisap dan kemampuannya untuk menghalangi dan menindas tuntutan yang diajukan oleh gerakan massa. Tetapi karena tujuan kita adalah melayani Rakyat, dan Kekuasaan adalah milik Rakyat, kriteria kita adalah perubahan yang dihasilkan dalam masyarakat kita dan penggunaan sumberdaya alam untuk kesejahteraan massa rakyat yang luas. III. Pusat Penyebaran Garis Perjuangan Kita Terlepas dari fungsinya, setiap pusat perjuangan kita, seperti pendidikan, kesehatan, pusat pengasuhan anak, pos perdagangan, koperasi atau detasemen, basis atau distrik, semuanya memiliki tugas pokok yang sama sebagai pusat penyebar-luasan garis politik dan cara hidup baru kita, sebuah model masyarakat baru yang sedang dibangun dan hubungan-hubungan sosial yang baru antar manusia. Bagaikan cahaya di kegelapan malam yang menerangi jalan kedepan, pusat-pusat perjuangan kita menunjukkan kepada massa rakyat bagaimana masyarakat baru itu diciptakan. Ini berarti pusat perjuangan kita adalah agen yang dinamis untuk mengubah pemikiran rakyat dan kekuatan pendorong dalam memobilisasi hukum alam dan sumberdaya alam bagi peningkatan kesejahteraan hidup rakyat. Dalam proses mengubah manusia dan masyarakat, kita menghadapi banyak hambatan. Tugas kita adalah mengubah penduduk yang jumlahnya sangat banyak, kaya dengan keaneka-ragaman, dari Rovuma sampai Maputo, dari pelosok Tete vang paling jauh sampai Samudra India, yang menyusun Rakyat kita. Ada kaum tua yang masih diselimuti tradisi-tradisi kuno dan ada kaum muda yang dibentuk oleh nilai-nilai kolonialisme dan kapitalisme yang menyesatkan. Kaum perempuan kita selama berabad-abad ditindas oleh masyarakat, inisiatif mereka menjadi lumpuh. Para pengacara, ahli teknik, pakar sosiologi, ahli ekonomi dan intelektual yang sudah terindoktrinasi dengan pemikiran borjuis yang menganggap hina buruh-buruh kasar dan menganggap diri mereka sebagai kelas yang berkuasa yang tidak perlu belajar lagi, datang bergabung masuk perjuangan kita. Tetapi kita juga melihat banyak petani buta-huruf yang pengalamannya tentang dunia terbatas pada desa mereka, dan yang pada diri mereka kekuasaan kolonial telah menanamkan pemikiran bahwa mereka adalah orang yang bodoh yang tidak mampu untuk berpikir atau berinisiatif. Dari pabrik-pabrik dan pertambangan-pertambangan, kilang-kilang penggergajian kayu dan perkebunan-perkebunan, dari industri pengangkutan, kelas buruh yang sedang tumbuh bergabung dengan kita, dengan membawa kesadaran kelas yang rendah dan belum mampu mengambil peranan memimpin dalam proses transformasi masyarakat. Dari dinas-dinas pelayanan dan kantor-kantor pemerintahan, dari bisnis dan bank-bank bergabung pegawai-pegawai negeri dan pegawai-pegawai kantoran yang telah dihinggapi mentalitas borjuis kecil. Kota-kota dan desa-desa sepertinya mengirimi kita gelombang-gelombang manusia dengan ciri-ciri mereka sendiri. Biasanya kehidupan di daerah pedesaan itu tidak terorganisir, tidak mengenal perencanaan atau ketepatan waktu, sangat dikuasai oleh kebiasaan dan adat lama yang menghambat kemajuan dan mematikan prakarsa. Bagi kaum tani, kekuasaan berarti pemerintahan asing yang membuat kehadirannya terasa melalui kartu penduduk dan pajak yang dipaksakan, melalui kerja paksa dan harga rendah yang dibayarkan untuk hasil-hasil pertanian yang diproduksi dengan susah-payah, lengkap dengan pukulan palmatoria dan hinaan. Teror mematikan inisiatif. Manusia hidup dalam keadaan kontradiksi permanen dengan alam, yang tidak mereka kenal dan menakutkan mereka, dan dengan Negara yang menghisap, menindas, dan merendahkan kemanusiaan mereka. Hubungan sosial mereka tidak jauh melampaui desa tempat mereka tinggal, dan kebanyakan hanya meluas sebatas kelompok bahasa mereka sendiri. Di kota-kota kolonialis-kapitalis perjuangan untuk bertahan hidup itu sangat hebat, yang akhimya memaksa rakyat untuk bersikap mementingkan diri pribadi dan kompetitif. Sikap ambisius dan usaha mengeksploitasi orang lain semakin menghancurkan kepercayaan antar manusia, membuat satu sama lain memandang sesama sebagai saingan. Pegawai swasta dan negeri melakukan fitnah dan tipu-daya terhadap rekan-rekan sendiri supaya mendapatkan promosi. Atasan diutamakan, segala sesuatu dilakukan supaya disukai atasan, persekutuan dibuat untuk melawan orang lain dan manusia menjadi menghina diri sendiri untuk mempertahankan hidup setiap harinya. Budaya kolonialis-kapitalis mengembang-biakkan selera yang korup dan merendahkan kemanusiaan yang menempatkan manusia setingkat dengan binatang. Nafsu untuk berkuasa dan mendapatkan kemewahan yang ditegakkan di atas ekploitasi dan penghinaan terhadap sesama manusia secara terus-menerus ditanamkan pada setiap orang. Gelombang penindasan fasis-kolonial masih mendominasi penduduk desa-desa dan terutama kota-kota. Kegiatan-kegiatan PIDE jelas-jelas ditujukan untuk menciptakan suatu sistem teror permanen dalam masyarakat, untuk membuat mereka mau menerima eksploitasi dan dominasi sebagai nasib dan takdir. Perjuangan yang sedang kita lancarkan dan kemenangan-kemenangan yang kita dapatkan dengan nyata memperlihatkan bahwa nasib atau takdir seperti itu tidak ada dan bahwa kita manusia mampu untuk mengubah masyarakat dan menciptakan Kehidupan Baru. Inilah sebabnya mengapa semakin banyak orang mendukung FRELIMO. Semua orang membenci musuh, penindasan dan penghinaan, eksploitasi dan teror, walaupun pengertian mereka tentang siapa musuh itu bisa tidak jelas. Setiap orang merindukan kebebasan dan bersedia berkorban untuk itu, walaupun belum tahu apa isinya secara tepat. Setiap orang menginginkan sebuah dunia yang berbeda, walaupun mereka sendiri tidak bisa mengatakan seperti apa perbedaannya. Jadi, dengan ketidak-jelasan, penuh dengan keraguan dan ketidak-pastian, dengan keburukan dan kekurangan, adat-istiadat yang tidak lagi tepat dengan keadaan dan kebiasaan-kebiasaan yang hina, terperangkap sukuisme dan individualisme, dengan inisiatif yang dimatikan dan takut berpikir, dengan sikap rendah diri yang diwariskan dan dipaksakan, orang-orang mendatangi FRELIMO mencari jawaban yang pasti dan jalan yang tepat. Tugas kita adalah mengintegrasikan setiap orang dan mengubah mereka menjadi pelayan Rakyat, pejuang yang membela kepentingan massa yang terhisap, militan yang memperjuangkan pembebasan nasional. Tidak ada mujizat yang akan menolong kita dalam tugas berat ini. Proses perubahan itu dijalankan oleh manusia, oleh kita sendiri, yang secara terus-menerus berjuang melawan segala keterbatasan kita. Jika kita mau mengubah diri kita dan orang-orang yang setiap hari menggabungkan diri dengan kita, maka kita harus berorganisasi, yang berarti kita harus memiliki aparatus, yakni straktur-struktur yang diperlukan untuk menjalankan garis politik kita. Tanpa organisasi kita tidak mungkin mengubah diri kita, dan sebaliknya, kita akan menjadi tertahan oleh beban berat adat-kebiasaan dan selera yang berasal dari dalam wilayah musuh. Berorganisasi berarti pertama-tama harus memiliki struktur. Struktur-struktur ini adalah kehadiran FRELIMO di tengah-tengah kita. Mereka menunjukkan apa tugas-tugas kita, bagaimana tugas-tugas itu berhubungan dengan tugas lain, dan bagaimana dengan cara ini kita menjadi bagian dari tubuh FRELIMO. Tanpa struktur-straktur ini, yaitu tanpa integrasi ke dalam FRELIMO, kita hidup terisolasi, seperti kaki yang terlepas dari tubuh. Jelas bahwa setinggi apa pun pintarnya, sekeras apapun kerjanya, sedinamis apapun, dan sekuat apapun pengabdiannya, satu orang yang sendirian tidak mungkin bisa melakukan kerja suatu pusat dimana ia tinggal. Struktur menyediakan kita cara-cara untuk membagi tugas di antara kita. Struktur menyediakan sarana yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi dalam kerja dan kehidupan kita. Melalui struktur kita persoalan-persoalan kita didiskusikan dan ditemukan cara-cara menerapkan garis politik kita secara kreatif pada setiap keadaan konkret yang kita hadapi. Di dalam kerangka struktur kitalah kita membetulkan metode-metode kerja kita. Struktur adalah sarana untuk mendemokratiskan cara hidup, karena melibatkan setiap orang dalam penyelesaian persoalan secara terorganisasi dan kolektif. Ketika kita melibatkan semua orang dalam proses penyelesaian persoalan, ketika kita membuat setiap orang bertanggung-jawab untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi, kita mengkolektifkan kepemimpinan, mengkolektifkan kehidupan kita. Tetapi struktur tidak jatuh dari langit. Struktur adalah produk keadaan dan menjawab kebutuhan praktis. Dengan kata lain, struktur harus fungsional, menjawab kebutuhan-kebutuhan dan situasi-situasi khusus dari suatu pusat perjuangan kita. Struktur harus memungkinkan adanya pembagian dan koordinasi tugas pusat dan rnenjalankan tugas utama kita serta tugas-tugas revolusioner lainnya. Jelas kita tidak hidup dalam situasi yang tetap: perkembangan perjuangan dan tindakan musuh kita terus-menerus mengubah keadaan kita. Situasi yang berkembang dan kondisi yang berubah mengharuskan struktur untuk melakukan penyesuaian. Struktur harus disesuaikan dengan kehidupan; kehidupan jangan dijadikan obyek dari struktur. Ini berarti struktur harus luwes sehingga selalu dapat disesuaikan dengan keadaan nyata. Fungsi struktur adalah menjalankan kontinuitas dan pengembangan kerja, yakni membuat kita bisa menyelesaikan tugas-tugas secara benar dalam kondisi apapun. Dengan kata lain, struktur harus dinamis, mengalirkan energi yang membuat mesin bergerak. Tetapi struktur itu juga manusia, tanpa manusia struktur hanyalah gambar yang dibuat di atas kertas atau kanvas dengan berbagai tingkat keahlian. Kesalahan dan penyimpangan sering terjadi ketika revolusi berjalan, meskipun garisnya sudah jelas dan struktur-strukturnya memadai. Kesalahan dan penyimpangan ini penyebabnya adalah kelemahan kita. Perkembangan Revolusi kita, perluasan dan konsolidasi perjuangan bersenjata kita mengakibatkan munculnya kontradiksi baru. Setiap langkah maju selalu menimbulkan reaksi, Revolusi selalu dilawan oleh kontra-revolusi. Kontradiksi utama yang muncul di antara kita pada tahap sekarang ialah antara kebutuhan keadaan dengan kemampuan kerja kita. Perjuangan, penegakan kekuasaan rakyat, berkembang lebih cepat daripada kesadaran dan kemampuan kerja kader-kader kita, yang punya tugas untuk mengarahkan, menyalurkan, dan menanamkan dinamika (dinamizar) pada keseluruhan proses. Ciri utama kontradiksi ini adalah ketidakmampuan struktur-struktur di sebagian pusat perjuangan kita untuk menyelesaikan dengan tepat bermacam-macam masalah yang muncul, kesulitan yang mereka hadapi dalam mendefinisikan dan merencanakan tugas, dan kenyataan bahwa pusat-pusat perjuangan ini menghadapi kesulitan dalam menyatukan dan mengubah semakin banyak orang yang dipercayakan kepada mereka, yang berarti semakin banyaknya penduduk yang menjadi tanggung-jawab mereka. Tetapi kita semua punya garis pembimbing yang jelas, garis yang telah kukuh menghadapi ujian praktek, yakni garis FRELIMO, yang mencakup semua segi kehidupan kita dan semua sektor perjuangan kita. Dengan melakukan analisis yang kreatif terhadap garis politik kita, kita bisa mendapatkan pemecahan yang tepat untuk setiap keadaan konkret yang kita hadapi. Struktur-struktur kita berkembang sesuai dengan keadaan dan kita harus selalu mangorganisasikan diri kita. Massa rakyat bersama kita, kita punya struktur dan garis politik. Jadi di manakah letaknya kontradiksi itu? Bagaimana kita bisa menyelesaikan kontradiksi untuk rnemajukan perjuangan ke tahap yang lebih tinggi? Jawabannya terletak pada para responsavel, yang merupakan faktor penentu dalam penerapan garis politik dan aktivitas struktur-struktur kita. Kita bertanya-tanya mengapa para rcsponsavel veteran perjuangan itu, yang telah membuat kita menjadi seperti sekarang ini melalui banyak pengorbanan, membiarkan diri mereka terseret keadaan? Penyebab utama dari keadaan ini adalah semangat kemenangan dan rasa percaya diri yang berlebihan. Kemenangan-kemenangan besar yang telah kita raih, bukan hanya di medan perang tetapi juga dalam mengenyahkan kekuatan reaksioner dan menghancurkan penyusupan musuh, dan juga dalam rekonstruksi nasional, telah membuat sebagian kawan hanya melihat kemenangan terus-menerus, meremehkan kekuatan lawan dan menganggap setiap keadaan "normal" dan "baik," tidak pernah belajar dari kemunduran atau belajar bagaimana cara mengatasi keterbatasan-keterbatasan kita. Oleh karena itu kawan-kawan ini tidak lagi mempelajari garis politik kita, karena beranggapan bahwa mereka telah mengetahui segalanya, seperti yang dibuktikan oleh kemenangan-kemenangan itu. Akibatnya analisis garis politik ditinggalkan, kita menjadi kurang paham tentang kesalahan-kesalahan, penyimpangan-penyimpangan terhadap garis politik kita, dan dengan demikian menjadi tidak mampu mendeteksi dan kurang tajam memahami penyusupan ideologi, moral, dan fisik oleh musuh. Mareka mengabaikan studi ilmiah dengan pikiran bahwa mereka telah mengetahui segalanya, khususnya karena kemenangan telah membuktikannya. Tetapi kemajuan perang dan rekonstruksi nasional menuntut kita semua meningkatkan kemajuan pengetahuan ilmiah kita. Sikap mengabaikan ini akan menghambat kemajuan kita, padahal samua yang tidak bergerak maju akan membusuk. Mereka berhenti mempelajari kekuatan musuh karena yakin bahwa mereka telah mengetahuinya, seperti dibuktikan oleh kemenangan. Tetapi manuver musuh terus-menerus berubah, semakin mengalami kekalahan tindakan mereka menjadi semakin kriminal dan kejam. Jika tidak terus-menerus mempelajari musuh dan jika secara taktis kita meremehkan musuh, kita telah jatuh menjadi rutin dan karena itu menjadi terkejut jika, menghadapi rancangan dan kejahatan baru yang dibuat oleh musuh. Maka, sesungguhnya kita tidak lagi ofensif bukan lagi menghancurkan ular ketika masih berupa telur, tetapi kita melangkah mundur ke tindakan defensif menemukan ular ketika telah besar dengan kepalanya yang beracun yang membunuh kita. Sedikit demi sedikit perjuangan internal berkurang, karena kita telah cukup murni, garis pemisah antara kita dan musuh sudah jelas, karena kita tidak memiliki kontak fisik dengan mereka. Sedikit demi sedikit kehidupan lama, kehidupan dari zona lawan muncul kembali, liberalisme diperkenalkan, korupsi meningkat, kompromi mulai melumpuhkan kita, pikiran-pikiran yang keliru dan takhayul berkembang luas. Ini semua menciptakan atmosfir yang tidak jelas, ketidakpercayaan dan ketidakadilan muncul, perpecahan terjadi, dan musuh mulai menemukan lahan yang subur baginya untuk mulai beraksi. Semangat kamenangan adalah perwujudan dari oportunisme kiri: ia membuat kita meremehkan kekuatan musuh dan mengarahkan kita pada petualanganisme (adventurism). Cepat atau lambat semangat kemenangan akan meminta korban,membuat kita harus membayar mahal, dengan kekalahan besar, untuk kesalahan yang kita lakukan. Semangat kemenangan adalah saudara kembar dari semangat kegagalan dan kekalahan (defeatism); oportunisme kiri adalah sisi lain dari oportunisme kanan. Ketika ada kemunduran akibat dari kesalahan yang telah dilakukan karena semangat kemenangan, para petualang jatuh ke dalam defeatism karena secara strategis takut terhadap musuh, mulai menganalisis kegagalan saja dan tidak lagi melihat kemajuan perjuangan. Karena mereka percaya pada kemenangan yang cepat, sekarang bagi mereka perang tampak "tidak akan ada akhimya." Kemenangan-kemenangan yang telah dicapai mereka anggap kasus-kasus terpisah yang kebetulan. Dengan sikap ini mereka mulai menjalankan tugas-tugasnya dengan perhatian yang kurang, mengabaikan pandangan yang menyeluruh, dan hanya melihat kesalahan-kesalahan kerja kawan lain tetapi menolak untuk menyebutkan dan mendiskusikan kesalahan-kesalahan atau mengusulkan cara penyelesaian yang benar. Mereka lebih suka menfitnah daripada melakukan kritik dan otokritik, lebih suka tipu-daya daripada diskusi terbuka. Mereka mulai membentuk kelompok-kelompok kecil sendiri dengan sekutu-sekutunya. Hanya menganalisis kegagalan dan hanya melihat kesalahan menjadi cara membenarkan dan menyembunyikan tindakan mereka meninggalkan tugas-tugas revolusioner dan rendahnya kemauan kerja. Mereka menciptakan penyakit dan masalah khayalan, bertindak seakan-akan mereka disalah-pahami, dikejar-kejar, menjadi korban konspirasi dan musuh yang hanya ada dalam khayalan malas dan tidak sehat mereka. Badan mereka hidup di zona kita tetapi semangat mereka sudah tertanam dalam zona musuh, mengimpikan kenikmatan dan korupsi, yang sekarang mereka pandang sebagai hal yang hebat. Kelemahan lain yang berhubungan erat dengan sikap tersebut di atas adalah semangat "orang tua" atau veteran perang dan politik yang tahu akan segala hal, yang menganggap tidak ada lagi hal yang perlu dipelejari, khususnya dari generasi muda. Anggota-anggota generasi muda, pada umumnya penuh dengan dinamika dan bersemangat memperkenalkan gagasan-gagasan dan metode-metode baru, biasanya dipandang sebagai pesaing yang hendak menyingkirkan "veteran" dari kedudukan mereka. Para "veteran" ini, yang menjadi veteran hanya karena lamanya mereka berada dalam perjuangan dan bukan karena kayanya pengalaman yang mereka olah untuk disampaikan kepada generasi baru, adalah orang yang mentalnya tidak lagi berkembang. Mereka menjalankan tugas secara rutin, tidak pernah berpikir untuk memperkenalkan metode-metode baru yang dilahirkan dari pengalaman mereka. Dalam bidang kerja, mereka tidak pernah berpikir bagaimana menjalankannya secepat dan sebaik mungkin, dan mereka melakukan kesalahan-kesalahan yang mereka justifikasi dengan mengatakan bahwa tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan. Mereka malu mengakui kebodohan mereka dan oleh karena itu menolak belajar, dengan selalu berpegang teguh pada cara lama yang tidak benar. Mereka selalu mambanggakan lamanya keikut-sertaan dalam perjuangan yang dijadikan alasan untuk menuntut hak istimewa, meminta prioritas pada persoalan pribadi mereka. Mereka meminta perlakuan khusus karena lama aktif dalam perjuangan, lupa bahwa dari para veteran itu kita membutukan teladan yang mengajarkan kita tentang Kehidupan Baru. Mereka menghalangi promosi responsavel baru dan kekuatan-kekuatan baru serta berusaha untuk menyebarkan ketidak-percayaan di antara mereka. Mereka berbuat demikian karena telah kehilangan wawasan menyeluruh dan semua kepekaan tentang semakin banyaknya kebutuhan yang diperlukan oleh perang dan rekonstruksi nasional. Perhatian mereka hanyalah pada jabatan bukan pada perjuangan; mereka ingin melindungi keistimewaan dan rutinitas yang membuat mereka bersikap kapitalis. Bersambung------>>

<<------Sambungan

Manifetasi-manisfestasi ini mencerminkan kontradiksi yang selalu ada antara yang lama dan yang baru, antara kemajuan dan rutinitas, antara desakan maju dan konservatisme. Kontradiksi ini ada dalam semua revolusi dan cara yang benar untuk mengatasi masalah ini adalah mendidik semua responsavel dengan semangat kemajuan, melihat segala sesuatu secara menyeluruh, dan melayani rakyat, memenangkan kaum muda untuk menjalankan kerja.

Generasi muda harus selalu dididik secara benar.

Ketika mereka hidup dalam wilayah-wilayah kita yang telah dibebaskan, ketika mereka dibesarkan dalam pusat-pusat perjuangan kita, anggota-anggota generasi muda biasanya secara otomatis dianggap sebagai "revolusioner" yang telah dibekali dengan garis perjuangan kita. Mereka juga cenderung beranggapan demikian. Kerja politik di kalangan mereka kadang-kadang terabaikan, begitu pula perjuangan kolektif melawan selera, sifat, dan keburukan zona lawan. Tanpa basis apa pun dan hanya karena mereka dibesarkan jauh dari kehadiran rnusuh, generasi baru dianggap bebas dari masa lalu.

Ini adalah kesalahan yang serius dan berbahaya yang memungkinkan terciptanya reaksioner-reaksioner kecil di tengah-tengah kita, sementara kita yakin bahwa kita sedang menciptakan generasi baru penerus revolusi.

Kita harus mengerti bahwa generasi baru tumbuh berhubungan dengan generasi lama, yang meneruskan kebiasan-kebiasaan lama dari masalalu. Pengalaman kita memperlihatkan bahwa anak-anak dan kaum muda di pusat-pusat kita dapat terkontaminasi oleh ide-ide, kebiasaan, dan selera yang bejat. Pada situasi kita, tindakan subversif musuh juga berperanan penting dalam memperkenalkan dan mengembangkan nilai-nilai dan tingkah laku dari zona lain. Terakhir, pada masa ketika kapitalisme dan imperialisme masih hidup di dunia ini, propaganda dan subversi mereka akan membawa mereka itu terasakan di antara kita, dan memenangkan kemerdekaan dan kekuasaan itu sama sekali tidak menjamin bahwa nilai-nilai yang bejat kehilangan daya tembusnya.

Tentu saja beban berat warisan lama tidak mungkin disingkirkan dalam waktu 10 atau 20 tahun. Walaupun bertentangan dengan garis perjuangan kita, bertentangan dengan kehidupan kita, bertentangan dengan kemajuan kita, nilai-nilai, perasaan, dan ide-ide lama rnasih tetap kuat. Mereka telah digoyahkan oleh perjuangan narnun masih terlalu dini bagi kita untuk menyanyi lagu kemenangan. Perjuangan politik masih harus berlanjut selama beberapa dekade sampai hampir seluruh rnasyarakat benar-benar telah memenangkan cara-cara berpikir baru, serta masalah-masalah dan kontradiksi-kontradiksi baru yang menuntut perjuangan baru.

Lebih jauh lagi, generasi baru berkernbang tanpa pengalarnan eksploitasi, penindasan atau penghinaan pribadi secara langsung oleh masyarakat kolonialis-kapitalis. Mereka mengetahui serangan udara tetapi tidak pernah menderita akibat palmatoria, mereka telah bertempur melawan helikopter tetapi tidak pernah merasakan kerja paksa, mereka telah menghancurkan pasukan musuh tetapi tidak pernah ditahan karena tidak bisa membayar pajak, mereka telah menyaksikan kekejaman perang tetapi tidak pernah dijual bekerja di tambang-tambang.

Banyaknya pengalaman penderitaan yang pada massa rakyat yang luas, membuat besarnya cadangan kebencian yang mendalam terhadap musuh. Tetapi pengalaman ini tidak disampaikan secara benar dan disintesakan dengan sangat kurang memadai untuk memperdalam pengetahuan dan kebencian terhadap musuh dan eksploitasi. Dapat dikatakan bahwa pengalaman penderitaan ini, yang seharusnya digunakan untuk mendidik generasi baru dan mengkonsolidasikan kesadaran massa secara keseluruhan, sedang disia-siakan.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini dan menyelesaikan kontradiksi‑kontradiksi pada tahapan yang sekarang, harus dilancarkan ofensif ideologi dan organisasional.

Ini berarti bekerja pada tingkat seksi dan kelompok didalam tentara, pada tingkat circulo didalam organisasi massa.

Tetapi untuk benar-benar mengubah seksi-seksi dan circulo menjadi sel-sel dasar, menjadi pusat-pusat kehidupan politik kita, pertama-tama harus dilakukan tindakan terhadap para responsavel, karena merakalah yang bertanggung jawab untuk mengaktif seluruh jajaran perjuangan.

Kita harus mengaktifkan seluruh sektor kerja dengan orang yang, karena tindakan dan gagasannya, menunjukkan bahwa mereka memahami garis politik kita secara kreatif dan menjadi bagian dari garis depan organisasi kita, bahawa mereka punya kepekaan berinisiatif dan wawasan yang menyeluruh, bahwa mereka berusaha menggabungkan tugas-tugas revolusioner lain, dan bahwa mereka terlibat dalam perjuangan internal, dan mempelajari serta mencermati penyimpangan-penyimpangan terkecil serta penentangan terhadap garis perjuangan kita, bahwa mereka mempertahankan disiplin yang merupakan pengawas garis perjuangan kita.

Terlepas dari masalah-masalah konkrit dan kelemahan-kelemahan khusus disetiap sektor, pemimpin dan responsavel harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Mewujudkan, menanamkan, mempertahankan garis politik kita pada sektor masing-masing,

b. Menjamin agar disiplin kita dimengerti dan dipertahankan, sebagai penjaga kebijakan kita,

c. Menjadikan politik sebagai komando disemua aktivitas kita.

d. Mengorganisir setiap sektor kerja, mengorganisirnya dalam semangat perjuangan antara dua garis, yakni garis yang memisahkan kita dengan musuh, dan perlunya memperoleh pandangan yang mnyeluruh dan memadukan tugas utama dengan tugas-tugas revolusioner lain;

e. Mengorganisir dan membimbing para militan dalam menganalisis secara kritis kegiatan individual maupun kolektif dan dalam mensintesakan pengalaman-pengalaman, membuat inisiatif, menghilangkan sikap-sikap rutin, dan menciptakan inovasi dan kemajuan.

f. Mengorganisir dan membimbing sektor kerja dalam menjalankan pendidikan politik, bacatulis, menaikkan tingkat ilmiah dan mempelajari serta menganalisis keadaan kita dan musuh.

g. Mempertahankan ofensif yang intens dan konsisten untuk perjungan kolektif dan membersihkan jajaran kita dari unsur-unsur yang tidak bisa diperbaiki yang tidak bisa ditembus oleh garis perjuangan kita dan bersikukuh dengan selera-selera, kebiasaan-kebiasaan, dan kekeliruan-kekeliruannya yang korup, serta menolak untuk berubah.

h. Mengorganisir dan membimbing studi tentang pengalaman yeoritis dan praktis revolusi-revolusi lain sehingga bisa menarik pelajaran-pelajaran yang berguna bagi keadaan kita dan mendidik militan kita dengan semangat revoluioner internasional, pada intinya kita dapat mengatakan bahwa opensif idiologi harus menciptakan kesadaran politik yang kuat yang didasarkan pada tiga aspek utama :

1. pengetahuan yang menyeluruh tentang garis politik kita.

2. pengetahuan yang mendalam tentang perjuangan kita baik mengenai perkembangannya maupun maknanya bagi rakyat kita dan rakyat lainnya di dunia.

3. kepercayaan total pada massa rakyat, menyatukan dan mengorganisir dibawah bimbingan garis politik kita yang benar, sadar bahwa massa rakyat mengerti perjuangan ini dan telah menjalankannya, bahwa mereka memiliki energi kreatif dan tak terkalahkan.

Proses pengaktifan mensyarakatkan investigasi yang teliti untuk menentukan apa saja masalah-masalah nyata pada sektor yang menjadi tugas kita dan menyeleksi aktivis inti yang harus terdiri dari unsur-unsur pelopor.

Dengan mengaktifkan responsavel yang memegang peranan menentukan dalam garis politik kita, kita harus mengubah seksi dan circulo kita menjadi sel-sel dasar dari organisasi politik kita.

Tindakan ini akan memungkinkan kita mnyusun dan mngubah kehidupan masa yang tergabung dalam organisasi kita dalam jumlah yang semakin membesar, yang dengan demikian menjamin perluasan terkonsolidasi dalam Front kita. Tindakan ini pada saat yang sama akan menciptakan kondisi untuk menegakkan pelopor terorganisir Rakyat kita dan kelas buruh yang terhisap, instrumen yang sangat diperlukan bagi perkembngan revolusi demokratik rakyat di Mocambique.

Dalam konteks ini, sifat hubungan antara pusat perjungan kita dengan massa rakyat memainkan peranan yang fundamental.

Massa rakyat adalah sumber bagi kehidupupan organisasi kita, mereka adalah kekuatan utama dan menenentukan dalam proses pembebasan negeri kita dan dalam penciptaan masyarakat baru. Perjuangan telah dilancarkan dan dimenangkan oleh massa rakyat dan ditujukan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka.

Setiap pusat perjuangan kita adalah pusat kolektif yang melayani massa, sebuah pusat dimana pengalaman-pengalaman revolusi disintesakan dan disamapikan kepada massa yang luas untuk mngembangkan proses transformasi kehidupan.

Kita melayani massa dengan memberikan contoh-contoh pelaksanaan garis politik kita. Kalau sikap para militan kita sesui dengan garis politik kta, maka kita mendidik massa mengenai kehidupan baru.

Kita melayani massa dengan memberi contoh kepada mereka tentang kehidupan yang terorganisir, dengan memberi mereka car-cara hidup yang terorganisir, dan membimbing mereka mengorganisir diri dengan lebih baik. Dengan mengorganisir massa dan menciptakan struktur yang demokratik dan kerakyatan diantara mereka kita bisa mengubah masyarakat.

Struktur-struktur yang menciptakan pada tingkat circulo lokal yang akan membimbing petani, peternak, nelayan, dan pengrajin untuk menyelenggarakan produksi berorganisasi secara kolektif di koresai, memperbaiki teknik-teknik produksi, dan meningkatkan produksi, yang dengan cara itu menaikkan tingkat kehidupan massa rakyat. Jelas bahwa contoh tentang produksi kolektif dipusat-pusat perjuangan kita, contoh-contoh hasil yang dicapai --ladang dan kebun sayur-sayuran, pohon buah-buahan, danau-danau alam dan buatan dimana ikan dikembang biakkan-- menjadi saksi tentang nilai dan kebenaran kemampuan koletif kita untuk mentransformasikan masyarakat.

Struktur-struktur yang dibangun di tingkat circulo lokal akan memimpin massa rakyat untuk mengorganisir dirinya dalam detasemen-detasemen militer untuk menahan serangan musuh terhadap desa, kebun, dan tempat-tempat kerja. Kerja organisasilah yang akan ditransformasikan setiap desa dan ladang menjadi sumber penderitaan dan kekalahan musuh. Contoh-contoh yang diberikan oleh pusat-pusat pertahanan kita terhadapa agresi musuh, kerja militer yang kita kerjakan di kalangan massa dan kemampuan kita untuk mendorong imajinasi dan inisiatif kreatif massa untuk menggabungkan senjata tardisional dan alat-alat yang digunakan untuk menjebak binatang buas denga senjata modern, akan membuat setiap tindakan musuh terhadap rakyat kita menjadi mentah.

Struktur-struktur yang diciptakan ditingkat circulo lokal inilah yang dengan meningkatkan kesadaran politik massa dan membuat mereka menarik garis pemisah yang tajam antara meraka sendiri dengan musuh, yang akan membuat massa rakyat lebih menyadari manuver-manuver atau infiltrasi musuh, yang dengan demikian membuat kita mampu menghancurkan mereka ketika masih embrio.

Pada akhirnya, penstrukturan inilah yang membuat pembebasan suatu wilayah tidak bisa dibalikkan lagi, dan memungkinkan kita untuk melawan serangan-serangan dan penyusupan-penyusupan musuh sekuat apapun mereka.

Jelas bahwa untuk mengaktifkan kehidupan massa pada umumnya dan mengubah masyarakat, setiap pusat perjuangan dan setiap militan yang ditugaskan disuatu pusat harus menjalankan tugas melayani massa rakyat dan sangat menghargai kepentingan rakyat secara konsisten dengan cara yang memberikan teladan dan tanpa kenal lelah.

Kita tidak bisa mentolelir seorang militan dalam perjungan kita yang menggunakan kekuasaan atau senjata yang dipercayakan kepadanya untuk melayani rakyat, melakukan tindakan-tindakam yang merugikan kepentingan rakyat, betapapun kecilnya tindakan ini. Kita harus tetap waspada tentang penyalah-gunaan wewenang untuk melecehkan perempuan, segala penyalah gunaan harta rakyat, dan segala bentuk ketidak adilan yang ditujukan terhadap rakyat. Ini adalah bagian tak terpisahkan dari garis politik kita, dan disiplin kita adalah kondisi esensial yang memungkinkan massa untuk membedakan tanpa ragu-ragu antara tindakan kita dengan tindakan musuh.

Melayani massa, memberi mereka senjata garis politik kita yang tak terkalahkan, pengalaman-pengalaman kita, untuk membimbing mereka dalam meningkatkan tingkatan berorganisasi dan ideolodi, adalah merupakan tugas pusat-pusat perjuangan kita dengan hubungannya dengan massa.

Kita memulai tahun kesepuluh perang pembebasan rakyat menghadapi kolonialisme dan imperialisme Portugis.

Selama sepuluh tahun perjuangan bersenjata dan dua belas tahun kehidupan FRELIMO keadaan negeri kita dan dunia telah mengalami banyak perubahan.

Tujuan awal kemerdekan nasional kita telah banyak dicapai dalam perjalanan perang rakyat yang memberikan dasar bagi revolusi rakyat demokratik nasional untuk pembentukan kekuasaan rakyat, kekuasaan massa rakyat pekerja yang luas negeri kita.

Perluasan perjuangan bersenjata ke wilayah-wilayah dimana kepntingan-kepentingan strategis dan ekonomi imperialisme yang kuat akan mengakibatkan pembenturan lansung dengan imperialisme, sehingga membuat kandungan anti-imperilisme perjuangan kita menjadi langsung dan konkrit.

Kekalahan politik dan militer yang telak yang dialami oleh pasukan-pasukan kolonialis Portugis dan ketidak mampuannya yang sudah terbukti untuk menghentilkan kemajuan perjuangan pembebasan kita, memaksa para pemimpin musuh mengubah agresi terhadap Rakyat kita dengan harapan bisa menjaga kepentingan-kepentingan dasar imperialisme: penghisapan terhadap massa rakyat pekerja negeri ini, perjarahan sumberdaya alam kita dan penghancuran gerakan revolusioner di Afrika bagian Selatan khususnya dan seluruh benua Afrika pada umumnya.

Dalam konteks ini orang dapat melihat bahwa Afrika Selatan dan Rhodesia memasuki perang melawan kita, memperkuat militer dan memberikan dukungan teknik serta keuangan, sedang pemberian pengalaman-pengalaman melalukan agresi kepada kolonialis Portugis dan sekutu-sekutunya dilakukan oleh negara-negara imperialis, khususnya Amerika Serikat, Perancis, Republik Federal Jerman (Barat) dan Inggris.

Maka internasionalisasi agresi terhadap rakyat kita telah menjadi kenyataan, perang kolonial telah menjadi watak dasar imperialis.

Dengan tujuan mengurangi jumlah korban yang tingkatnya telah membahayakan itu, komando musuh memutuskan mengubah warna-warna mayat-mayat, "me-Mocambique-kan" perang dengan menciptakan "tentara boneka" yang direkrut secara paksa dan dipimpin perwira-perwira Portugis: OPV, GE, GEP dan sebagainya.

Ini juga membantu menyembunyikan dari pendapat umum dunia adannya kenyataan agresi asing terhadap rakyat kita. Perubahan-perubahan keadaan seperti ini mengharuskan kita untuk menjawabnya secara benar dan tepat.

Pada masa lalu tugas utama kita adalah mengintensifkan kerja politik dikalangan para responsavel dan memperluas serta mengkonsolidasikan perjuangan didalam wilayah kita. Sidang ke-4 Komite Sentral (Desember 1972), yang memilih Kongres Kedua, memberi kata-kata kunci untuk mengeneralisasikan ofensif untuk membuat keseimbangan kekuatan kita dengan musuh lebih menguntungkan kita, membuat jelas bahwa hal ini akan mempopulerkan garis perjuangan kita, yakni menjamin bahwa massa yang luas telah menyerap dan hidup dengannya, mendemokratiskan metode kerja dan mngkolektifkan kepemimpinan.

Baru-baru ini, ketika sedang mempelajari cara-cara menciptakan kondisi bagi implementasi pedoman-pedoman ini, kita mendifinisikan dua kebijakan pokok mengintensifkan ofensif ideologis yang ditujukan pada responsavel, pejuang dan massa rakyat, dan meningkatkan kerja organisasi untuk membentuk kelompok-kelompok dan seksi-seksi sebagai sel dasar di dalam tentara, dan membuat circulo menjadi basis kegiatan politik kita dikalangan massa.

Berbagi pusat perjuangan FRELIMO --militer, pendidikan, kesehatan, pengasuhan anak, produksi, dan perdagangan-- memiliki peranan menentukan sebagai pusat-pusat penyebarluasan garis politik kita. Pusat-pusat perjuangan inilah yang bertugas untuk mendemontrasikan kepada massa luas dalam wujud prakteknya keunggulan dan keadilan prinsip-prinsip kita.

Singkatnya pusat perjungan kita memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan garis politik FRELIMO kepada massa rakayat dengan cara yang dinamis.

Setiap militan bertanggung jawab untuk membuat Revolusi berakar dinegeri kita dan menjamin kemenangannya, yang merupakan satu-satunya justifikasi bagi pengorbanan-pengorbanan yang luar biasa dan lautan darah yang telah ditumpakan.

Dalam pusat-pusat inilah terletak jawaban kita, disitulah kita berjuang menjadi Manusia baru dan membentuk Masyarakat baru.

Oleh karena itu, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan tahun kesepuluh perang rakyat, kita mengeluarkan kata-kata perjuangan untuk semua pusat perjuangan dan militan kita:



TARIK TEGAS PEMISAH ANTARA KEKUASAAN KITA DAN KEKUASAAN MUSUH, DIRIKAN KEKUASAAN RAKYAT UNTUK MELAYANI RAKYAT!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar