GANTI REZIM GANTI SISTEM BANGUN PARTAI KELAS PEKERJA BANGUN SOSIALISME

Rabu, 01 September 2010

DOGMATISME DAN “KEBEBASAN MENGKRITIK”

DOGMATISME DAN “KEBEBASAN MENGKRITIK”



A. APAKAH “KEBEBASAN MENGKRITIK “ ITU ?



“Kebebasan mengkritik” memang pada waktu sekarang merupakan semboyan yang paling menjadi mode dan semboyan, yang paling sering digunakan dalam perdebatan-perdebatan antara kaum sosialis dengan kaum demokrat semua negeri. Sepintas kilas, sukar dibayangkan adanya sesuatu yang lebih aneh daripada penunjukan-penunjukan khidmat dari salah satu pihak yang berdebat mengenai kebebasan mengkritik. Apakah dalam partai-partai yang maju ada terdengar suara-suara menentang hukum konstitusional kebanyakan negeri Eropa yang menjamin kebebasan ilmu dan penelitian ilmiah ? “Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres di sini!”—demikianlah akan komentar orang luaran yang belum menangkap sepenuhnya hakekat perbedaan-perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berdebat itu, tetapi telah berulang-kali mendengar semboyan yang menjadimode ini di setiap persimpangan jalan. “Semboyan ini, rupanya, salah satu semboyan dari kata-kata yang sudah lazim yang, seperti nama julukan, menjadi sah karena kebiasaan dan hampir menjadi nama”.





Sebenarnya, bukanlah rahasia bahwa dalam sosial-demokrasi internasional* dewasa ini terbentuk dua aliran. Perjuangan di antara kedua aliran ini kadang-kadang menyala berkobar-kobar, dan kadang-kadang mereda dan membara di bawah abu “resolusi-resolusi gencatan senjata” yang mengesankan. Berupa apa aliran ‘baru” ini, yang mengambil sikap “kritis” terhadap Marxisme “usang yang dogmatis”, dengan cukup tepat telah dinyatakan oleh Bernstein dan ditunjukkan oleh Millerand.



Sosial-demokrasi haruslah berubah dari partai revolusi sosial menjadi partai demokratis dari reform-reform sosial. Bernstein telah mengelilingi tuntutan-tuntutan politik ini dengan sederetan argumen dan pertimbangan “baru” yang disusun dengan cukup terkoordinasi. Kemungkinan meletakkan sosialisme pada dasar ilmiah dan kemungkinan membuktikan dari sudut konsepsi materialis tentang sejarah bahwa sosialisme adalah perlu dan tak terelakkan diingkari; fakta meningkatnya kemiskinan, proletarisasi dan menajamnya kontradiksi-kontradiksi kapitalis juga diingkari. Konsepsi “tujuan terakhir” itu sendiri dinyatakan sebagai tidak beralasan, dan ide tentang diktatur proletariat ditolak dengan mutlak; pertentangan secara prinsip antara liberalisme dengan sosialisme diingkari; teori perjuangan klas ditolak dengan dalih bahwa ia seakan-akan tak dapat diterapkan pada masyarakat yang betul-betul demokratis, yang diatur menurut kehendak mayoritas, dsb.



Dengan demikian, tuntutan untuk pembelokan yang tegas dari sosial-demokrasi revolusioner ke sosial-reformisme borjuis itu dibarengi dengan pembelokan yang tidak kurng tegasnya ke arah kritik borjuis terhadap semua ide fundamental Marxisme. Dan, karena kritik terhadap Marxisme dilancarkan sudah sejk lama, baik dari mimbar politik maupun dari mimbar universitas, baik dalam banyak brosur maupun dalam sejumlah karya ilmiah; karena seluruh angkatan muda dari klas-klas terpelajar secara sistematis telah dididik selama puluhan tahun dalam kritik ini, maka tidaklah mengherankan kalau aliran “kritis baru” dalm sosial-demokrasi akan timbul, serba lengkap, seperti Minerva dari kepala Yupiter12. Menurut isinya, aliran ini tidak perlu berkembang dan mengambil bentuk; ia dipindahkan langsung dari literatur borjuis ke literatur sosialis.



Seterusnya. Jika kritik teori dan perdambaan politik Bernstein masih belum jelas bagi seseorang, orang Prancis telah berusaha mendemonstrasikan ‘metode baru” itu dengan gamblang. Kali ini juga Perancis telah membenarkan reputasi lamanya sebagai ‘negeri yang dalam sejarahnya perjaugnan klas, lebih daripada yang di tempat lain manapun juga, dilakukan sampai akhir yang menentukan” (Engels, dalam kata pengantarnyapada karya Marx 18 Brumaire13). Kaum sosialis Perancis mulai bukan dengan berteori melainkan langsung bertindak. Syarat-syarat politik yang secara demokratis lebih maju di Perancis telah mengizinkan mereka untuk segera beralih ke “Bernsteinisme dalam praktek”, dengan segala akibatnya. Millerand telah memberikan contoh yang bagus sekali mengenai Bersteinisme dalam praktek ini; bukan tanpa alasan baik Bernstein maupun Vollmar dengan begitu bersemangat buru-buru membela dan memuji-muji Millerand! Memang, jika sosial-demokrasi pada hakekatnya hanya merupakn partai reform saja, dan harus memiliki keberanian mengakui ini dengan terang-terangan, maka seorang sosialis tidak hanya berhak turut serta dalam kabinet borjuis, tetapi bahkan harus selalu berusaha keras untuk itu. Jika demokrasi pada hakekatnya berarti penghancuran kekuasaan klas, maka mengapa pula seorang menteri sosialis tidak boleh memikat hati seluruh dunia borjuis dengan pidato-pidato tentang kolaborasi klas? Mengapa pula dia tidak boleh tetap duduk dlam kabinet bahkan sesudah pembunuhan atas diri kaum buruh oleh gendarme-gendarme14 menelanjangi, untuk keseratus dan keseribu kalinya, watak sesungguhnya kolaborasi demokratis klas-klas itu ? Mengapa pula dia tidak boleh mengambil bagian sendiri dalam memberi salam kepada tsar, yang bagi kaum sosialis Perancis sekarang tidak punya mempunyai nama lain daripada pahlawan tiang gantungan, cambuk dan pembuangan (knoteur, pendeur et deportateur) ? Dan ganjaran bagi penghinaan yang tak terhingga serta peludahan diri sosialisme di hadapan seluruh dunia. Ganjaran untuk pembejatan kesedaran sosialis massa buruh—satu-satunya dasar yang dapat menjamin kemenangan kita—ganjaran untuk ini ialah rencana-rencana yang muluk-muluk untuk perbaikan-perbaikan kecil-kecilan, begitu kecil sebetulnya, sehingga lebih jauh banyak yang telah diperoleh dari pemerintahan-pemerintah borjuis!



Barang siapa tidak dengan sengaja menutup mata tidak boleh tidak pasti melihat bahwa aliran “kritis” baru dalam sosialisme tidak bisa lain daripada oportunisme variasi baru. Dan jika kita menilai orang tidak menurut pakaian seragam yang berkilauan yang mereka pakai, tidak menurut nama julukan mentereng yang mereka berikan pada dirinya sendiri, tetapi menurut perbuatan mereka dan menurut apa yang benar-benar mereka propagandakan, maka akan jelaslah bahwa “kebebasan mengkritik” itu berarti kebebasan bagi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi, kebebasan untuk mengubah sosial-demokrasi menjadi partai reform demokrat, kebebasan untuk memasukkan ide-ide dan elemen-elemen borjuis ke dalam sosialisme.



“Kebebasan” adalah suatu perkataan agung, tetapi di bawah panji kebebasan perdagangan orang melakukan perang yang paling bersifat perampokan; di bawah panji kebebasan kerja, kaum pekerjapekerja dirampok. Pemakaian istilah “kebebasan mengkritik” masa kini mengandung kepalsuan yang inheren itu juga. Orang-orang yang benar-benar yakin bahwa mereka telah memajukan ilmu tidak akan menuntut kebebasan bagi pandangan-pandangan baru untuk terus berdampingan dengan yang lama, tetapi menuntut penggantian pandangan-pandangan yang lama oleh yang baru. Teriakan “Hidup kebebasan mengkritik!”, yang terdengar dewasa ini, terlalu mengingatkan pada dongengan tentang tong kosong15.



Kita sedang berjalan dalam rombongan yang kompak di atas jalan yang curam dan sukar, dengan kuat-kuat berpegangan satu sama lain. Kita terkepung oleh musuh dari segenap penjuru dan kita harus maju di bawah tembakan mereka yang hampir terus-menerus. Kita telah menggabungkan diri dengan sukarela, justu untuk berjuang melawan musuh dan bukan untuk mundur ke rawayang terletak di sebelah, yang penghuninya dari sejak semul telah mencerca kita karena telah memisahkan diri dan membentuk grup tersendiri dan telah memilih jalan berjuang, dan bukan jalan perdamaian. Dan sekarang sementara orang di antara kita mulai berteriak: mari kita masuk ke rawa ini! Dan ketika kita mulai memberi malu mereka, mereka menjawab: alangkah terbelakangnya kalian ini! Tidakkah kalin malu tidak memberikan kebeasanbagi kami mengajak kalian untuk menempuh jlan yang lebih baik! Oh, ya, Tuan-Tuan! Tuan-Tuan tidak hanya bebas untuk pergi kemana saja tuan-tuan kehendaki, ke rawa sekalipun; kami bahkan berpendapat bahwa rawa itulah tempat kalian yang sebenarnya, dan kami bersedia memberikan segala bantuan untuk kepindahan kalian ke situ. Hanya saja lepaskan tangan kami, jangan berpegang kuat-kuat pada kami, jangan mengotori perkataan kebebasan yang agung itu, karena kamipun ‘bebas” untuk pergi kemana saja sesuka hati kami, bebas untuk berjuang tidak hanya melawan rawa itu, tapi juga melawan mereka yang membelok ke rawa itu!



* * *

* Sambil lalu, dalam sejarah sosialisme modern, barangkali ini merupakan gejala satu-satunya dan yang menurut sifat khasnya luar biasa menggembirakannya, yaitu bahwa persengketaan-persengketaan di antara berbagai aliran di dalam sosialisme untuk pertama kali telah berubah dari persengketaan nasional menjadi persengketaan internasional. Dulu, perdebatan-perdebatan antara kaum Lassalean dengan kaum Eisenacher[7], antara kaum Guesdis dengan kaum Possibilis[8], antara kaum Fabian[9] dengan kaum sosial-demokrat, dan antara kaum Narodnaya Wolya-is[10] dengan kaum sosial-demokrat, tetap merupakan perdebatan-perdebatan nasional semata-mata, yang mencerminkan kekhususan-kekhususan nasional semata-mata dan dapat dikatakan berlangsung di bidang yang berbeda-beda. Pada waktu sekarang ini (sekarang hal ini sudah nampak jelas) kaum Fabiah Inggris, kaum ministerialis Perancis, kaum Bernsteinis Jerman dan kaum kritikus Rusia[11]—semuanya itu termasuk satu keluarga, semua mereka itu sanjung-menyanjung, saling berguru, dan bersama-sama tampil menentang Marxisme “dogmatis”. Barangkali dalam pertempuran pertama yang benar-benar internasional melawan oportunisme sosialis ini, sosial-demokrasi internasional revolusioner akan menjadi cukup kuat guna mengakhiri reaksi politik yang sudah lama berkuasa di Eropa ?



7Kaum Lassalean dan kaum Eisenacher—dua partai dalam gerakan buruh Jerman dalam tahun-tahun 60-an dan awal-awal tahun 70-an abad ke-19.



Kaum Lassalean—pendukung-pendukung dan pengikut-pengikut Ferdinand Lassalle. Liga Umum Buruh Jerman, didirikan oleh Lassalle dalam tahun 1863, merupakan inti gerakan. Dengan mengakui kemungkinan pengubahan kapitalisme menjadi sosialisme secara damai dengan bantuan perhimpunan-perhimpunan kaum buruh yang disokong oleh negara kapitalis, kaum Lassallean mengkhotbahkan perjuangan untuk hak pilih umum dan aktivitas parlementer secara damai sebagai pengganti perjuangan revolusioner klas buruh.



Marx dengan tajam mengkritik kaum Lassallean dan menunjukkan bahwa mereka “selama beberapa tahunmerupakan penghalang bagi pengorganisasian proletariat dan berakhir dengan menjadi tidak lebih daripada suatu alat dalam tangan polisi”. Marx memberikan penilaian mengenai pandangan-pandangan teori kaum Lassallean dan taktik-taktik mereka dalam karya-karyanya Kritik Terhadap Program Gotha, Apa yang dinamakan Perpecahan Dalam Internasionale dan dalam surat-menyurat dengan Engels.



Kaum Eisenacher—pendukung-pendukung Marxisme. Berada di bawah pengaruh ideologi K. Marx dan F. Engel. Di bawah pimpinan Wilhelm Liebknecht dan August Bebel, mereka mendirikan Partai Buruh Sosial-Demokrat Jerman dalam Kongres di Eisenach pada tahun 1869.



Di antara kedua partai itu terjadi pertarungan yang sengit.



Di bawah pengaruh kebangkitan gerakan buruh dan menghebatnya repressi pemerintah, pada tahun 1875 dalam Kongres Gotha kedua partai berfusi menjadi satu Partai Buruh Sosialis Jerman dimana kaum Lassallean mewakili sayap oportunis.



Lenin mengkarakterisasi kaum Lassallean dan kaum Eisenacher dalam artikelnya “August Bebel” yang ditulis dalam bulan Agustus 1913.



8Kaum Guesdis dan kaum Possibilis—dua aliran dalam gerakan sosialis Perancis, yang muncul dalam tahun 1882 sesudah terjadi perpecahan dalam Partai Buruh Perancis.



Kaum Guesdis—pendukung-pendukung Jules Guesde. Mereka mewakili aliran kiri, aliran Marxis, yang mempertahankan politik revolusioner bebas proletariat. Dalam tahun 1901 kaum Guesdis mendirikan Partai Sosialis Negeri Perancis.



Kaum Possibilis—aliran borjuis kecil, aliran reformis yang berusaha membelokkan proletariat dari metode-metode perjuangan revolusioner . Kaum Possibilis mengusulkan dibatasinya aktivitas-aktivitas klas buruh pada apa yang “mungkin” di bawah kapitalisme. Dalam tahun 1902, bersama-sama dengan grup reformis lainnya, kaum Possibilis mendirikan Partai Sosialis Perancis.



Partai Sosialis Negeri Perancis dan Partai Sosialis Perancis berfusi menjadi satu partai pada tahun 1905. Selama perang imperialis 1914-1918 Jules Guesde, bersama dengan semua pimpinan Partai Sosialis Perancis, mengambil pendirian sosial-sovinis.



9Kaum Fabian—anggota-anggota Perkumpulan Fabian yang reformis dan oportunis. Perkumpulan ini didirikan di Inggris dalam tahun 1884 oleh sekelompok intelektual borjuis. Perkumpulan ini menggunakan nama jenderal Romawi Fabius Cunctator (“Pengulur”), yang termasyur karena taktiknya menunggu dan menghindari pertempuran-pertempuran menentukan. Perkumpulan Fabian, sebagaimana dikatakan Lenin, merupakan “pernyataan yang paling selesai dari oportunisme dan politik buruh liberal”. Kaum Fabian berusaha membelokkan proletariat dari perjuangan klas dan mengkotbahkan peralihan secara damai dari kapitalisme ke sosialisme dengan jalan reform-reform kecil. Selama perang dunia imperialis (1914-1918) kaum Fabian mengambil pendirian sosial-sovinis.



10Kaum Narodnaya Wolya-is--- dari kata Narodnaya Wolya (Kemerdekaan Rakyat), sebuah perkumpulan rahasia Narodnik yang didirikan dalam tahun 1879 untuk perjuangan revolusioner melawan otokrasi tsar.



Narodnaya Wolya dihancurkan oleh pemerintah tsar segera sesudah anggota-anggotanya membunuh Alexander II pada tanggal 1 (13) Maret 1881. Sesudah itu mayoritas kaum Narodnik meninggalkan perjuangan revolusioner melawan tsarisme, mulai mengkhotbahkan perdamaian, keakuran dengan otokrasi tsar. Epigoni (penerus-penerus yang kurang baik daripada pendahulu-pendahulunya—Red. IP) Narodnaya ini – kaum Narodnik liberal tahun-tahun 80-an dan 90-an abad ke-19—sesungguhnya menyatakan kepentingan-kepentingan kaum kulak.



Tentang penilaian aktivitas-aktivitas Narodnaya Wolya, lihat Bab I, Sejarah PKUS (B), Kursus Singkat.



11Kaum Kritikus Rusia—Struwe, Bulgakov dan lain-lain yang tampil menentang Marxisme revolusioner dalam literatur yang terbit secara legal.



12Menurut mitologi Romawi, Yupiter adalah kepala dewa-dewa, sedang Minerva adalah dewi pelindung kerajinan tangan, ilmu dan seni, dewi pelindung guru dan dokter. Dikatakan bahwa Minerva muncul dengan mengenakan topi baja dan baju besi, pedang di tangan, dari kepala Yupiter. Cara kelahirannya ini telah digunakan secara populer untukmelukiskan seseorang atau gejala yang sempurna sejak awal mula.

13Karl Marx, 18 Brumaire Dari Louis Bonaparte

14 Gendarme—anggota polisi politik di Rusia tsar

15 Dari dongeng Iwan Andreyewic Krilov “Dua Tong”. Tong yang satu kosong dan bergelontangan di atas gerobak dengan bunyi yang demikian memekakkan sehingga orang yang lewat semua berusaha menjauhkan diri dari jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar