GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Jumat, 03 September 2010

MEMBANGUN KONTAK MAHASISWA DENGAN KELAS PEKERJA

Dipublikasikan Untuk Situs Indo-Marxist pada tanggal 14 Mei 2000.

Oleh : Ninel Olesich dan Victor Privalov

Aktivitas revolusioner mahasiswa Rusia dapat kita mengerti bila kita memahami esensi kelas dari rezim dan pemerintahan Tsar yang reaksioner atas pendidikan tinggi di Rusia.Gelombang pembangkangan dan protes dikalangan mahasiswa Rusia muncul karena beberapa alasan; kondisi yang mencekik dari otokrasi Rusia, perlakuan yang keji atas kaum muda, pengekangan ilmu pengetahuan, diberlakukannya cara-cara ala polisi dan tentara dalam pendidikan, pengingkaran hak-hak politis, dan kemiskinan yang akut dari kebanyakan mahasiswa.



Pendidikan Rusia Pada Awal Abad 20

Industri Rusia berkembang dengan cepat pada akhir abad ke 19 dan melahirkan kebutuhan akan tenaga kerja terdidik. Pertumbuhan ini telah membawa perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Kapitalisme semakin membutuhkan kaum terpelajar. Wajah sosial dari kota-kota di kekuasaan Rusia telah ditrans-formasikan, orang-orang yang hidupnya tergantung dari upah bertambah dengan cepat dan komposisi dari intelektual juga mengalami perubahan.

Pertumbuhan ekonomi diserap oleh pertumbuhan kaum intelektual, yang pada masa lalu hanya terbentuk dari lapisan kecil masyarakat saja. Sementara pada awal abad 20 jumlah kaum terpelajar semakin membesar dan menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan.

Kaum terpelajar terpusat di St.Peterburg dan Moskow. Sekitar separuh dari kaum ilmuwan, pengarang, pelukis, aktor dan para guru adalah pasukan besar dari kaum pelajar Rusia yang murah harganya dan terpusat di dua kota besar tersebut.

Dalam kebijaksanaan ekonominya, Tsar mendorong peningkatan kepentingan kaum pemilik modal dalam lapangan ideologi, khususnya dalam pendidikan tinggi, meskipun pendidikan tinggi tersebut mempunyai cara yang konservatif. Akhirnya, dibawah dampak dari kapitalisme, sistem kasta yang picik dari pendidikan tinggi, yang hanya memberikan kesempatan pada para bangsawan telah didorong untuk memberikan jalan pada semua strata masyarakat.

Pada awal abad ke 20 jumlah kaum terpelajar bertambah dengan cepat. Pada tahun 1903 telah terdapat 85 lembaga pendidikan tinggi di Rusia dengan menampung 42.884 siswa. Kira-kira sepuluh tahun kemudian, pada tahun ajaran 1914/1915 telah berdiri 105 pendidikan tinggi negeri dengan daya tampung 127.400 siswa.

Lingkaran kaum terpelajar diperkuat oleh kaum muda dari bagian terendah di masyarakat, seperti beberapa kelompok petani, kelas menengah kota, para pegawai rendahan dan menengah. Meskipun begitu di dalam dunia kemahasiswaan masih dipenuhi oleh mereka yang berasal dari kelas-kelas tertentu saja. Pada tanggal 1 Januari 1905, anak-anak dari keluarga bangsawan dan pegawai sipil berjumlah sekitar 60.92% dari semua siswa yang terdaftar di Universitas St. Petersburg, salah satu tempat belajar terkenal di Rusia. Pendidikan umum di kalangan kaum terpelajar dari keluarga aristokrat dan tuan tanah besar tidak begitu populer, mereka lebih suka belajar di sekolah khusus yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan.

Kebanyakan dari kaum terpelajar adalah anak-anak pegawai sipil rendahan, bangsawan kecil atau bangsawan yang hanya memiliki gelar belaka. Dalam kelom-pok sosial tersebut banyak terdapat orang-orang yang selalu bekerja keras sepanjang hari dengan hidup yang senin-kemis. Mereka itulah yang biasanya mendukung sentimen-sentimen revolusioner di universitas. Kebanyakan siswa yang ditangkap dalam aktivitas revolusioner pada tahun 902; 3,7% adalah anak para pegawai sipil, 12,8% dari kalangan pedagang, 15,7% dari kaum tani, dan 32,4% dari kaum bangsawan.

Meskipun, pada masa lalu, kaum terpelajar yang berasal dari keluarga bangsawan dan pegawai sipil merupakan mayoritas dalam lingkungan mahasiswa, tetapi pada saat itu (pada akhir abad 19) kaum terpelajar dari golongan bukan bangsawan sudah mulai menjadi bagian penting. Mereka datang dari keluarga bangsawan yang telah hancur, kaum pegawai sipil rendahan, borjuis kecil, pegawai desa dan kaum tani. Kaum tepelajar dari lingkaran ini merupakan penghubung kepada massa rakyat bagaikan "ribuan dan jutaan benang-benang.[1]

Kaum terpelajar di Rusia hidup dalam keadaan yang amat memelas. Kehidupan seorang mahasiswa di Rusia tak ada bedanya dengan orang-orang malang dari kaum miskin kota.

Pada tahun ajaran 1899/1900, 53,2% dari mahasiswa di Universitas Moskow nyaris tidak dapat melanjutkan kuliahnya. Pada tahun 1901 jumlah siswa yang sangat membutuhkan bantuan keuangan melonjak di Universitas Moskow; 62,27% di Jurusan Filologi, 50,21% di Jurusan Matematika, dan 60,73 % di Jurusan Kedokteran. Jumlah siswa yang butuh bantuan keuangan sangat melonjak di kedokteran hewan, institut pertanian, sekolah guru, dan sekolah asisten dokter.[2]

Data statistik memperlihatkan bahwa akses untuk pendidikan dan fakultas bagi pendidikan spesialis diciptakan secara massal (untuk memenuhi tenaga kerja murah) dan murah bagi kaum muda dari strata rendah. Cara-cara seperti ini dipraktekan pada Jurusan Filologi, Kedokteran dan matematika di Universi-tas Moskow. Kebanyakan mereka dilatih pada sekolah guru dan kedokteran yang bermutu rendah.

Georgi Valentinovich Plekhanov mengatakan bahwa mental bekerja dilingkungan mahasiswa adalah barang yang mewah. Ia menulis "Pada musim semi kaum terpelajar akan meninggalkan kota untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang memadai; pada musim gugur ia akan bergegas-gegas untuk mengikuti kuliah dan kembali untuk menerima pengajaran; dan seringkali mereka lebih suka menolong orangtua atau saudara-saudaranya." Begitulah kehidupan mahasiswa saat itu. Nadezhda Konstatinova Krupskaya, istri dan sahabat setia Lenin, mengingatkan tentang kehidupan Lenin di ST Petersburg pada tahun 1894-1895. "...hidup sebagai seorang mahasiswa yang terkurung dalam kamar kecil, yang terasa sangat sempit juga untuk dirinya sendiri. [3]

Dalam sebuah survey tentang kondisi pemukiman mahasiswa di Moskow, Rech, sebuah surat kabar yang diterbitkan di pusat kota, melaporkan: "Orang-orang pesimis akan berkata, bahwa seluruh dunia ini adalah sebuah penjara, kamar-kamar para mahasiswa adalah seperti sel-sel dalam penjara."

Hanya 3% dari kaum terpelajar di Moscow mempunyai flat. Sisanya harus menyewa ruangan, atau berbagi tempat dengan beberapa teman sekamar.

Pemerintah Tzar secara reguler selalu menaikan uang bayaran sekolah. Cara ini telah membuat terdepaknya para mahasiswa yang tidak kaya dari universitas. Dari periode 1887 hingga 1898 uang bayaran meningkat dari 10 rubel menjadi 50 rubel. Pada masa revolusi 1905 uang bayaran telah mencapai 100 rubel per tahun.

Setiap tahun uang dana beasiswa terus dikurangi. Pada tahun 1899 hanya 6,1% siswa di Universitas Kazan menerima beasiswa. Pada tahun 1904 jumlahnya semakin menurun mencapai 4,3%. Seringkali dalam mendistribusikan beasiswa para birokrat pendidikan tinggi lebih menekankan pada loyalitas politik ketimbang kondisi material mahasiswa yang bersangkutan.

Dalam usaha memotong pendidikan tinggi dari lingkaran pro-demokrasi dan penyebaran semangat skolastik yang konservatif, pemerintah Tsar harus menguasai para pengajar untuk berpihak pada mereka. Untuk menyediakan ini semua pemerintah Tsar memberikan para profesor gaji yang relatif tinggi.
Dalam hal kondisi material para profesor jauh lebih mapan ketimbang kaum intelegensia perkotaan lainnya. Dengan bantuan para profesor ini, mesin negara rezim Tsar telah memperkenalkan sebuah sistem pengawasan dan kontrol ala polisi terhadap kaum terpelajar pada pendidikan-pendidikan tinggi.

Dalam sekumpulan arsip terdapat sebuah salinan tulisan tangan dari majalah Zabastovka (Mogok) yang disebarkan oleh kaum terpelajar di Novorossisk. Salinan ini pada tahun 1901 dikirim kepada Iskra[4]. Majalah tersebut memuat sebuah kartun yang memperlihatkan seorang profesor yang sedang membacakan sebuah kuliah pada para mahasiswa, sementara aparat keamanan, bersembunyi dibalik mimbar, dengan gaya sebagai tukang hasut.

Dengan menempatkan universitas dibawah pengawasan polisi, pemerintah Tsar juga mulai mengatur kebebasan akademis dan mengatur para staf pengajar dengan korporasi "administrasi yang mandiri". Menteri sendiri mempunyai hak untuk memindah-mindahkan staf pengajar ke pos-pos yang kosong, membagikan kedudukan dan memberikan gelar ilmiah.

Menjelang awal abad 20 pemerintah memberlakukan berbagai "reformasi" pada pendidikan tinggi dengan tujuan untuk memperkuat bangunan konservatif dalam lingkaran ilmu pengetahuan."Reformasi" ini melarang para mahasiswa untuk mendirikan Dewan Mahasiswa. Para mahasiswa tidak dapat lagi mendirikan organisasi mahasiswa, bahkan yang paling ilmiah sekalipun, dan tidak bisa menerbitkan berbagai publikasi.

Peraturan khusus dibuat untuk menempatkan lembaga pendidikan dibawah "pengawasan khusus". Para polisi, informan, mata-mata, dan provokator memenuhi institut dan universitas. Pengawasan oleh polisi melaporkan "para terdakwa mahasiswa" pada semua lapisan dari kepolisian negara. Sebuah surat dikirimkan oleh seorang mahasiswa pada editor Iskra dengan informatif. Tulisan itu melaporkan tentang perintah dari Sipyagin, Menteri dalam negeri, yang memerintahkan, sembilan orang siswa di Universitas St Petersburg untuk "menjalankan tugas polisi dan pengawasan," dalam universitas.

Menteri Pendidikan mengeluarkan instruksi bahwa setiap sekolah lanjutan harus menyediakan "informasi yang komplit dan rinci" tentang asal mula dari para muridnya (jika mereka bersiap untuk mendaftar di Universitas), asal mula orangtua mereka dan analisa sosial dari lingkungannya. Penanganan khusus diberikan pada para lulusan guru yang berasal dari petani yang mempunyai hak masuk perguruan tinggi. Peraturan universitas melakukan pelarangan ketat untuk memasukan perempuan dalam lembaga pendidikan tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada wakil-wakil bangsa non-Rusia, mereka dibatasi secara ketat dengan sistem quota untuk memasuki pendidikan tinggi. Misalnya saja, wakil dari masyarakat pribumi Siberia hanya diberi jatah 0,3-1% dari keseluruhan siswa di universitas dan Institut Tekhnologi di Tomsk.



Munculnya Radikalisme Mahasiswa

Meskipun Otokrasi berusaha melakukan tekanan-tekanan reaksioner, mereka telah gagal untuk "membasmi" semangat revolusioner dari lembaga pendidikan tinggi.

Tentu saja, asal mula sosial-politik dari latar belakang mahasiswa berakar pada rakyat itu sendiri. Gerakan demokratis kaum muda membawa protes rakyat terhadap kekuasaan Tsar dan tuan tanah atas lembaga pendidikan. Lebih jauh lagi, kemiskinan dan kekerasan tentara yang terus menerus atas kaum muda melengkapi kebangkitan cara pandang revolusioner mahasiswa dalam universitas. Setelah lulus dari universitas kaum terpelajar ini menjadi pondasi yang mengkritik keadaan sosial-politis dan berhasrat untuk melawannya. Itulah sebabnya dewan ilmu pengetahuan menjadi sekolah pertama dari perjuangan revolusioner bagi semangat demokratis kaum muda.

Para siswa dengan latar belakang orang biasa, anak-anak dari pegawai rendahan, yang di Rusia dikenal dengan sebutan raznochintsy[5] (kaum intelektual yang berasal bukan dari bangsawan), berusaha untuk menyerahkan dirinya untuk mengabdi pada ilmu pengetahuan dan rakyat. Pada tahun 1870-an para mahasiswa memasuki gerakan revolusioner karena pengaruh dari sosialis utopia Eropa saat itu, yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Robert Owen, Saint-Simon, Fourier dan Proudhon, dan kaum demokrat Rusia, Herzen dan Chernyhevsky.

Ide-ide dari sosialisme borjuis kecil sangat berpengaruh dan dijadikan sebagai azas bagi organisasi mahasiswa. Karena kegagalan kaum terpelajar untuk mempelajari misi sejarah dari kelas pekerja, para mahasiswa yang berpikiran maju hanya bekerja dipedesaan, dalam rangka memberi penyuluhan pada kaum tani dan mengajaknya untuk memberontak pada Tsar. Dibawah ide-ide revolusi mereka menyatakan dirinya sebagai "pahlawan". Mereka menganggap rakyat tak lebih sebagai "kerumunan" yang mereka sendiri sanggup memobilisasinya untuk sebuah aksi.

Pada masa itu terbit sebuh tulisan yang berjudul Peranan Kesenjangan Sosial dan Kelas dalam Gerakan Pembebasan. Tulisan ini memberikan penjelasan tentang kekuatan revolusioner mahasiswa dan intelektual. Tulisan tersebut juga menekankan bahwa gerakan mahasiswa pada saat itu masih terpisah dari perjuangan rakyat. Ini merupakan ciri dari gerakan yang mendewakan "gaya kepahlawanan" dan "impoten". Ketika gerakan revolusioner Rusia memasuki tahapan sosial-demokratis pada tahun 1880-an, karakter dari gerakan mahasiswa Rusia juga mengalami perubahan.

Setelah artikel tersebut terbit sebuah buku yang berjudul Apa Saja Yang “Menjadi Sahabat Rakyat" Dan Bagaimana Mereka Berjuang Bagi Sosial Demokrat. Karya ini memainkan peranan signifikan dalam pendidikan politik mahasiswa. Buku tersebut dicetak secara ilegal oleh mahasiswa itu sendiri. Dalam memoirnya N.A Semashko, seorang mahasiswa revolusioner menulis bahwa ketika kaum muda pelajar membaca manuskrip dari buku tersebut, "...pengaruh perjuangan revolusioner dilingkungan mahasiswa mulai menampakkan bentuknya". Para mahasiswa melakukan serangan-serangan pada sosialis borjuis kecil dengan menggunakan kekayaan dari fakta dan ide-ide yang ada dalam buku tersebut.

Dalam tahun 1895, sebuah Liga Perjuangan bagi Pembebasan Kelas Buruh didirikan di St Petersburg. Liga ini memainkan peranan penting dalam pendidikan revolusioner bagi para mahasiswa yang berpikiran maju. Organisasi ini merupakan sesuatu yang merupakan bentuk baru di Rusia. Dibawah panduan Liga, kaum revolusioner mengubah cara kerja politiknya dari lingkaran yang kecil kepada kerja propaganda massa dilingkungan kelas pekerja. Kaum muda membantu Liga, mempublikasikan terbitannya, menyebar luaskan bacaan ilegal, menjadi pengumpul sumbangan bagi kas organisasi. Liga St. Petersburg membuktikan dirinya sebagai sekolah yang luarbiasa bagi perjuangan kelas kaum mahasiswa revolusioner. Pembentukan liga ini menunjukan bagaimana caranya untuk mengubah propaganda revolusioner dari lingkaran kecil (kaum terpelajar) kepada propaganda massa yang politis dan ekonomis dilingkungan kelas pekerja.

Para mahasiswa yang maju yang berdiri disamping sosial-demokrat memberikan sumbangan positif untuk menghubungkan sosialisme dengan kelas pekerja dan bagi terbentuknya Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (PBSDR). Kerja-kerja para mahasiswa yang berpikiran maju dan bergabung dalam perjuangan liga melahirkan potensi revolusioner kesegala arah pada berbagai lapisan kaum muda. Banyak sekali pimpinan dan fungsionalis PBSDR memulainya sebagai mahasiswa. Ini berarti mereka mempunyai pengetahuan yang memadai tentang gerakan protes mahasiswa dan sanggup mengambil segi-segi positifnya. Lebih daripada itu mereka sanggup memahami sentimen-sentimen dan kebutuhan para mahasiswa. Hubungan yang berkelanjutan tersebut dengan para mahasiswa demokratis memberikan pada PBSDR strategi dan taktik bagi para mahasiswa dan untuk menggunakan protes revolusioner mereka bagi kepentingan proletariat. " Adalah tugas kita sebagai revolusioner sosial-demokrat untuk selalu berupaya untuk mengambil keuntungan dari perkembangan ini (militansi mahasiswa), dalam rangka untuk menjelaskan pada intelektual progresif dari kelas pekerja tentang apa saja yang mereka miliki di pedesaan, di kaum terpelajar, dan intelektual secara umum sekaligus untuk mengajar mereka bagaimana cara mendapat keuntungan dari protes sosial yang meledak dimana-mana."[6]

Pada tahun 1899 terjadi pemogokan seluruh mahasiswa Rusia yang melibatkan sekitar 2500 orang. Aksi mogok ini merupakan titik balik yang penting dalam gerakan mahasiswa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kaum muda non-proletar menggunakan bentuk perjuangan proletariat dalam perjuangan, yang disebut dengan pemogokan. Meskipun tuntutan utama gerakan mahasiswa itu sendiri masih abstrak, yaitu tentang kebebasan individual.

Apa yang mendorong kaum muda untuk melakukan aksi dalam membela hak asasi manusia di Rusia? Peristiwanya dapat dimulai pada tanggal 8 Februari 1899. Pada sebuah perayaan di Universitas Petersburg para mahasiswa mengejeki rektornya, yang selalu reaksioner. Aksi tersebut kemudian berkembang lebih jauh menjadi kebencian atas pemerintahan Tsar. Lalu para mahasiswa memutuskan untuk mengadakan rally menuju Nevsky Prospekt. Pemerintah memutuskan untuk memberikan hukuman pada para mahasiswa tersebut. Polisi secara brutal membubarkan barisan mahasiswa. Beberapa hari kemudian peristiwa tersebut menjadi perhatian umum di St Petersburg dan keseluruh negeri. Semua lembaga pendidikan di Rusia menyatakan mogok dibawah slogan kebebasan individu dan kebebasan bicara didalam lingkungan ilmu pengetahuan.

Dalam menyambut pemogokan tersebut, Persatuan Mahasiswa Sosial-Demokratis di St. Petersburg menekankan bahwa "berpikir politik (secara obyektif)... akan membebaskan dunia akademik dan alat-alatnya". Para mahasiswa dengan pemahaman yang progresif sudah siap untuk terjun dalam perjuangan politik.

Sosial-Demokrat Rusia selalu memberikan dukungan pada pemogokan dan aksi-aksi mahasiswa. Dalam menyambut rally mahasiswa, kaum Sosial-Demokrat selalu menjelaskan tentang kebijaksanaan otokrasi Tsar dalam dunia pendidikan, mencoba untuk membuktikan bahwa semua reformasi demokrasi Tsar adalah ilusi yang tidak bakal mungkin dilaksanakan.

"Ekonomisme", gejala oportunis dalam Sosial Demokrasi Rusia dengan taktiknya "tetap lemah-lembut dalam politik", meracuni secara serius gerakan mahasiswa dan membuat isolasi atas perjuangan mahasiswa dari kelas pekerja serta mengakhiri cara-cara mogok. Tahun 1899 merupakan tahun yang juga telah memacu mahasiswa untuk mengubah perjuangan dari akademis menuju perjuangan politis. Ini menyebabkan proses pemilahan politik diantara kaum terpelajar. Perkembangan ini menunjukan pada para mahasiswa bahwa tidak mungkin untuk terus terisolasi dari kelas pekerja dan adalah suatu keharusan untuk menggunakan panduan Partai bagi gerakan mahasiswa Sosial-Demokrat.

Pemerintah Tsar sadar bahwa gerakan mahasiswa mempunyai potensi sosial yang penting dalam masyarakat. Rezim Tsar kuatir bahwa gerakan mahasiswa akan berkembang lebih jauh dan mencoba menyebarkan desas-desus pada masyarakat luas dengan mencap mahasiswa sebagai "tukang bikin onar" yang harus mendapat tekanan-tekanan disipliner. Dalam usaha menumpas gerakan mahasiswa pemerintah Tsar mengeluarkan peraturan yang membatasi mahasiswa "untuk berpartisipasi dalam pertemuan menentang penguasa,". Ini bukanlah sesuatu yang disengaja bahwa pemerintah menerapkan tekanan Draconian untuk menakut-nakuti mahasiswa. Bahkan sesudah perbudakan dihapuskan, kegiatan-kegiatan kemiliteran Tsar Rusia tetap merupakan sekolahan bagi kekuasaan dan kekerasan yang sewenang-wenang. Otokrasi Rusia menerapkan kekejian karena mereka merasa hanya dapat mempertahankan posisi dan keyakinanaya dengan menggunakan bayonet dan senapan. Meskipun begitu, tekanan reaksioner hanya melahirkan protes atas keseluruhan sistem kepolisian dan kekuasaan tentara atas mahasiswa yang sedang berkubang dalam kemandegan borjuasi.

Pertentangan antara mahasiswa dan pemerintah bukanlah sekedar huru-hara mahasiswa belaka. Aksi mahasiswa merupakan manifestasi dari protes politik. Manifestasi politik dari gerakan mahasiswa harus dilanjutkan dan dapat dipimpin oleh kaum sosial-demokrat. Para mahasiswa menjadi pendamping dari kelas pekerja --kelas pekerja harus menerima uluran tangan dari mahasiswa.[7]

Sampai pada tahun 1899, para mahasiswa tetap melangkah jauh dengan tuntutan abstrak kebebasan individual dan hak-hak perseorangan, yang merupakan hal yang tidak mungkin dibawah otokrasi Tsar. Pada tahun 1901-1902, slogan para mahasiswa menjadi lebih politik kongkrit dan mendalam, seperti misalnya, "gulingkan otokrasi !' dan "Kami menginginkan kebebasan bicara, dewan mahasiswa dan pers!". Leaflet para mahasiswa menekankan lebih jauh lagi dari tuntutan akademik pada tuntutan politik, dan pentingnya aksi kerjasama dengan kelas pekerja.

Meskipun dalam tujuan gerakan mahasiswa tahun 1901-1902 secara keseluruhan masih akademis, tapi gerakan ini sudah siap mengadopsi alat-alat perjuangan politik. Para mahasiswa meninggalkan rumus-rumus universitas dan turun ke jalan, melakukan demonstrasi sebagai sebuah bentuk perjuangan politik. Dengan bekerja sama dengan kelas pekerja dalam demonstrasi, para mahasiswa, semakin sadar, dan membawanya menuju revolusi.

Iskra, sebuah surat kabar revolusioner, memberikan kontribusi yang penting pada pendidikan politik mahasiswa di Rusia. Setiap edisi menganalisa leflet yang dibuat mahasiswa dan manifesto dari kongres mahasiswa. Iskra menerima dengan hangat keingingan progresif kaum muda untuk bekerja dibawah kepeloporan komite Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia. Artikel pertama Iskra yang diarahkan pada gerakan mahasiswa dan kewajiban Sosial Demokrat dipublikasikan dengan judul The Drafting of 183 Students into the Army, The Begining of Demonstrations, dan Signs of Bankrupcy.

Iskra yang dipimpin kaum revolusioner memberikan ruang penuh buat manifesto mahasiswa dan mengutamakan pentingnya keputusan kongres untuk mengambil putusan bagi perjuangan kaum muda. Keputusan tersebut sebagai kenyataan aktual, menunjukan pertumbuhan politik gerakan mahasiswa dan kehendak kaum muda untuk bertempur dibawah kepeloporan Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia. Pada musim panas 1903, pendidikan tinggi di St.Petersburg sudah mempunyai 24 organisasi mahasiswa demokratis yang mendukung garis politik Iskra.


[1] Coll Works, Vol. 15, hlm 2186
[2] Pada tahun 1896 sampai 1911 jumlah guru sekolah dasar meningkat secara drastis sekitar 70 persen dan dokter melonjak dengan 61 persen.
[3] Lihat Lenin in ST Petersburg. On the Basis of Memoirs of Contemporaries and Documents, Moscow, 1972, Russ (Editor), hlm 252.
[4] Iskra, surat kabar politik Marxis pertama diterbitkan secara ilegal.

[5] Sebutan raznochinets tidak hanya berarti secara sosial, tapi juga bermakna politis. Kata ini sinonim dengan arti "demokrat". Raznochinstsy menghasilkan banyak sekali kaum revolusioner yang berjuang melawan Tsar.
[6] 733Coll. Works, vol. 5, hlm 2887
[7] 733Coll. Works, Vol. 4, hlm 418

Tidak ada komentar:

Posting Komentar